Ramadhan merupakan momen spesial bagi umat Islam, maka dari itu berbagai cara unik digunakan untuk mengisi dan merayakannya. Hal tersebut juga berlaku di Yaman, khususnya wilayah Hadramaut yang terkenal sebagai “negeri sejuta wali”.
Berbagai perayaan unik dan sakral dilakukan di Hadramaut hingga menjadi tradisi turun-temurun. Setidaknya, ada beberapa fakta unik Ramadhan di Hadhramaut yaitu:
Pertama, Rakaat Shalat Tarawih di Hadhramaut yang Bervariasi
Shalat Tarawih adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat Isya pada bulan suci Ramadhan. Syekh Said Ba’shn dalam kitabnya Busyral Karim menyatakan bahwasannya, jumlah rakaat shalat Tarawih adalah 20 rakaat, dan khusus penduduk Madinah 36 rakaat.
Akan tetapi, juga ada yang mengatakan 8 rakaat bahkan Syekh Nuruddin ‘Itr dalam kitabnya I’lamul Anam Syarah Bulughul Maram menyatakan bahwasannya Rasulullah melakukan Tarawih sebanyak 8 rakaat.
Akan tetapi di Hadramaut, hal itu bukan menjadi masalah. Bahkan di Kota Tarim, Tarawih bisa mencapai puluhan bahkan ratusan rakaat. Hal ini dikarenakan Tarawih adalah shalat mutlak dan menurut Syekh Taqi Utsman dalam Fathul Mulhim syarah Shahih Muslim yang menukil dari banyak ulama, bahwasannya Rasulullah SAW tidak memberikan batasan dalam shalat Tarawih. Maka dari itu, para ulama khususnya Hadramaut shalat Tarawih hingga puluhan rakaat bahkan ratusan.
Kedua, Diselenggarakan Shalat Tarawih selepas Isya hingga Shubuh
Kalau Cordoba di masanya digelari “City of Light”, Hadramaut khusunya Tarim bisa digelari “City of Tarawih”. Hal ini disebabkan karena diselenggarakan Tarawih dari selepas isya hingga menjelang subuh tanpa henti.
Hal ini bisa dilakukan karena banyaknya masjid tarim menyelenggarakannya dengan jam yang berbeda-beda. Ada memulai pukul 8 malam, ada juga pukul 9, dan seterusnya tanpa henti hingga menjelang shubuh.
Karenanya, orang-orang yang memiliki pekerjaan hingga malam bisa shalat berjamaah di masjid tanpa takut kehilangan rezeki dari pekerjaannya. Hal ini telah berlangsung turun temurun dan merupakan budaya yang dibanggakan di Hadramaut.
Ketiga, Rouhah Ramadhan di Hadhramaut
Rouhah bermakna “istirahat” akan tetapi istirahat di sini berbeda. Rouhah yang diadakan di Hadramaut tak lain adalah kajian. Materi rouhah Ramadhan di Hadramaut juga telah ditentukan turun temurun yakni kitab hadis apapun judulnya dan Majmuah al-Mawaid ar-Ramadhaniyah oleh Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi yang berisi tentang nasehat rohani. Karena itulah, hati menjadi tenang dan karena ketenangan hati inilah disebut “istirahat/rouhah”. Rouhah ini biasa diselenggarakan untuk “ngabuburit” menunggu adzan maghrib.
Keempat, Pembacaan Qashidah Qawafi, Fazaziyah, dan al-Watriyah Pasca Tarawih
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat pada umumnya ketika selesai Tarawih mengadakan pengajian dan ditutup dengan “jaburan”. Akan tetapi yang unik di Hadramaut, selepas shalat Tarawih diadakan pembacaan Qashidah Qowafi, Fazaziyah dan al-Watriyah.
Qowafi adalah nama qashidah yang dinisbatkan kepada al-Allamah Abi al-Hub at-Tarimy al-Hadhramy seorang ulama abad 6 H. Fazaziyah adalah qashidah yang dikarang oleh dua ulama yaitu Imam al-Habib Abdullah bin Jakfar bin Mudhir Ba’lawi dan Syaikh al-Fadhil Abdul Qadir bin Muhammad asy-Syajar.
Sedangkan, qosidah Al-Watriyah fi Madhi Khairil Bariyyah dikarang oleh Muhammad bin Abdul Aziz al-Waraq. Tiga qasidah ini dibacakan dengan nada yang khas turun temurun dari para ulama Hadramaut.
Kelima, Shalat Qadha 5 Waktu di Akhir Ramadhan
Merupakan sebuah tradisi Hadramaut ketika memasuki Jum’at terakhir pada bulan Ramadhan diadakan shalat qadha lima waktu. Amalan ini telah turun temurun dilakukan oleh para ulama, hingga Syekh Abu Bakar bin Salim mempopulerkannya.
Menurut Syekh al-Qadhi al-Habib Salim bin Abu Bakar al-Haddar, karena amalan ini dilakukan di hari Jum’at pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan diharapkan pahalanya berlipat ganda dan seakan dapat menutupi shalat yang tidak sah selama setahun. Karena fadhilah inilah shalat qadha ini dipopulerkan.
Keenam, Aktifitas di Malam Hari Ramadhan di Hadhramaut
Merupakan suatu keunikan negara Arab khususnya Yaman bahwasannya aktivitas masyarakat dilakukan di malam hari, adapun pagi hingga siang dilakukan untuk istirahat. Seakan dunia terbalik pagi hari digunakan untuk tidur dan malam digunakan untuk berdagang dan bekerja mengais rezeki. Hal ini berkebalikan di Indonesia yang mana aktifitas berjalan seperti biasa.
Akan tetapi, hal ini telah menjadi budaya bagi Umat Islam khususnya timur tengah demi memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Maka tak jarang shalat subuh ditunaikan dengan wudhu shalat isya. Hal inilah yang mewarnai budaya Ramadhan di Hadramaut, Yaman bagaimana dengan Ramadhanmu? Wallahua’lambishawab.
Editor: Yahya FR