Salah satu kajian yang menarik dari sosok Hasan Al-Bashri adalah tentang “Zuhud”. Membahas zuhud adalah tentang bagaimana cara beberapa sufi hidup sederhana dan rendah hati. Mereka lebih fokus pada akhirat dan menyenangkan Allah, daripada bergantung pada hal-hal duniawi.
Sosok Imam Hasan Al-Bashri memang pribadi tidak suka pamer kekayaan atau harta bendanya, karena dia menganut prinsip rendah hati dan tidak bergantung pada materi dan dunia. Dia adalah orang yang sangat saleh dan religius yang hidup sederhana.
Hasan Al-Bashri percaya bahwa dengan tidak terikat pada hal-hal duniawi, dia bisa lebih fokus untuk menyenangkan Allah dan mempersiapkan akhirat.
Pendapat Hasan Al-Bashri tentang Zuhud
Lantas, apa makna zuhud menurut Imam Hasan Al-Bashri? dan bagaimana menjalani hidup yang zuhud itu?
Imam Hasan Al-Bashri mengatakan, “Orang yang zuhud adalah yang melihat orang lain, lantas ia katakan, “Orang tersebut lebih baik dariku”.
Ini menunjukkan bahwa hakikat zuhud adalah ia tidak menganggap dirinya lebih dari yang lain. Imam Hasan al-Bashri punya kecenderungan zuhud, dimana memperlakukan dunia hanya sebagai jembatan yang fungsinya sekadar dilalui tanpa perlu membangun apa pun di atasnya.
Dunia hanya jalan menuju kehidupan akhirat sehingga dunia jadi tempat mencari bekal secukupnya saja bukan untuk ditinggali. Zuhud merupakan sikap mental melepaskan diri dari ketergantungan terhadap berbagai kebutuhan duniawi, lebih mementingkan kehidupan akhirat dan keridhaan Allah Swt, berdasarkan ajaran Al-Qur’an.
Menjalani Hidup Zuhud
Imam Hasan Al-Bashri yang mengajari orang bagaimana menjalani hidup yang baik dan bermakna. Dia percaya bahwa penting untuk fokus pada menyenangkan Allah dan tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi.
Dia mengatakan bahwa meskipun dia tahu suatu hari dia akan mati, dia selalu memastikan untuk melakukan perbuatan baik dan bersiap untuk bertemu Allah. Hasan Al-Bashri mengajarkan manusia untuk tidak terkecoh dengan hal-hal seperti muda, sehat, atau kaya, karena setiap orang bisa mati kapan saja.
Ia percaya bahwa ulama sejati adalah mereka yang baik dan baik kepada orang lain dan yang selalu beribadah kepada Allah. Ajaran Hasan Al-Bashri mengingatkan kita untuk hidup baik dan tidak terlalu terikat dengan hal-hal duniawi, karena tujuan kita sebenarnya adalah untuk menyenangkan Allah dan bersiap untuk akhirat.
Rahasia Zuhud Hasan Al-Bashri
Imam Hasan Al-Bashri, yang hidup di masa lalu, memiliki beberapa rahasia yang dia yakini. Salah satu rahasianya adalah dia tahu makanannya dan barang-barang yang dia butuhkan tidak akan diambil oleh orang lain. Itu membuatnya merasa tenang dan tidak khawatir. Rahasia lainnya adalah dia percaya perbuatan baiknya dan membantu orang lain tidak akan dilakukan oleh orang lain, jadi dia tetap sibuk melakukan hal-hal yang baik.
Imam Hasan Al-Bashri dan sufi lainnya percaya pada sesuatu yang disebut Zuhud, yang berarti tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi dan lebih fokus untuk menyenangkan Tuhan. Mereka percaya bahwa dunia hanyalah jembatan untuk menuju akhirat, sehingga mereka tidak terlalu peduli dengan memiliki banyak hal.
Sebaliknya, mereka fokus untuk menjadi baik dan mempersiapkan diri untuk akhirat. Rahasia-rahasia ini mengajarkan kita bahwa kita tidak boleh tertipu oleh hal-hal seperti usia, kesehatan, atau kekayaan karena tidak menentukan kapan kita akan mati. Lebih penting fokus melakukan hal baik dan dekat dengan Tuhan.
Imam Hasan Al-Bashri ditanya tentang rahasia ketenangannya di dunia ini. Dia berkata, bahwa dia tahu penghasilan dan harta miliknya tidak akan diambil orang lain, jadi dia tidak khawatir tentang mereka.
Dia juga tahu bahwa perbuatan baik dan tindakan kebaikannya tidak bisa dilakukan oleh orang lain, jadi dia tetap sibuk melakukannya. Dia percaya bahwa Allah akan selalu menjaganya, sehingga dia merasa malu untuk berbuat salah.
Dan dia tahu bahwa kematian sedang menunggunya, maka dia mempersiapkannya dengan melakukan hal-hal yang baik. Imam Hasan Al-Bashri mengajarkan kita untuk lebih fokus pada akhirat dan menyenangkan Allah, daripada terlalu terikat dengan hal-hal duniawi.
Editor: Soleh