Pendidikan merupakan satu aspek yang mendapatkan dampak dari mewabahnya virus corona (Covid-19). Kebijakan pendidikan yang menitikberatkan kuliah daring pun mulai terasa dampaknya. Apa saja plus-minus kuliah daring?
Kuliah Daring Karena Corona
Upaya pencegahan virus corona dilakukan secara menyeluruh di lembaga pendidikan sesuai Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 2, 3, dan 4 Tahun 2020, serta SE Menteri Agama RI Nomor 4 Tahun 2020 dan SE Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 697/03/2020 tentang upaya pencegahan virus corona di Lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).
Berbagai turunan yuridis ini setidaknya mengkonfirmasi dua hal, meliputi kegiatan belajar di sekolah dialihkan ke rumah dan perkuliahan dilakukan melalui daring (online).
Dampaknya lembaga pendidikan, semisal sekolah dan perguruan tinggi menjadi sepi dan sunyi dari aktivitas belajar mengajar di kelas. Gedung pendidikan pun laksana gedung tua yang angker dan jauh dari keramaian.
Di sisi lain, setiap pagi siswa tak sibuk lagi untuk bergegas memakai seragam sekolah, karena kegiatan belajar dipusatkan di rumah (home schooling). Pun, para mahasiswa tidak kerepotan untuk mengikuti perkuliahan di ruang kelas, sebab perkuliahan dilakukan melalui daring.
Memang virus corona mampu mengubah tingkah laku dan cara pandang manusia bahwa belajar mengajar tidak harus dilakukan secara manual di kelas (luring, offline), tapi juga melalui daring sesuai perkembangan teknologi informasi (4.0).
Plus-minus Kuliah Daring
Meskipun demikian, kuliah daring memiliki plus-minus jika dibandingkan dengan proses perkuliahan secara manual/ konvensional di kelas. Beberapa plus-minus yang diperoleh dari kuliah daring diantaranya:
Pertama, tanpa batas jarak tapi dibatasi kuota. Kuliah daring merupakan proses perkuliahan yang memanfaatkan teknologi informasi atau jaringan internet sebagai media/ saluran pembelajaran. Nilai plus dari teknologi informasi atau jaringan internet yaitu dapat dan mudah diakses oleh siapapun tanpa dibatasi oleh sekat jarak.
Maka kuliah daring dapat memudahkan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dimanapun berada. Mahasiswa tidak harus hadir dalam sebuah ruang/ tempat tertentu secara berkerumun, cukup mengaktifkan internet dari rumah.
Tentu hal ini berbeda dengan kuliah manual yang mesti dilakukan di dalam kelas/tempat tertentu. Mahasiswa harus hadir dalam ruang/tempat tertentu secara berkerumun untuk mengikuti perkuliahan. Kadang kuliah seperti ini dianggap memberatkan, karena membutuhkan alat dan biaya transportasi, energi, waktu tempuh, dan biaya cetak tugas kuliah.
Akan tetapi, meski kuliah daring tidak dibatasi oleh jarak, namun dibatasi oleh kuota internet. Sehingga mahasiswa mesti menyiapkan kuota internet maksimal untuk mengikuti perkuliahan daring. Maka di tengah mewabahnya Covid-19 diperlukan kemurahan hati provider penyedia internet maupun kampus untuk memberikan subsidi kuota internet kepada mahasiswa. Sebab tak punya kuota tak bisa kuliah.
Mudah Mengajar, Sulit Mendidik
Plus-minus yang kedua adalah mudah mengajar tapi sulit mendidik. Pendidikan bukan sekadar memberikan pengetahuan (transfer of knowledge, kognitif), tapi juga menanamkan nilai, moral dan budi pekerti, akhlak mulia (transfer of values, afektif, psikomotorik). Artinya, tugas pendidik (guru, dosen) bukan hanya mengajar tapi juga mendidik.
Sebab itu, memang kuliah daring memudahkan dalam aspek belajar mengajar tapi agak menyulitkan dalam mendidik. Hal ini disebabkan kurangnya interaksi secara langsung antara pendidik dengan yang terdidik. Padahal interaksi secara langsung sangat urgen dalam pendidikan berupa menanamkan nilai, moral, budi pekerti, dan akhlak mulia (character building).
Ketiga, cenderung kerja personal bukan kolektif. Manusia itu unik dan variatif, baik dari aspek fisik, warna kulit, suku bangsa, ras, keterampilan (skill) hingga kecerdasan. Keragaman kecerdasan ini memerlukan kerjasama untuk saling terima – kasih (take and give) pengetahuan. Sebab itu, proses perkuliahan mesti menghadirkan nilai-nilai kolektifitas dan solidaritas, baik dalam kelas maupun di luar kelas berbentuk tugas atau kerja kelompok.
Di sanalah mahasiswa dapat melakukan diskusi dan berbagi pengetahuan sehingga lahir sikap guyub, toleran, menghargai sesama, dan saling asah, asih dan asuh. Artinya, perkuliahan harus mampu melahirkan mahasiswa yang dapat beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat sebagai makhluk sosial/ kolektif (zoon politicon).
Sebab itu, kuliah daring yang dilaksanakan dari jarak jauh tidak dalam satu ruang/tempat tertentu akan dimungkinkan cenderung kerja individu. Bukan mustahil dapat melahirkan pribadi yang individualistik dan egois, sehingga tidak dapat bekerjasama dengan orang lain.
Padahal, manusia memiliki keragaman kecerdasan yang perlu ‘mendengar’ dan ‘memperdengarkan’ pengetahuan kepada sesama. Hal ini perlu diantisipasi oleh pendidik baik dengan cara memberikan tugas kelompok berbasis daring maupun melalui video conference agar sesama mahasiswa dapat berinteraksi dengan baik dalam perkuliahan daring. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya dominasi personalitas dalam proses perkuliahan.
Keempat, monoton dan tidak variatif. Kuliah lazimnya mesti menyegarkan dan mengembirakan, baik aspek materi maupun metode pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan, agar mahasiswa dapat menikmati dan menyerap materi dengan mudah, efektif, dan mengena.
Monoton dan Tidak Variatif
Artinya, proses belajar mengajar tidak boleh hanya mengandalkan metode ceramah semata tanpa diiringi dengan metode lain, semisal diskusi, demonstrasi/ peragaan, resitasi, eksperimen, kunjungan lapangan dan lain sebagainya.
Sebab, metode monoton dan tidak variatif (satu metode) dalam mengajar akan menimbulkan kebosanan (boring) pada diri mahasiswa. Perkuliahan secara manual sangat mungkin dapat dipraktikkan variasi metode mengajar, dibandingkan dengan kuliah daring.
Maka kuliah daring hendaknya dapat memaksimalkan berbagai aneka metode atau media dalam proses pembelajaran agar tidak menimbulkan kebosanan. Semisal, kuliah daring memanfaatkan berbagai media daring dalam perkuliahan seperti grup WhatsApp, email, facebook, video conference, dan berbagai media forum diskusi daring.
Tentu penggunaan beragam media daring ini dalam perkuliahan perlu mempertimbangkan ragam kondisi mahasiswa, semisal ekonomi dan geografis tempat tinggal. Akibatnya, kuliah daring akan cenderung monoton daripada kuliah manual. Meski hal ini sangat tergantung pada dosen dan mahasiswa.
Kelima, efesien tapi mengganggu kesehatan. Kuliah daring menuntut dosen dan mahasiswa selalu berada di depan komputer/ laptop atau gawai (gadget). Satu sisi kuliah daring lebih efisien dan memudahkan dosen dan mahasiswa, tapi sisi lain akan berdampak negatif pada kesehatan.
Sebab, penggunaan komputer/ laptop atau gawai secara terus-menerus (kontinu) dalam jangka waktu yang lama akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan, khususnya kesehatan mata dan postur badan akibat duduk lama. Karenanya, untuk mengantisipasi penggunaan komputer/laptop atau gawai yang terlalu lama perlu mempertimbangkan durasi dan jadwal perkuliahan, agar kuliah daring tidak dilakukan dalam jangka waktu lazimnya kuliah manual. Semoga!
Editor: Nabhan