Oleh: Nurbani Yusuf*
Maafkan ‘kenakalan’ saya bila Salafi saya kategorikan sebagai paham Utsaiminiyah—sebagaimana Wahabi lebih suka menyebut dirinya al-Muwahidun. Masa Salaf adalah masa para sahabat yang terdiri dari kaum Anshar dan kaum Muhajriin, para pengikut sahabat (tabi’in) dan pengikutnya pengikut sahabat (tabi’ut at tabiin). Selain ketiga generasi itu bukan salaf.
Bermula dari manhaj atau gerakan pemikiran tentang ke-salaf-an yang berhujjah pada Al Quran surah at-Taubah 100:
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
Kemudian hadits Nabi saw :
“Sebaik-baik zaman (umat) adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Tiga generasi inilah yang kemudian lazim disebut dengan Salaf atau terdahulu. Lawan dari terkemudian atau Khalaf.
Semua kita merujuk pada tiga generasi itu dengat kadar kualitas berbeda dengan tidak merasa paling salaf—dan yang merasa kelompoknya paling salaf itulah Salafi sambil menafikkan semua selain kelompoknya bukan Salafi.
Pertanyaan Mendasar
Pertanyaan besarnya adalah: masa Salaf adalah kelompok generasi sahabat, kelompok generasi tabi’in dan kelompok generasi tabi’ut at tabiin yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Maka siapa yang bakal kita teladani sebagai model salafus-saleh? Ada puluhan ribu salafus saleh mana yang kita teladani ?
Para ulama berbeda pendapat tentang siapa yang paling berhak di sebut Salaf. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa: Masa Salaf adalah masa ke-khilafah-an Abu Bakar ra dan Umar ra saja, tanpa Ustman ra dan Ali ra.
Yang lain berpendapat: masa Salaf adalah masa Abu Bakar, Umar ra dan Ustman ra saja tanpa Ali ra.Yang lainnya lagi berpendapat: masa Salaf hanya Ali ra saja tanpa Abu Bakar ra, Umar ra dan Ustman ra. Kemudian para ulama berihktilaf lagi, apakah ke-salaf-an itu merujuk pada suatu generasi secara generik atau individu par excelent yang hidup pada masa salaf ?
Meski secara akademik dapat dikatakan bahwa: Masa salaf adalah masa otoritatif yang punya kewenangan sebagai sumber etik, yang di-ilustrasikan dalam QS At-Taubah 100. Tapi kemudian para ulama berikhtilaf menentukan masa siapa berhak disebut salaf yang legitimate untuk dijadikan uswah. Pendek kata hanya untuk menentukan masa ke-salaf-an saja para ulama sudah berbeda pendapat.
Sejak Kapan Muncul Terma Salafi?
Lantas kapan ‘Salafi’ digunakan sebagai konsep teknis untuk merujuk pada kelompok yang menganjurkan kembali kepada manhaj para salaf ?
Istilah salafi ini pertama kali muncul di dalam kitab Al-Ansab karya Syaikh Abu Sa’d Abd al-Kareem al-Sam’ani, yang meninggal pada tahun 1166 M atau 562 H dari kalender Islam. Dibawa untuk masuk dalam pemikiran al-salafi ujarnya, “Ini merupakan pemikiran ke-salaf, atau pendahulu, dan mereka mengadopsi pengajaran pemikiran berdasarkan apa yang ‘saya telah mendengar.”
Pada perkembangannya, salafi telah berproses menjadi sebuah manhaj atau isme. Yaitu Sebuah paham pemurnian atau purifikasi ajaran Islam karena banyak percampuran dengan ajaran-ajaran lain. Baik dalam akidah, fikih dan muamalah lainnya yang menjauh dari ajaran pokok (great tradition)
Tokoh Rujukan Salafi
Gagasan pemurnian atau purifikasi pernah dianjurkan pula oleh ulama-ulama besar semisal Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah (728 H, atau 1328M) dan muridnya Ibnu al Jauzy. Dengan gagasan: Kembali ke Tauhid, mengikut Qur’an-Sunnah dan Salaf ash-Shalih, teori Mill, pembuktian induktif dan analogi, kritik terhadap silogisme. Inilah manhaj Salafi awal.
Kemudian salafi yang kita kenal sekarang, meski memilik benang merah dengan para ulama-ulama se-manhaj, adalah menganut kepada tiga ulama besar yang hidup di paruh abad 20. Mereka yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz atau Syaikh Bin Baz dalam urusan tauhid, Syaikh Muhammad bin Salih al Utsaimin atau Syaikh Utsaimin dalam urusan fikih dan Syaikh Muhammad Nashirudin al Bani atau Syaikh Albani dalam urusan hadis.
Dari ketiga beliau itulah kemudian manhaj salafi menemukan bentuknya seperti yang kita kenal sekarang. Kepada tiga ulama itu pulalah, para ulama-ulama yang tergabung dalam kelompok manhaj Salafy merujuk dan menyandarkan manhaj Salafy-nya—
Meski pada realitasnya salafi juga sangat kental dengan paham Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam berbagai bentuk, layaknya sebuah manhaj, ia diramu dari berbagai manhaj lainnya untuk saling melengkapi. Maka, dengan agak nakal, saya katakan bahwa salafi yang kita kenal sekarang adalah UTSAIMINIYAH. Wallahu ta’ala a’lam
*Komunitas Padhang Makhsyar