Pada masa perintisan awal (1912-1923), kaum muda di Kauman (Solo) memiliki andil yang cukup besar dalam mengembangkan gerakan dakwah Muhammadiyah. Mereka adalah para aktivis pengajian Sidik Amanah Tabligh Vathonah (SATV). Sesungguhnya, SATV di Solo lebih dari sekedar forum pengajian. Haji Misbach dan Haji Hisjamzainie mendirikan SATV sebagai sebuah ormas Islam yang bergerak di bidang pendidikan dan penerbitan surat kabar.
SATV
Pada tahun 1918, Martodharsono, pemimpin redaksi surat kabar Djawi Hisworo, menulis artikel kontroversial memojokkan umat Islam di Solo. Martodharsono mantan aktivis Sarekat Islam (SI) dan pernah menjadi kawan dekat Haji Samanhoedi dan Sosrokoernio (keduanya tokoh Sarekat Islam). Mantan aktivis SI ini berbalik menyerang umat Islam lewat artikelnya yang menyebutkan bahwa ”Nabi Muhammad saw pemabuk dan pecandu opium” (Arief Rahmat, Basis, no. 01-02, Tahun ke-58/Januari-Februari 2009).
Menanggapi serangan Martodharsono, pimpinan Centraal Sarekat Islam (CSI) membentuk komite Tentara Kanjeng Nabi Mohammad (TKNM) sebagai upaya pembelaan terhadap umat Islam. Ketua sub komite TKNM Solo dipegang oleh Haji Hisjamzainie, kawan Haji Misbach (Haji Merah). Haji Hisjamzainie dan Haji Misbach adalah dua tokoh perintis surat kabar Medan-Moeslimin (1915) dan Islam Bergerak (1917).
Ketika TKNM tidak mampu memberikan pembelaan terhadap umat Islam dari serangan Martodharsono, Haji Misbach mengambil alih kepemimpinan sub komite TKNM Solo dari tangan Haji Hisjamzaijnie. Tetapi para pimpinan CSI tidak solid menanggapi serangan Martodharsono. Melihat perpecahan di tubuh CSI memaksa Haji Misbach membentuk tentara Islam dengan basis massa pengajian Sidik Amanah Tabligh Vathonah (SATV). Dengan kekuatan tentara SATV, Haji Misbach menantang Martodharsono berdebat di depan publik untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tetapi debat publik ini tidak sempat digelar karena pimpinan CSI memang tidak solid dan para pimpinan komite TKNM sendiri terpecah. Haji Misbach geram. Pasca kejadian ini, Haji Misbach memilih menjadi kekuatan oposisi di tubuh Sarekat Islam (SI Merah).
Pada mulanya, SATV adalah kelompok pengajian kaum muda di Kauman (Solo) yang dirintis oleh Haji Misbach, Haji Hisjamzaijnie, Koesen, Harsoloemekso, dan Darsosasmito. SATV lahir tiga tahun setelah berdiri SI (11 November 1912) dibawah pimpinan Haji Samanhoedi. Kalahiran SATV merupakan reaksi spontan setelah kekuatan SI cabang Solo meredup. Pada saat yang bersamaan, umat Islam di Solo menghadapi tekanan dari pejabat keagamaan pemerintah dan kraton Solo. Forum pengajian ini didirikan pada tahun 1915 sebagai wadah bagi kaum muda Islam di Solo. Ketika terbit surat kabar Mardi Rahardjo milik kaum missionaris Kristen di Solo, forum SATV menerbitkan surat kabar Medan-Moeslimin. Dalam perkembangan berikutnya, surat kabar ini lebih menyerukan kepada upaya-upaya memajukan agama Islam dan tidak menyerang Mardi Rahardjo.
Muhammadiyah Solo
Kelahiran forum pengajian SATV memang banyak terinspirasi oleh gerakan Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta. Terhitung sejak pertama kali berdiri, forum pengajian ini sudah menyelenggarakan sekolah-sekolah Islam modern, mendirikan panti asuhan, dan melakukan pembelaan terhadap umat Islam di Solo. Jama’ah pengajian SATV juga sering mengundang muballigh-muballigh Muhammadiyah untuk mengisi ceramah keagamaan di forum ini. Pada tahun 1920, ketika Muhammadiyah membentuk Bagian Tabligh pertamakali yang dipimpin oleh Haji Fachrodin, jama’ah pengajian SATV sudah menjadi jaringan dakwah Muhammadiyah.
Forum pengajian SATV dibentuk ketika kekuatan SI cabang Solo sedang redup, yaitu ketika H.O.S. Tjokroaminoto menjabat sebagai president CSI dan Haji Samanhoedi ditempatkan sebagai ”ketua kehormatan.” Ketika SI cabang Solo tidak lagi menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan, Haji Misbach bersama Tjipto Mangunkusumo melakukan gerakan-gerakan revolusioner lewat Insulinde. Kedekatan Haji Misbach dengan agen-agen Indische Sociaal Democratisch Vereeniging (ISDV) membuat jama’ah pengajian SATV terpecah. Termasuk jajaran redaksi di surat kabar Medan-Moeslimin dan Islam Bergerak juga terpecah menjadi dua kubu.
Pada tahun 1920, Haji Misbach terlibat dalam aksi pemogokan petani dan pembakaran ladang tebu di Klaten. Haji Misbach dituduh sebagai provokator dalam aksi pemogokan petani di Klaten sehingga dia dijebloskan ke dalam penjara. Selama dalam Haji Misbach di penjara, jabatan pemimpin redaksi Medan-Moeslimin dipegang oleh Haji Fachrodin (Yogyakarta). Sejak dalam kendali Haji Fachrodin, forum pengajian SATV dan surat kabar Medan Moeslimin menjadi pendukung Muhammadiyah di Yogyakarta.
Pada tahun 1922, para muballigh SATV meluaskan jaringan dengan mengatasnamakan Muhammadiyah cabang Yogyakarta. Sejak saat itulah, cabang Muhammadiyah di Solo berdiri. Tidak selang beberapa lama, pada tahun yang sama, Haji Misbach bebas dari penjara. Dia mulai membersihkan jajaran redaksi Medan-Moeslimin dan Islam Bergerak dari para pendukung Muhammadiyah. Haji Fachrodin, kawan dekat Haji Misbach, tidak lagi sehaluan dengan politik dua surat kabar ini. Dia keluar dari jajaran redaksi dan diikuti oleh Harsoloemekso. Haji Misbach dan Sismadi Sastrosiswojo menjadi kubu yang menentang Muhammadiyah.
Dalam vergadering pada 13 Agustus 1922 di rumah M. Sontohartono (Keprabon), struktur Muhammadiyah cabang Solo terbentuk secara resmi dengan menempatkan M. Ng. Sastrosoegondo sebagai ketua, Mochtar Boecari sebagai wakil ketua, Harsoloemekso sebagai sekretaris, dan M. Sontohartono sebagai bendahara (lihat Harsoloemekso, ”Moehammadijah Tjabang Soerakarta.” Soewara Moehammadijah no. 9/th ke-3/1922).
Latarbelakang kelahiran SATV di Kauman Solo memang berbeda dengan sejarah kelahiran Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta. Menurut Takashi Shiraishi (2005: 177), SATV lahir sebagai reaksi dari para pejabat keagamaan yang sering membohongi umat Islam dan perilaku para pejabat kraton yang sewenang-wenang. Amal usaha SATV memang tergolong modernis, tetapi gerakan ini tidak mampu menyentuh level birokrasi pemerintahan setempat.
Walaupun berbeda latarbelakang, tetapi para aktivis SATV di Solo memiliki karakter modernis seperti para muballigh Muhammadiyah di Yogyakarta. Inilah yang mempertemukan antara SATV dan Muhammadiyah. Forum pengajian SATV kemudian menjelma menjadi cabang Muhammadiyah di Solo.