Oleh: Ahmad Muttaqin Alim
Setengah tahun tidak nulis renungan Jum’at, bismillah mulai lagi ingin membiasakan.
Selama ini saya berpikir bahwa dosa azali hanyalah kesombongan. Saya berpikir begitu karena Itu yang dilakukan iblis dengan mengatakan, “Aku lebih baik darinya (Adam). Aku diciptakan dari api, sedangkan dia diciptakan dari tanah”. (dari Al-A’raf 13).
Lalu belakangan saya berpikir, mengapa muncul kesombongan iblis itu padahal selama berjuta tahun(?) Iblis adalah makhluk yang sangat taat kepada Allah?
Setelah ditelisik, ternyata Tak lain dan tak bukan adalah karena KEDENGKIAN. Ya, Iblis dengki terhadap Adam karena “anak baru” kok dimuliakan sedemikian rupa, direncanakan jadi khalifah di bumi (Qs. Al Baqarah : 30), diberi ilmu “nama-nama” (Qs. Al Baqarah : 31) dan lain sebagainya.
Bahkan Adam menjadi rahasia Allah, sampai-sampai Allah “hanya” menjawab, “Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”, saat malaikat mempertanyakan penciptaan Adam (Qs. Al Baqarah : 30). Misterius dan keren, pokoknya.
Dari kedengkian itulah muncul pemikiran iblis, “Aku kan lebih baik, kok yang dimuliakan si Adam?”, kira-kira begitu. Di situlah muncul kesombongan iblis. Kedengkian awalnya, kemudian muncul kesombongan sebagai amplifikasi dari kedengkian.
Nah, ternyata kedengkian juga merupakan dosa awal dalam sejarah anak turun Adam saat di bumi. Ini terbaca dalam kisah Habil dan Qabil.
Qabil dengki terhadap Habil karena Habil itu orang baik, qurbannya diterima Allah dan… istrinya lebih cantik dari istri Qabil. Qabil ingin memiliki itu semua: kemuliaan dan istri cantik. Karena itulah Qabil membunuh Habil. (QS. Al-Maidah 27 dst)
Di generasi berikutnya juga bisa kita baca dalam kisah Nabi Yusuf dan kedengkian saudara-saudaranya kepadanya. Sampai-sampai Nabi Yusuf dibuang ke dalam sebuah sumur di tengah padang pasir. (QS. Yusuf 1 dst)
Jadi memang kedengkian ini adalah dosa lawasan yang ditularkan iblis ke anak manusia. Ia merupakan setitik rasa yang bila sedikit saja dipupuk dengan pikiran kesombongan, maka bisa lahir dosa-dosa berikutnya. Apalagi bila dibumbui niat jahat, bisa timbul korban nyawa.
Sidang Jum’at yang berbahagia… (cieeeh ?)
Apa itu dengki?
Syaikh Tahir Ibn Asyur di dalam tafsirnya al-Tahrir wa al-Tanwir (Tunis, Dâr Sahnûn, 1997, vol. 30) menjelaskan bahwa dengki adalah:
إحساس نفساني مركب من استحسان نعمة في الغير مع تمني زوالها عنه لأجل غيرة على اختصاص الغير بتلك الحالة
“Dengki (hasad) adalah perasaan jiwa yang muncul dari melihat kebaikan pada orang lain dengan harapan agar kebaikan itu hilang dari orang tersebut karena cemburu (girah).”
Dengki itu tidak hanya iri, tapi iri yang dibersamai sikap negatif dan destruktif.
Dan Allah SWT melarangnya dalam QS An-Nisaa: 32, ”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak daripada sebagian lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Tapi ada emergency exit yang dibuat Allah, kita boleh dengki (kalau menurut rasa bahasa saya, “iri” lebih tepat) pada 2 perkara, seperti dalam hadits riwayat Abdullah bin Mas’ud r.a.
Ia berkata bahwasannya Nabi saw. pernah bersabda,
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَآخَرُ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا. رواه البخاري
Tidak boleh ada rasa iri dengki kecuali kepada dua orang, yakni orang yang diberikan Allah harta, lalu ia membelanjakannya dalam kebenaran dan orang yang diberikan Allah suatu hikmah (ilmu), lalu ia menerapkan dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari).
Tentu, seperti disebut sebelumnya, syarah hadits ini memberi warning bahwa iri yang dibolehkan adalah yang tanpa ada sikap negatif dan destruktif. Dengan demikian bukan untuk merusak, tapi untuk meningkatkan kualitas diri.
Maka sebaiknya kira sering-sering melantunkan dan menghayati doa ini:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Ya Allah, ampunilah dosa‐dosa kami dan dosa‐dosa saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang‐orang yang beriman. Ya Allah, sungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al‐Hasyr: 10)
Wallahu a’lam bi al-shawwab
,