Perspektif

Refleksi Akhir Tahun Ketua Umum PP Muhammadiyah

2 Mins read

YOGYAKARTA- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi menyampaikan beberapa pandangannya terkait dengan perjalanan bangsa Indonesia jelang akhir 2019 dan proyeksi awal tahun 2020. Pergantian tahun diharap menjadi momentum untuk berefleksi dan mempersiapkan diri dalam menyongsong masa depan.

“Dalam Islam, refleksi adalah ikhtiar untuk tasyakkur dan tafakkur. Tasyakkur artinya mensyukuri nikmat Allah sepanjang perjalanan hidup kita. Tafakkur adalah kita merenungkan dan mencari makna dalam perjalanan hidup kita,” tuturnya.

Kita menjadi bangsa yang besar dengan beragam kekayaan alamnya yang berlimpah merupakan anugrah Allah yang harus disyukuri. Multatuli menyebutnya sebagai negeri zamrud di khatulistiwa. “Kita tidak kekurangan apapun. Semua tumbuh subur di bumi Indonesia.”

Dalam keragaman suku, agama, ras, dan atargolongan, masyarakatnya hidup dalam suasana damai dan toleran. Negara yang majemuk ini terus berproses membentuk Bhinneka Tunggal Ika. “Keragaman membuat kita tetap utuh sebagai bangsa dengan segala dinamikanya,” ujar Haedar.

Di tengah keragaman itu, bangsa Indonesia telah mencapai konsensus yang diterima oleh semua komponen bangsa. “Kita tegak di atas nilai agama yang menjadi sumber nilai yang hidup.” Di saat yang sama, kita bersyukur karena bangsa ini punya pijakan budaya yang luhur. Didorong oleh budaya gotong royong dan nilai etika sosial.

Pancasial Sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah

Haedar mengingatkan bahwa dalam kehidupan kebangsaan, bangsa Indonesia harus bersyukur karena memiliki Pancasila, yang mampu menjadi titik temu yang mengikat kita semua. Para pendiri bangsa telah menggariskan arah cita-cita Indonesia merdeka yang ingin dituju. Muhammadiyah menyebut Negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah.

Dalam perjalanannya yang penuh dinamika, bangsa Indonesia telah memasuki era reformasi. “Kita menjadi bangsa yang demokratis, sadar akan Hak Asasi Manusia, terikat di atas pondasi negara hukum.” Namun di saat yang sama, ada nilai yang harus dijaga supaya tidak keluar dari semangat reformasi.

Baca Juga  Ekonomi Indonesia No Normal

Haedar memberi catatan tentang kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya yang semakin bebas dan liberal. Oligarkhi, politik uang, disparitas tinggi. “Keadilan sosial belum terwujud. Sekelompok kecil orang menguasai akses sumber daya alam di negeri tercinta ini,” ungkapnya. Realitas ini sama sekali tidak sejalan dengan spirit reformasi dan konstitusi kita.

“Masalah-masalah ini kita urai, kita selesaikan, sehingga melangkah ke depan dengan baik,” kata Haedar. Dalam melangkah ke depan dan menghadapi tantangan yang ada, bangsa Indonesia harus senantiasa berpijak pada nilai agama, Pancasila, dan budaya luhur yang diwariskan para pendahulu bangsa.

“Kita bisa merdeka karena kekuatan kolektif dan kebersamaan. Jika ada masalah, selesaikan secara damai dan penuh persaudaraan, serta dengan penuh kedewasaan. Tidak ada bangsa yang tanpa masalah, namun harus mampu menyelesaikan masalah dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.”

Haedar mengemukakan Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 18, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat ini mengisyaratkan supaya masa depan harus lebih baik dari masa kini. “Tahun depan harus menjadi lebih maju. Datangnya tahun baru boleh dirayakan dengan kegembiraan, namun jangan berlebihan.” Datangnya tahun baru harus kita refleksikan untuk menghadapi tantangan masa depan bangsa menuju negara yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur.

.

Link video https://www.youtube.com/watch?v=fcs6datip68

.

Reporter: Muhammad Ridha Basri

Related posts
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…
Perspektif

Cara Menahan Marah dalam Islam

8 Mins read
Marah dalam Al-Qur’an Marah dalam Al-Qur’an disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya adalah QS. Al-Imran ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ…
Perspektif

Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

5 Mins read
Akhir-akhir ini kata Syiah tidak hanya menjadi stigma, melainkan menjadi imajinasi tindakan untuk membenci dan melakukan persekusi. Di sini, Syiah seolah-olah memiliki keterhubungan yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *