Perspektif

Ramadan Penuh Toleransi: Telaah Konten Login Habib Ja’far dan Onad

3 Mins read

Tidak seperti bulan-bulan yang lain, bulan Ramadan selalu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam. Dalam bulan suci ini, umat Islam diwajibkan berpuasa selama sebulan. Setiap muslim diwajibkan untuk menahan lapar sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Adapun ritual puasa sendiri tidak hanya dilakukan oleh umat Islam saja, tetapi juga oleh umat-umat terdahulu.

Prof Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menyebutkan, orang-orang Mesir kuno—sebelum mereka mengenal agama samawi—telah mengenal puasa. Tradisi puasa ini juga ada dalam agama-agama abrahamik maupun non-abrahamik lainnya. Misalnya dalam agama Buddha, terdapat ajaran puasa dari siang sampai malam hari. Ajaran tersebut oleh mereka dinamai Uposatha.

Berbeda dengan tradisi puasa umat agama lain, perayaan puasa Ramadan di Indonesia mendapatkan atensi yang cukup besar dari masyarakat Indonesia tak terkecuali dari non-Islam. Salah satunya di setiap akhir Ramadan menjelang Idul Fitri ada libur lebaran yang lumayan panjang dan biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik umat Islam maupun non Islam untuk bisa mudik ke kampung halamannya karena lama tidak berjumpa dengan keluarga.

Selain itu, saat menjelang lebaran tiba ada bagi-bagi hadiah atau Tunjangan Hari Raya (THR) yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pekerja khususnya. Jauh sebelum libur lebaran dan bagi-bagi THR, nampaknya selama bulan Ramadan ada juga konten dakwah di media sosial yang selalu tunggu-tunggu umat Islam di bulan Ramadan, yaitu “login” Habib Ja’far dan Onad.

“Login” Habib Ja’far dan Onad

Acara spesial Ramadan yang tayang di channel Youtube milik Deddy Corbuzier ini mendapat atensi yang cukup banyak dan positif dari umat Islam maupun non-Islam. Talkshow “login” hingga episode terakhir pada Ramadan tahun kemarin sudah ditonton sekitar 80 juta viewers, dua kali lipat lebih banyak dari jumlah penduduk Malaysia. Demografi penontonnya pun cukup variatif, mulai dari anak kecil, anak muda hingga orang tua dari kalangan muslim maupun non-muslim.

Baca Juga  Hati-hati dengan Propaganda Terorisme di Media Sosial

Konten “login” sendiri dipandu oleh dua influencer yang cukup terkenal, yaitu Habib Ja’far al-Hadar, habib kebanggaan pemuda tersesat dan Onadio Leonardo, yang biasa dipanggil Onad, seorang mantan vokalis band Killing Me Inside.

Melihat dari dua pemandu acaranya saja, kita akan menemukan perbedaan yang cukup menarik karena keduanya mempunyai latar belakang yang berbeda. Satu sosok Habib yang secara keturunan langsung dari  Nabi Muhammad, dan identik dengan ketaatan beragama – Islam – yang tidak usah diragukan lagi, berbincang santai dengan Onad dari non Islam, sebagai representasi dari “antitesis Habib”, yaitu pemuda yang secara penampilan sangat eksentrik dengan bertato dan tindik yang dalam Islam tidak diperbolehkan.

Konten “login” di tahun ini, saat sangat melejit juga ditengah konten Ramadhan di TV maupun medis sosial lainnya. Sampai saat tulisan ini dibuat, konten “login” sudah ditonton lebih dari 60 juta viewers.

Spirit Toleransi Beragama

Dari konten yang difasilitasi oleh youtuber muallaf Deddy Cahyadi atau Deddy Corbuzier ini banyak yang menganggap bertujuan mengislamkan orang lain atau menunjukan Islam yang paling benar, hal ini sudah dijawab oleh Habib Ja’far bahwa konten “login” ini untuk saling belajar toleransi antar umat beragama.

Beliau juga menyebut dengan konten “login”, nilai positif dan kehangatan Ramadan bukan hanya dirasakan oleh umat Islam, tetapi untuk semua umat beragama. Bagi yang non-muslim bisa belajar tentang Islam, dan bagi yang muslim bisa belajar memahami non-Islam, dan belajar mendalami Islam supaya lebih kuat keimanannya.

Selain Habib Ja’far dan Onad, dalam setiap episode “login” juga mendatangkan para pemuka-pemuka agama dari semua agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Misalnya Bhante Dhirapunno dari Budha, Pendeta Yerry Pattinasarany dari Kristen, Yan Mitta Djaksana dari Hindu, dll.

Baca Juga  Habib Ja’far dan Onad: Ajak Gen Z Beragama Asikin Aja di Islami Fest 2023

Perbincangan yang santai antara Habib Ja’far sebagai seorang muslim dan Onad dari non-muslim serta narasumber dari lintas iman menjadi oase yang sejuk dan damai serta menghilangkan dan menjawab stigma negatif dari masing-masing agama. Baik dari umat muslim maupun yang umat yang lainnya.

Misalnya pertanyaan tentang apakah umat Islam menyembah Ka’bah? dan pertanyaan-pertanyaan sejenis yang kadang disalahpahami oleh orang-orang banyak. Dialektika dan nuansa keberagaman yang seperti ini akan mengikis terjadinya intoleransi beragama. Dari sini malah akan menimbulkan rasa saling menghormati (mutual respeact) dan dan saling memahami (mutual understanding) antar umat beragama ditengah masyarakat yang plural.

Berislam yang Ramah

Sebagai representasi dari pemuka agama, Habib Ja’far memperlihatkan wajah Islam yang ramah dan santun. Metode dakwah Habib Ja’far dalam talkshow “”login” ia lakukan dengan nada simpatik, lemah lembut dan akomodatif. Ia tidak menggunakan dakwah dengan indoktrinasi, justifikasi apalagi dengan menyalahkan orang lain. Acaranya yang dikemas dengan format interaktif, menjadikan diskusi dan perbincangannya setiap episodenya mudah dipahami oleh semua orang terkhusus anak muda.

Dakwah yang dilakukan oleh Habib Ja’far ini merefleksikan dan mencerminkan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, yaitu rahmatal lil alamin. Seperti tertuang dalam Surat Al-Anbiya ayat 107 yang berbunyi “Tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Menjadi rahmat bagi alam semesta, hal ini meniscayakan untuk selalu mengayomi semua orang tanpa terkecuali.

Di negara yang multikultural dan multi agama seperti Indonesia ini, sudah seharusnya dakwah yang dilakukan adalah dakwah yang tidak saling menyalahkan atau dengan wajah “Islam yang marah”, tetapi dengan wajah “Islam yang ramah”, karena begitulah esensi dakwah Islam yang sesungguhnya.

Baca Juga  Jangan Mau Jadi Laki-Laki!

Akhir kata, melihat talkshow “login” makin banyak dinikmati dan mendapat etensi yang positif dari masyarakat, konten-konten seperti ini menjadi angin segar bagi bangsa Indonesia dan  “Bhinneka Tunggal Ika” yang tidak lagi menjadi simbol belaka.

Editor: Soleh

Abdul Mujib
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds