Report

Perbedaan Agama sebagai Sistem Keyakinan & Sistem Pengetahuan

2 Mins read

IBTimes.ID – Perubahan mendasar dunia global adalah sebuah keniscayaan karena temuan sains dan teknologi. Konsekuensinya adalah tren keilmuan dunia menjadi multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin. Transdisiplin mengandung suatu mandat bahwa Universitas harus bekerjasama dengan industri.

Kerjasama ini sudah berjalan dengan baik di luar negeri, namun di Indonesia belum banyak karena Indonesia tidak memiliki industri besar. Entah Karena tidak ada trust atau karena birokrasi yang rumit, beberapa industri justru membuat Universitas sendiri.

Hal ini disampaikan oleh Prof. Sulistyowati Irianto, guru besar Universitas Indonesia dalam peluncuran & bedah buku Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin karya Prof. Amin Abdullah pada Kamis (15/10). Bedah buku yang diselenggarakan oleh Center for Islamic Thoughts & Muslim Societies (CITMS), Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan IBTimes.ID ini dilaksanakan secara daring.

Sulistyowati Irianto menyebut bahwa ada keraguan dalam benak masyarakat untuk merespon tren pengetahuan global yang multi, inter, dan transdisiplin. Keraguan ini disebabkan oleh birokratisasi dan administrasi yang begitu rumit dari kementerian sehingga Universitas menjadi seperti kantor. Sehingga rektor menjadi hanya seperti kepala kantor.

“Buku ini menjadi sangat penting karena membuat kita mulai berpikir bagaimana merestrukturisasi atau bahkan mereformasi sistem pendidikan secara keseluruhan, khususnya pendidikan tinggi,” jelasnya.

Ia menyebut buku karya Amin Abdullah tersebut memecah kebuntuan terutama ketika pemerintah menggaungkan kampus merdeka. Buku ini menjelaskan sangat detail bagaimana pertemuan antar ilmu bisa terjadi dalam tiga hal.

Tiga pertemuan antar ilmu ini adalah saling menembus (semi-permiable), keterujian intersubjektif, dan imajinasi kreatif, termasuk konsekuensi metodologisnya. Dijelaskan dengan sangat detail bagaimana sains bertemu dengan humaniora, sains humaniora bertemu dengan ilmu agama, dan seterusnya.

Baca Juga  Teori Psikoanalisis (1): Agama yang Penuh Libido

“Saya setuju era monodisiplin harus diakhiri. Tembok-tembok departemen dan program studi harus tidak ada lagi. Saya terpukau karena buku ini betul-betul progresif dan cukup revolusioner,” imbuhnya.

Dalam pemaparannya, ia mengatakan bahwa ilmu agama harus dipisahkan antara agama sebagai suatu sistem keyakinan dengan agama sebagai suatu sistem ilmu pengetahuan. Agama sebagai sistem keyakinan harus berada pada ranah privat dan diajarkan melalui tempat ibadah dan lembaga keluarga.

Sedangkan agama sebagai sistem ilmu pengetahuan kurang lebih sama dengan sistem ilmu sosial atau humaniora. Melihat agama sebagai ilmu yang bercerita tentang peristiwa sejarah, kultur, sosial, dan bagaimana manusia bisa membuka kunci-kunci misteri relasi dengan manusia sesama, alam raya, dan Tuhan.

Sayangnya, menurut Sulistyowati, para ilmuwan agama susah memisahkan antara keduanya. Masih banyak yang mencampuradukkan agama sebagai sistem keyakinan dan agama sebagai sistem pengetahuan dan memasukannya kedalam kurikulum agama di berbagai jenjang pendidikan.

“Buku ini membantu kita mengatasi ketercampuran itu. Sehingga kita bisa bicara tentang ilmu agama yang bertemu dengan ilmu sosial, bahkan dengan sains dan teknologi,” jelasnya.

Reporter: Yusuf

Avatar
1457 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Hamim Ilyas: Islam Merupakan Agama yang Fungsional

1 Mins read
IBTimes.ID – Hamim Ilyas, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyebut, Islam merupakan agama yang fungsional. Islam tidak terbatas pada…
Report

Haedar Nashir: Lazismu Harus menjadi Leading Sector Sinergi Kebajikan dan Inovasi Sosial

1 Mins read
IBTimes.ID – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir memberikan amanah sekaligus membuka agenda Rapat Kerja Nasional Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan…
Report

Hilman Latief: Lazismu Tetap Konsisten dengan Misi SDGs

1 Mins read
IBTimes.ID – Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hilman Latief mengatakan bahwa Lazismu sudah sejak lama dan bertahun-tahun terus konsisten dengan Sustainable Development…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds