Pradana Boy ZTF, menawarkan perspektif lain tentang konsep berkemajuan dalam konteks Islam kontemporer. Hal itu disampaikan dalam acara Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah dengan tema Islam Berkemajuan: Manhaj, Implementasi, dan Internasionalisasi di Aula GKB IV lantai 9 Universitas Muhammadiyah Malang, Sabtu (8/2/2020).
Pradana Boy, seperti biasa, membuka wacana dengan memberikan ilustrasi. “Kalau ada orang abangan masuk masjid, apa yang hilang? Sandal yang hilang. Orang Muhammadiyah masuk masjid, apa yang hilang? Qunut hilang, beduk hilang, bismillah hilang. Kalau Salafi yang masuk masjid Muhammadiyah, apa yang hilang? Pemiliknya yang hilang. Karena masjidnya direbut,” ujar presidium nasional JIMM tersebut.
Penggolongan Islam itu diperlukan atau tidak? Pradana menjawab perlu. Pertama, Islam itu multidimensi dan fleksibel sehingga berbeda antara satu dan lainnya. Ada perbedaan realitas ketika dipraktikkan di masing-masing masyarakat. Kedua, klasifikasi perlu untuk kepentingan ilmiah.
Dosen UMM itu mengatakan, tidak mungkin Islam dipahami tanpa kategorisasi. Pradana mengutip Gus Dur dalam buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita. Menurut Gus Dur, Islamku adalah pengalaman pribadi. Kemudian, Islam Anda adalah berislam dalam konteks komunitas. “Sedangkan Islam kita adalah Islam secara keseluruhan, ” ujarnya. Gus Dur, sebagaimana ucap Pradana, mengatakan bahwa merumuskan Islam kita itu sulit sekali. Maka, Islam kita dibangun di atas Islamku dan Islam Anda.
Sementara itu, lanjut Pradana, Haidar Bagir menggolongkan Islam Tuhan dan Islam manusia. “Islam sebagai agama yang belum turun adalah Islam tuhan. Begitu turun menjadi Islam manusia,” kata penulis buku Dari Amerika Kurindukan Ka’bah itu.
Pradana sendiri mengklasifikasikan Islam atas tiga hal, sebagaimana yang sering disampaikan di forum-forum: Islam sebagai doktrin, Islam sebagai disiplin ilmu, dan Islam sebagai ekspresi/gejala sosial.
Pertanyaannya, di manakah posisi Islam Muhammadiyah? Islamku, Islam Anda, atau Islam kita? Muhammadiyah Islam Tuhan atau Islam manusia? “Muhammadiyah jelas adalah Islam Anda, Islam manusia, dan Islam sebagai ekspresi sosial,” tegasnya.
Islam kontemporer, menurut Pradana, terdiri atas empat macam. Islam pascasekulerisme, Islam hibrid, Islam internet, dan Islam salafi. “Dan Muhammadiyah pasti menghadapi persinggungan dengan Islam kontemporer seperti itu,” tandasnya.