Tafsir

Refleksi Sederhana Surah Al-Ikhlas

2 Mins read

Ada baiknya, merujuk pada judul yang disematkan oleh penulis. Maka mari kita membaca sejenak surah pendek, yakni Surah Al-Ikhlas yang sering kita lafalkan dan hafalkan:

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١  ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢  لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣  وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ ٤

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1. Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia

Siapa yang tidak hafal dengan lantunan ayat Allah ini. Hampir seluruh umat Islam di dunia universal ini hafal tanpa teks di luar kepala.

Anak kecil seusia balita pun sudah banyak hafal dan lantang mengucapkan surah ini. Bahkan, tak jarang bahwa kebanyakan imam di masjid maupun di surau-surau kecil sering menjadikan surah ini sebagai surah andalan apabila sang imam lupa dengan ayat pilihan yang dibaca sebelumnya. Dijadikan surah pendek yang sering dipilih untuk dibaca, bahkan dijadikan prioritas bagi sebagian orang saja dan belum tentu semuanya.

Secara harfiah dan lafdziyyah, surah ini tentu sangat mudah untuk dilafalkan apalagi dihafalkan. Hanya terdiri dari 4 ayat, itupun dengan kalimat singkat. Tidak sampai 3 menit, sudah tuntas dan tidak seperti surah-surah pendek yang lain.

Tapi, siapa sangka? Andai kita memaknai dan mentadaburinya kembali, ada banyak rahasia dan pesan yang disampaikan Allah bagi seluruh hamba-Nya. Tidak perlu ditafsirkan, jika memang kita belum mampu untuk menjadi mufasir. Cukup mentadaburi ayat-ayat langit, tanpa perasaan takabur lantas bersifat langit.

Mengapa Dinamakan Al-Ikhlas?

Banyak orang yang sudah mengetahui, surah ini dinamakan Al-Ikhlas. Tetapi, mengapa di dalam ayat-Nya sekalipun tidak tertulis surah kalimat ikhlas? Ataupun dari kata aslinya? Atau beberapa kosakata yang berhubungan dengan ikhlas itu sendiri?

Baca Juga  Abd al-Karim Hamidi: Peletak Pendekatan Maqasid Alquran

Sampai sebagian orang saat menanyakan kepada kawan setaranya, “Kalau ikhlas itu engga usah bilang-bilang. Orang di Surah Al-Ikhlas aja, engga ketulis kata ikhlas sekalipun!” Ini hanya selingan saja, biar tidak serius membaca.

Ikhlas secara bahasa sendiri berarti murni. Berasal dari bahasa Arab yaitu akhlasha-yukhlishu. Ada juga beberapa yang berpendapat bahwa ikhlas berarti menjadikan tujuan ibadah semata-mata karena Allah. Tetapi, bukankah kalau di dalam surah ini hanya menjelaskan tentang keesaan Allah? Nah, itu yang perlu kita cari.

Serangkaian dengan beberapa kalimat di atas, kita diajak untuk merefleksi diri kita sendiri dahulu. Tidak usah berpikir berat, bahwa ini urusan orang jurusan tafsir, kita kan tidak belajar. Namun, dengan cara berdiskusi sederhana, semoga kita juga mengamalkan wa tawaashau bi-l-haqqi, wa tawaashau bi-sh-shabr.­

Sebenarnya, justru sangat berat sekali untuk bisa melafalkan 4 ayat ini, apalagi jika kita sudah menghafalkannya. Dalam surah ini, memang kita semua diajak dan ditanya tentang tauhid, tentang keesaan Allah. Belajar tentang kembali kepada Allah, belajar untuk benar-benar memercayai Allah. Tidak usah dibahas dan ditafsirkan per ayat. Semua dari ayat tersebut jelas-jelas mengartikan keesaan Allah.

Mentadaburi Kata Esa

Menuju kalimat Esa, memang sangat abstrak dan banyak sekali penafsiran. Tetapi, bisakah kita mentadaburi sederhana bahwa kita bisa menyerahkan seluruh apa yang kita miliki di dunia ini kepada-Nya seluruhnya? Bisakah kita benar-benar percaya tanpa ragu pada Allah atas ketentuan takdir-Nya? Bisakah kita memahami dan bersabar atas nikmat dan ujian-Nya?

Kita diperintah untuk mengatakan: Katakanlah! Dialah yang Maha Esa. Tetapi saat melafalkannya, masih berpikir tentang nasib kita. Masih berpikir, ada orang lain yang ada di hati kita. Masih berpikir, bahwa ada yang lebih mencintai selain Dia. Atau lebih pemurah dibanding segala sesuatu dari sebagian nikmat-Nya?

Baca Juga  Masa Lalu, Bagaimana Sikap Kita Seharusnya?

Banyak sekali yang seharusnya dipertanyakan untuk diri kita. Tentu, hanya diri kita sendiri yang tahu segala batasan-batasan itu. Dengan tulisan ini, semoga bermanfaat dan selalu menjadi muhasabah bagi kita semua.

Bukan maksud untuk menggurui atau merasa lebih unggul. Ini adalah salah satu bentuk mengingatkan diri sendiri, jika mungkin untuk berbagi kepada yang lain, semoga bisa bermanfaat. Semoga dengan ini, kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan selalu mengingatkan satu sama lain. Apabila ada kalimat atau pengertian yang belum berkenan, kesempurnaan tentu hanyalah milik Allah semata.

Wallahu a’lam bi-sh-shawab.

Editor: Lely N

Avatar
6 posts

About author
Mahasiswi Guru Gontor Putri Kampus 3
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *