Perspektif

Sampai Kapanpun, Poligami Itu Boleh dan Benar!

3 Mins read

Anda yang merasa tidak cocok dengan judul di atas, kemudian merasa marah dan ingin sekali melempari saya dengan apapun yang ada di dekat anda, saya sarankan ambil nafas panjang dahulu. Keluarkan pelan-pelan. Rileks-kan bahu dan pundak anda. Kemudian rasakan tubuh anda menjadi ringan. Sangat ringan hingga anda, merasa tubuh anda melayang saking ringannya.

Sekarang karena tubuh anda sudah sangat ringan, saya bisa membawa anda terbang ke atas awan dan melewati ruang dan waktu. Menuju ke sebuah tempat bernama JakaBaya. Tempat ini adalah satu-satunya yang tersisa dari negara bernama Indonesia di tahun 2300.

Setelah perang besar yang terjadi di tahun 2200, ada salah satu pihak yang berhasil membuat satu senjata biologis yang sangat mengerikan. Satu senjata berupa virus yang hanya menjadikan seorang wanita yang terpapar menjadi carrier, sedangkan bila seorang pria yang terpapar maka dia akan mati paling lama dalam satu minggu. Karena muncul di tahun 2219 virus itu dinamakan Covid RongatusSongolas!

“Kita sudah berada di jantung kota JakaBaya. Ayo turun” kataku. Saat berada di jantung kota JakaBaya, ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Dan itu tergantung gender anda. Bila anda wanita, anda akan aman-aman saja berada di sana. Anda hanya akan terheran-heran melihat hanya ada wanita di sana. Bahkan anak kecil sekalipun.

Tapi bila anda lelaki…. anda harus bersiap untuk berlari secepat yang anda bisa. Ribuan wanita akan menjadi histeris begitu melihat anda. Tak perduli wajah anda tak seganteng Nicholas Saputra, Dian Sastro sekalipun akan mengejar-ngejar anda. Jadi, anda cowok atau cewek?

Covid RongatusSongolas menyebabkan di dunia ini tinggal tersisa beberapa pria yang masih bertahan hidup. Mereka memiliki ratusan bahkan sampai ribuan istri. Dan para wanita terpilih itu dipilih secara ketat. Hanya wanita sehat dan berparas menawan yang terpilih. Yang pernah terpapar virus dan menjadi carrier jangan pernah berharap bisa menyentuh pria.

Baca Juga  Perlukah Muhammadiyah Memiliki Rumah Sakit Jiwa?

Ada satu keanehan lagi, entah kenapa saat itu juga sangat sulit untuk mendapatkan bayi laki-laki. Dari 1000 kelahiran, hanya satu yang laki-laki. Jadi populasi wanita dan prianya sangat tidak berimbang. Ngeri ndak tuh?

Tapi namanya juga masa depan, ndak usah dipikir terlalu beratlah. Toh anda dan saya tidak akan hidup sampai selama itu.

Oke, back to the real life. Sudahkah anda paham tentang poin yang ingin saya sampaikan? Kalau belum, saya akan berikan satu contoh lagi. Ini terjadi di jaman Nabi Muhammad SAW. Saat itu ada salah satu sahabat datang dan bercerita bahwa dia memiliki delapan istri. Nabi kemudian menjawab “pilihlah empat diantara mereka dan ceraikan sisanya.

Tapi tunggu dulu, anda tentu tidak berpikir bahwa logika yang saya pakai adalah “jumlah wanita jauh lebih banyak daripada pria” bukan? Tentu saja bukan logika itu yang saya pakai. Alasannya adalah karena saya tidak yakin dengan teori yang banyak beredar yang menyebutkan perbandingan jumlah pria dan wanita itu 1 banding 5. Itu berarti 5 orang wanita untuk 1 pria.

Kenapa saya tidak yakin? Ya buktinya sampai saat ini masih banyak teman pria saya yang belum menemukan lima orang wanita tersebut. Lima? Boro-boro, satu saja belum ketemu. hehehe~

Logika yang saya pakai ada kaitannya dengan obrolan-obrolan yang terjadi di grup Telegram tentang poligami. Dan ada satu kalimat yang terus terngiang di telinga saya, yaitu “pria sejati tidak akan poligami”.

Lalu anda pikir siapa saja pria berpoligami itu? Ada Bung Karno, bapak Proklamator Indonesia. KH. Achmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. KH. Hasyim Ashari, pendiri Nahdlatul Ulama. Bahkan para sahabat dan Nabi Muhammad SAW sendiri adalah pria-pria berpoligami.

Baca Juga  Pak AR dan Poligami: Mimpi Saja Takut!

Apakah anda berani mengatakan mereka bukan pria sejati hanya karena mereka berpoligami? Tentu tidak berani bukan. Bahkan menurut saya mereka adalah para pria sejati yang luar biasa.

Jadi menurut saya kalimat itu harusnya ditulis begini, “pria sejati yang biasa-biasa saja tidak pantas poligami, hanya pria sejati yang luar biasa yang pantas untuk poligami”. Kalau anda setuju dengan kalimat di atas, konflik hanya terjadi bila anda melihat yang melakukan poligami adalah pria sejati biasa. Bahkan mungkin level “biasa”nya berada di bawah kriteria “biasa” versi anda.

Sayangnya, kita sering berbeda pandangan dalam menentukan apakah kita termasuk “biasa” atau yang “luar biasa”, jadinya ya debat terus tanpa ada hentinya. Kalau saya, tak buat mudah saja. Saya merasa bahwa saya adalah pria sejati yang biasa saja, dan tentu saja saya tidak pantas berpoligami. Gampang kan?

Sekarang, apakah anda sudah paham dengan poin yang ingin saya sampaikan? Poinnya adalah kapanpun poligami dilakukan, pasti ada saja yang akan merasa janggal. Entah karena merasa terlalu sedikit ataupun terlalu banyak.

Walaupun begitu, kita tentu tidak bisa serta merta menolak poligami. Hanya saja pastikan S&K berlaku. Salah satunya ya dengan mem-verifikasi apakah pria tersebut “biasa” atau “luar biasa”. Dari sudut pandang siapa? Istri pertama tentunya. hahaha~

Jadi, sedikit merasa janggal terhadap poligami memang boleh, tapi jangan berlebihan hingga anda merasa perlu untuk mencari hal-hal yang menguatkan kejanggalan tersebut. Sebab sampai kapanpun, poligami itu boleh dan benar!

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
2 posts

About author
Esais dan Cerpenis. Lahir dan tinggal di Surabaya
Articles
Related posts
Perspektif

Cara Menahan Marah dalam Islam

8 Mins read
Marah dalam Al-Qur’an Marah dalam Al-Qur’an disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya adalah QS. Al-Imran ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ…
Perspektif

Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

5 Mins read
Akhir-akhir ini kata Syiah tidak hanya menjadi stigma, melainkan menjadi imajinasi tindakan untuk membenci dan melakukan persekusi. Di sini, Syiah seolah-olah memiliki keterhubungan yang…
Perspektif

Kapan Seseorang Wajib Membayar Zakat Penghasilan?

2 Mins read
Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam yang tidak hanya berdimensi keimanan tapi juga berdimensi sosial. Secara individu, zakat merupakan wujud keyakinan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *