Tulisan ini dibuat sebagai gambaran sudut pandang penulis dalam menyikapi hilangnya peta Palestina dalam Google Maps yang diributkan banyak orang. Tidak ada maksud untuk menyinggung kelompok tertentu, tidak pula bermaksud melakukan pembunuhan karakter mau pun promosi terhadap produk tertentu,
Beberapa waktu lalu media sosial, utamanya grup WA tengah ramai membicarakan suatu hal. Yakni hilangnya Negara Palestina dari Google Maps. Bahkan sampai naskah ini diketik pun, masih ada orang yang menggunggah kasus tersebut.
Sebelumnya penulis hendak bercerita. Bahwa Google Maps bukanlah aplikasi favorit untuk melihat lokasi tujuan. Alasannya sangat sederhana. Ya, karena penulis tiga tahun ini tinggal di Tiongkok. Di mana Google-sebagaiama aplikasi negeri paman Sam lainnya- tidak bisa digunakan di wilayah ini. Kalau pun mau menggunakan, maka harus mengaktifkan VPN terlebih dahulu. Efeknya, jika VPN aktif maka paket data akan cepat terkuras.
Peta Palestina dalam Baidu
Singkatnya, selama ini penulis lebih menggunakan Peta Baidu (百度地图), selaku salah satu produk andalan Tiongkok sebagai penunjuk arah. Setelah viralnya peta Palestina yang hilang dari Google Map, penulis pun mencoba untuk mengetik 巴勒斯坦 (Palestina) dalam Peta Baidu. Penulis juga menemukan adalah bahwa negara ini masih ada.
Bahkan diberi keterangan disana bahwa Palestina merupakan 是中东的一个国家 (baca: Shì zhōngdōng de yīgè guójiā) alias “sebuah negara di Timur Tengah”. Artinya Tiongkok masih mengakui bahwa Palestina sebagai sebuah negara yang berdaulat. Memang tidak mengherankan, karena sejak awal hingga hari ini Tiongkok memang memiliki komitmen untuk mendukung Palestina dalam mempertahankan wilayah teritorinya.
Kemudian jari penulis mengetik kata 以色列 (Israel) dalam Peta Baidu. Justru yang muncul adalah ini keterangan bahwa Israel merupakan 是一个位于西亚黎凡特 (baca: Shì yīgè wèiyú xīyǎ lí fán tè) alias “sebuah wilayah di Levant Barat”. Uniknya disini saat menerangkan status Palestina, Peta Baidu menggunakan kata 国家 (baca: guójiā) yang memiliki makna “sebuah negara yang berdaulat”. Di mana kata tersebut tidak digunakan saat menerangkan status Israel.
Jangan Marah dan Stay Cool
Maka sebenarnya kita tidak perlu marah ketika peta Palestina, atau bahkan mungkin suatu hari peta Indonesia hilang dari Google Maps. Percayalah bahwa di dalam peta lainnya, wilayah itu pasti masih ada. Justru malah tidak wajar kalau dalam Google Maps peta Palestina masih ada.
Ini dikarenakan Google merupakan perusahaan yang berbasis di Amerika. Sebuah negara yang notabane adalah pendukung eksistensi Israel. Yang tidak normal adalah ketika kamu sudah tahu dan sadar bahwa Google itu produk Amerika namun masih berharap bahwa Palestina tetap eksis di Google Maps. Yang salah bukan Google Maps, but something wrong in your head.
Bagaimana mungkin dalam iklim politik internasional, kita berharap bahwa pihak-pihak yang berseteru memberikan pengakuan terhormat kepada pihak musuh bebuyutannya? Hal itu berlaku pada Amerika dan Tiongkok. Eksistensi Palestina sebagai negara yang berdaulat di Peta Baidu pun tidak lepas dari rivalitas kedua negara tersebut.
Mayoritas warga Indonesia yang merupakan umat muslim harus pandai dalam memposisikan diri dalam “perang” ini. Jadilah umat yang cerdas berwibawa, jangan menari di atas genderang perang orang lain. Apa pun jenis tarian itu, mau tarian marah atau tarian bahagia, tetap tenang dan stay cool.
Jadi hadapi saja hilangnya Palestina dari Google Maps dengan tenang. Tidak perlu ngamuk, jaga wibawa, karena ternyata Palestina masih ada dan mendapat pengakuan terhormat sebagai sebuah negara yang berdaulat dalam peta Baidu buatan Tiongkok. Take it easy bro n sis.
Jadi, Anda mau ikut saya pakai Baidu mulai hari ini?
Editor: Sri/Nabhan