Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam tahun Hijriyah (Tahun baru Islam) atau biasa disebut dengan satu suro. Bulan Muharram merupakan salah satu dari beberapa bulan haram yang disebutkan dalam Al-Quran, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرٗا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٞۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ وَقَٰتِلُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ كَآفَّةٗ كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمۡ كَآفَّةٗۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ ٣٦
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (at-taubah: 36).
Tahun Baru Islam yang Berbeda
Bulan Muharram adalah bulan haram yang dilarang oleh Allah untuk melakukan pertumpahan darah, peperangan, dan hal-hal yang dilarang agama. Apabila melanggar, maka dosanya lebih besar daripada bulan-bulan lainnya. Begitu pula sebaliknya, amal kebaikan akan dilipatgandakan. Disamping itu, bulan Muharram juga merupakan bulan pertama dalam Tahun Baru islam.
Bagi kaum muslim, pergantian tahun Hijriyah biasanya diisi dengan doa bersama (doa akhir dan awal tahun) sekaligus berharap agar memperoleh kejayaan dan keselamatan di tahun berikutnya. Apalagi tahun baru hijriyah kali ini berbeda dengan sebelumnya. Karena, tahun baru kali ini masih dalam suasana pandemi Covid-19.
Maka dari itu, sudah sayogianya kita jadikan tahun baru kali ini (1442 H) sebagai renungan dengan introspeksi diri. Di samping itu, perlu pula memperbanyak istighfar bahwa dengan adanya pandemi ini bisa jadi hal tersebut sebagai bala, musibah, atau azab.
Covid-19 sebagai Bala
Maksud sebagai bala, yaitu dengan adanya bencana ini merupakan ujian yang mengangkat derajat seseorang. Hal tersebut dapat dicapai apabila ia mampu melewatinya dengan baik, sabar dan penuh kesadaran, keikhlasan serta tawakal.
Bala akan memperkuat keimanan dan memperkokoh ketaatan seorang hamba. Bahkan, bala juga menjadi media peleburan dosa bagi hamba yang mampu menjalaninya dengan baik dan penuh kesabaran. Di antara makna bala yang berarti ujian atau cobaan adalah sebagaimana disebut dalam Al-Quran surah al-Baqarah ayat 155:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Dalam Al-Quran, arti bala digunakan untuk merujuk pada ujian yang berupa kenikmatan, seperti kekayaan atau kemuliaan. Selanjutnya, arti bala juga dapat merujuk pada ujian yang berupa keburukan, seperti kemiskinan, kematian, kegagalan, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan keadaan sekarang ini.
Adanya Covid-19, Tuhan sedang menguji manusia untuk saling membantu. Virus ini cepat menular dan dapat menyebabkan kematian. Sehingga ada himbauan untuk dirumah saja yang membuat masyarakat kecil tidak bisa bekerja seperti biasa. Oleh karena itu, orang yang mampu hendaknya membantu mereka yang papa yang terdampak Covid-19. Apabila situasi ini bisa dimanfaatkan dengan baik, maka Allah akan mengangkat derejatnya.
Covid-19 sebagai Musibah
Maksud musibah disini, yaitu sebagai hukuman atau iqob, apabila manusia melakukan hal yang melampaui batas dengan melanggar aturan Tuhan. Contohnya, apabila sebelum adanya Covid-19 banyak manusia yang maksiat, kemudian setelah adanya virus dan terdapat himbauan menjaga jarak. Maka dengan kebijakan tersebut makin berkuranglah orang yang melakukan perbuatan maksiat dan lebih banyak untuk mengingat Tuhannya.
Musibah yang turun sebagai hukuman (iqob) menjadi suatu peringatan. Apabila manusia menyadari kesalahannya, lalu beristighfar, bertaubat, dan kembali kepada aturan-aturan Allah, orang tersebut akan diangkat derajatnya dan begitupun dengan musibah.
Namun, jika musibah tersebut tidak kunjung membuat manusia sadar, maka akan terus diturunkan musibah hingga hari pembalasan dan menjadi azab untuk kaum tersebut. Terkait adanya suatu musibah, salah satunya disebutkan dalam Al-Quran surah al-Baqarah ayat 156:
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun.”
Jadi, peristiwa musibah yang dalam hal ini Covid-19 termasuk kedalam peristiwa petaka yang dapat menimpa umat manusia, baik mukmin maupun kafir atau munafik. Seluruh belahan dunia merasakan dampaknya. Musibah ini tidak akan pernah terjadi kecuali atas izin dan dalam pengetahuan-Nya.
Pandemi sebagai Azab
Azab, yaitu musibah yang menimpa orang-orang kafir. Mereka yang mengingkari Allah dan yang hidup bergelimang maksiat maupun dosa. Bencana ini adalah apa yang terjadi pada umat terdahulu yang menolak ajakan para nabi untuk bertauhid kepada Allah. Manakala para nabi itu menyerukan keimanan. suatu kaum justru kian asyik tenggelam dalam kekufuran. Sebagai respon dari ketidakpatuhan secara berkesinambungan tersebut, maka Allah mengirimkan musibah yang membinasakan suatu kaum.
Contohnya, seperti yang terjadi terhadap kaum Nabi Luth yang menolak seruannya untuk menyembah Allah. Mereka bergelimang dosa yang disebabkan oleh kecenderungan mereka yang menyukai sesama jenis (homoseksual). Berbagai upaya telah dilakukan Nabi Luth untuk mengajak mereka bertaubat dan kembali pada kebenaran, tetapi mereka tetap menolaknya. Oleh karena itu, Allah mengazab kaum Nabi Luth dengan hujan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, seperti yang diterangkan palam QS. Huud: 81.
Adanya Covid-19 ini barangkali bisa menjadi azab bagi manusia, karena pada zaman sekarang perbuatan kotor dan hina berupa homoseksual sudah marak terjadi lagi. Bukan sebagian orang yang buta hatinya memperbolehkan perbuatan ini, padahal perbuatan ini jelas menyalahi sunnatullah dan mengundang datangnya azab Allah. Dengan demikian, kita wajib senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Bahwa dengan adanya Covid-19 saat ini bukanlah azab, melainkan sebagai ujian/peringatan.
Editor: Nirwansyah