Komunikasi adalah kunci berlangsungya silaturahmi. Di masa pandemi, komunikasi daring merupakan upaya mendukung pemerintah untuk tetap jaga jarak dan di rumah saja dengan terus menjaga silaturahmi. Namun, hal yang kerap ditemui ketika mengawali sebuah percakapan adalah kalimat salam dan pertanyaan kabar yang hanya berupa basa-basi, dengan jawaban berupa formalitas tanpa hati.
Percakapan dalam bentuk tulisan tak jarang menimbulkan kesalahpahaman. Tidak sedikit yang cenderung salah menebak karakter seseorang melalui ketikan tangannya. Mungkin butuh waktu yang tidak sebentar, atau lebih tepatnya mengambil jeda dan menghindari tergesa-gesa. Membaca ulang lalu mencoba menerka intonasinya agar tidak salah makna.
Mengucap Salam Secara Virtual
Dalam aktivitas sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat melakukan berbagai hal secara individu. Baik disadari maupun tidak, kita kerap melibatkan orang lain ketika menjalaninya. Tidak bisa dipungkiri bahwa masa pandemi mengharuskan kita untuk membatasi bertemu dengan banyak orang dan interaksi secara langsung.
Oleh sebab itu, banyak kegiatan dilakukan dalam jaringan, seperti komunikasi yang dilaksanakan secara virtual. Lumrahnya ketika mengirimkan pesan diawali dengan salam dan bertanya kabar atau akhir-akhir ini kerap disebut basa-basi dengan jawaban berupa formalitas tanpa hati. Meskipun tidak sedikit yang menganggap salam sebagai bentuk kesopanan dan sebuah penghormatan.
Perihal salam, tak jarang ditemukan ketidaksabaran dari lawan percakapan. Seolah salam adalah basa-basi dan tidak to the point. Padahal, “Assalamualaikum” bukan sebuah basa-basi, melainkan doa yang wajib dijawab dan diamini.
Salam Sebagai Kalimat Doa dan Penghormatan
Dalam Islam, salam adalah suatu hal yang penting serta merupakan kalimat yang agung. Kata salam berasal dari Bahasa Arab yang berarti selamat, terlepas dari bahaya, kesejahteraan, kedamaian, dan sentosa.
Imam An–Nawawi dalam kitab Al-Adzkar menyebutkan bahwa, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh mengandung arti semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat dan keberkahan untukmu atau semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah padamu atau kalian.
Maka dapat dikatakan bahwa kalimat salam bukan basa-basi, melainkan ucapan doa. Selain wajib dijawab, salam juga harus diamini sebagai bentuk pengharapan kepada Allah supaya melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan-Nya kepada kita.
Diantara tuntunan Islam yang terkait dengan sikap dan perilaku manusia terhadap manusia yang lain adalah anjuran kepada setiap muslim untuk menebarkan atau memberikan salam kepada orang lain baik yang dikenal maupun yang tidak.
Berbagai ayat di dalam Al Qur`an pun menganjurkan mengucap salam saat memasuki rumah.
Sebagaimana firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meinta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.”
(QS. An-Nur {24}: 27)
Masih dalam surah yang sama Allah membimbing kita untuk selalu mengucap salam.
“… Apabila kamu memasuki rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya bagimu, agar kamu mengerti.
(QS. An-Nur {24}: 61)
Adapun kewajiban untuk menjawab telah dijelaskan melalui pesan langit-Nya:
“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang baik atau balaslah (penghormatan itu yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.”
(QS. An-Nisa {4}: 86)
Kekasih Allah pun memerintahkan kita supaya mengucap salam, “Dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwasanya ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah saw: Bagaimanakah Islam yang baik itu? Beliau menjawab: Yaitu kamu memberi makanan, dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang belum kamu kenal.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits diatas disebutkan bahwa seseorang yang beragama Islam yang baik adalah mereka yang selain memberi makanan juga yang saling mengucapkan salam kepada siapapun baik yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal. Hal ini dapat kita integrasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh perintah atau anjuran yang datang dari Allah dan kekasih-Nya selalu mengandung dan mendatangkan kebaikan bagi yang menjalankan.
Menebar salam juga dapat menciptakan keharmonisan serta suasana penuh cinta sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, “Dari Abi Hurairah ra. Dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: Kalian tidak akan masuk surga hingga beriman, kalian tidak akan (sempurna) imannya hingga saling mencintai diantara kalian. Maukah aku tunjukan kepada kalian tentang sesuatu yang apabila dikerjakan kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam diantara kalian.” (HR Muslim)
Menurut Furqon Syarief Hidayatullah melalui Salam Dalam Perspektif Islam, mengucap atau menjawab salam merupakan bagian dari amalan ibadah yang dapat benilai di sisi Allah SWT. Di mana kalimat salam (Assalamu’alaikum) tidak dapat disamakan dengan ucapan selamat pagi, selamat sore, dan ucapan selamat-selamat lainnya karena ucapan salam dalam perspektif Islam mengandung makna yang sangat mulia. Ketika seseorang mengucap assalamu’alaikum kepada orang lain, pada hakikatnya sedang didoakan.
Mengucap dan menebar salam bukan hanya ketika bertemu atau memasuki rumah orang lain saja, namun juga ketika memulai percakapan secara virtual. Sebagaimana kondisi saat ini, pertemuan dan interaksi secara langsung harus dibatasi untuk menekan menyebarnya virus yang tengah menyerang seluruh belahan dunia.
Untuk tetap melalnjutkan aktivitas dan menyambung silaturahmi sebagaimana sebelum pandemi, kita harus menjaga komunikasi dengan berbagai pihak. Mengawali percakapan dengan salam bukan sebuah basa-basi melainkan kalimat doa yang wajib dijawab dan diamini. Salam juga Salah satu amalan mulia yang dilakukan oleh seorang muslim terhadap muslim yang lainnya.
Jadi, dapat diketahui bersama bahwa selain dianjurkan, salam juga merupakan kalimat doa, sebuah pernghormatan, dan bentuk pengharapan. Sudah seharusnya ketika mengucapkannya baik secara langsung maupun tidak, semestinya disertai kerendahan hati dan pengharapan kepada Allah semata.
Editor: Yusuf