Dalam kehidupan sehari-hari, peranan ilmu pengetahuan sangatlah penting. Sebab segala sesuatu yang akan kita lakukan perlu ilmu, setiap hal mengenai kehidupan memerlukan pemikiran yang serius. Tidak hanya mengenai hakikat kehidupan saja, melainkan ilmu juga penting untuk mengetahui tujuan dan nilainya sendiri. Demikian pula ia termasuk juga ilmu pengetahuan tentang alam yakni ilmu biologi dan ilmu fisika.
Ilmu pengetahuan tentunya telah melewati proses yang amat panjang sebelum akhirnya dapat diterima masyarakat dan dikembangkan sampai saat ini. Dengan adanya ilmu pengetahuan tersebut, ia memudahkan manusia dalam hal pemecahan masalah dengan cara menerapkan ilmu pengetahuan dalam penyelesaian berbagai macam masalah kehidupan manusia yang semakin maju dari waktu ke waktu.
Tantangan Moral dalam Ilmu Biologi
Berbicara tentang ilmu biologi, hal yang mungkin akan muncul di otak kita adalah ilmu tentang organisme hidup, genetik, pertumbuhan, evolusi dan lain-lain. Seperti yang kita tahu, tantangan biologi molekuler terhadap konsep kemanusiaan tradisional dan agama dari kehidupan manusia perlu dipikirkan secara serius.
Mengingat campur tangan genetik dalam permasalahan manusia yang semakin hari semakin meningkat, maka dalam hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa biologi memiliki peranan penting. Namun seiring berjalannya waktu muncullah kekhawatiran mengenai pengaruh biologi terhadap nilai-nilai manusiawi yang membahayakan.
Salah satunya, jika disiplin biologi mendorong pencarian karakter moral dan penelitian moral tidak melalui medium ideologis, namun mengambil paradigma naturalistik yang berakar dalam pandangan biologi. Bahkan para ahli sosiobiologi mengatakan bahwa zaman manapun dalam bidang sejarah manusia, moralitas kini telah jatuh ke dalam bidang biologi.
Dengan tegas Islam menolak paradigma biologis sebagai alasan sebuah keberadaan bagi moral manusia. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 35:
“Sesungguhnya lelaki dan perempuan yang muslim, lelaki dan perempuan yang mukmin, lelaki dan perempuan yang patuh dalam beramal, lelaki dan perempuan yang jujur dalam perkataan dan perbuatan, lelaki dan perempuan yang sabar, lelaki dan perempuan yang khusyuk kepada Tuhan, lelaki dan perempuan yang dermawan dalam harta dan kebaikan, lelaki dan perempuan yang berpuasa, lelaki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, lelaki dan perempuan yang banyak menyebut dan mengingat Allah, kepada mereka telah disediakan Allah ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35).
Dalam ayat ini disebutkan secara spesifik sebagian dari kebaikan utama yang ingin ditanamkan oleh Sang Pencipta terhadap manusia. Penyampaiannya digambarkan dengan jelas menggunakan gender spesifik, yakni pria dan wanita.
Dengan kata lain, bukan hanya wanita saja yang harus mempertahankan kesuciannya sementara pria bebas. Namun pria juga memiliki moral yang sama dalam menjaga perilaku seksualnya. Pembahasan tersebut dijelaskan lebih rinci dalam Surat An-Nur ayat 30-31:
“Katakanlah kepada kaum lelaki yang beriman, bahwa mereka hendaknya menundukkan pandangan matanya dan memelihara kehormatan dirinya. Itulah yang lebih bersih untuk mereka (dan) sesungguhnya Allah Maha Waspada terhadap apa yang mereka lakukan. Katakanlah kepada perempuan yang beriman agar mereka pun menundukkan pandangan pula dan memelihara anggota kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30-31).
Tidak ada ketentuan dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa pria memiliki hak istimewa untuk meminta kesucian moral dari wanita. Namun Al-Qur’an menganjurkan terhadap pria dan wanita untuk saling percaya yang diwujudkan dalam kesucian dan kerendahan hati.
Perkembangan Ilmu Fisika dalam Islam
Pembahasan kedua adalah ilmu fisika. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), fisika diartikan sebagai ilmu yang membahas tentang zat dan energi. Ilmu fisika termasuk salah satu ilmu yang dikembangkan oleh ilmuan muslim di mana ada tiga bidang utamanya yang sangat menarik perhatian kaum muslimin.
Bidang fisika yang pertama adalah optik. Pada abad ketujuh, ilmuan besar Ibnu Al-Haytham yang terkenal sebagai Al-Hazen menulis kitab Al-Manazhir yang menjadi salah satu karya terkemuka di bidang optik. Ibnu Al-Haytham menerapkan metode eksperimental dengan mempelajari beberapa fenomena cahaya dan melakukan riset secara rinci.
Lalu dua abad kemudian di Persia oleh Qhutib Al-Din Asy-Syurazi dan muridnya yaitu Kamal Al-Din Al-Farri menulis penafsiran tentang kitab Al-Manazhir. Untuk pertama kalinya dalam sejarah ilmu pengetahuan, mereka menjelaskan alasan yang tepat tentang pembentukan pelagi yang disebabkan oleh fraksidan refleksi.
Bidang fisika yang kedua adalah masalah pergerakan. Dalam bidang, ini ilmuan Islam yang terkenal adalah Ibnu Sina. Ia mengemukakan gagasan perkembangan doktrin baru mengenai inklinasi dan juga gagasan tentang pentingnya momentum. Terdapat juga fisikawan muslim lain yang cenderung mempelajari gerak proyeksi menurut aturan kuantitatif dan menerapkan rumus matematika untuk mempelajari gerak.
Pada awal 1069, Pisan Dialogue, Galileo merujuk kepada teori gerak proyeksiIbnu Bajjah yang dikutip Ibnu Rusyd.Studi fisika kaum muslim dalam aspek ini merupakan salah satu yang terpenting dalam sejarah sains secara umum.
Bidang fisika yang ketiga adalah masalah berat ukuran, serta tradisi Archimedes yang menyangkut penentuan berat spesifik pengukuran berat, dan volume. Gagasan tersebut kemudian dikembangkan sehingga muncul sejumlah karangan dalam jumlah besar dan yang paling terkenal adalah karya Al-Biruni dan Al-Khazini.
***
Begitulah sekilas perkembangan ilmu biologi dan fisika dalam Islam. Seiring berkembangnya zaman maka ilmu-ilmu pun ikut berkembang guna menyesuaikan kehidupan manusia yang juga semakin maju.
Namun dengan itu harusnya kita juga tahu asal mula perkembangan ilmu yang saat ini telah menjadi ilmu terkenal yang sudah tak asing lagi dalam dunia pendidikan termasuk Indonesia. Kedua ilmu ini sudah menjadi pelajaran sehari-hari dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, baik sekolah dasar sampai lembaga-lembaga tinggi.
Sekian dan semoga bermanfaat untuk sedikit menambah wawasan pembaca, saya ucapkan terima kasih.