Feature

Sekelumit Kisah Penghafal Al-Quran

2 Mins read

Kini aku berbagi kisah tentang kehidupan diriku dengan Al-Quran. Barangkali kita memiliki pengalaman yang sama. Aku sibuk, sibuk, sibuk… begitulah ucapan yang keluar dari lisanku. Namun ternyata aku masih punya waktu untuk berselancar di dunia maya, membuat status, update story, membaca novel, dan sebangsanya.

Adapun main games sampai lupa waktu, nongkrong dan begadang sampai larut malam. Hingga tak jarang waktu subuh pun aku tak ikut disaksikan malaikat shalat berjamaah di masjid karena aku masih tertidur pulas.

Aku Merasa Bersalah

Tetapi itu bukan kewajibannku yang sebenarnya. Namun, masih saja suka tergoda olehnya. Padahal aku sudah paham tentang kemuliaan membaca, apalagi jiak mampu menghafal Al-Quran. Salah satu bentuk kemuliaan itu ialah, Allah menyediakan derajat yang tinggi bagi penghafal Al-Quran. Disamping pahala yang berlipat dari setiap huruf yang dibaca. Sebagaimana sabda Nabi Mumhammad Saw. berikut:

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَة وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf”. (HR. Tirmidzi).

Aku sulit menghafalkannya. Al-Fatihah yang tujuh belas kali aku baca disetiap shalat pun masih kesulitan dalam memaknainya. Surat-surat pendek sebenarnya sangat mudah aku hafalkan. Namun, anak yang masih berada dia tingkat KB pun sudah hafal beberapa surat pendek. Lantas, bagimana dengan diriku yang sudah sampai menginjakkan kaki di perguruan tinggi? Berapa surat atau ayat yang bisa aku hafal?

Baca Juga  Pengalaman Saya di Maroko: Sepakbola Ditempatkan di Posisi Keempat Setelah Allah, al-Watan, & al-Malik!

Aku malu, bahkan sangat malu jika anak-anak KB/TK tahu hafalanku. Bukan semata-mata karena menghafal itu sulit, tetapi ini lebih kepada niat, tekad, kemauan, dan usaha serta doaku yang kurang. Apakah aku terlalu sibuk untuk dunia yang fana ini, lalu bagaimana untuk akhiratku?

Aku merasa bersalah, hampir seluruh waktuku tersita untuk mengerjakan tugas-tugas dunia yang fana ini. Sedangkan untuk Allah hanya aku beri waktu sisa. Entah apa yang akan aku katakan pada-Nya, jika sedetik kemudian Dia memanggilku. Pasti aku tak akan mampu menghadapi-Nya. Seandainya memang benar Allah memberikan aku kesulitan untuk menghfal Al-Quran, maka ini akan membuatku semakin sering berinteraksi dengan Al-Quran. Sebegitu sayangnya Allah padaku.

Hadiah bagi Penghafal Al-Quran

Aku sangat lama dalam menambah hafalan. Jika aku mati dengan belum menyelesaikan hafalan Al-Quranku, setidaknya aku mati dalam keadaan berusaha. Sebuah usaha yang tidak akan sia-sia jika dilakukan dengan ikhlas. Allah pasti akan membalas kebaikan hamba-Nya.

Selalu saja aku ada alasan untuk tidak taat kepada-Nya. Namun, Allah tetap memuliakan hamba-Nya. Begitu banyak kisah dalam Al-Quran yang menceritakan terkait cara Allah memuliakan hamba-Nya bagi mereka yang ikhlas, sabar, dan memiliki Akhlak yang baik.

Penghafal Al-Quran adalah seseorang yang menikmati proses menghafalnya. Menghafal bagaikan berada di taman-taman kebaikan. Lisan, mata, telinga, dan hati pun terjaga dari hal yang kurang baik. Selain itu, penghafal Al-Quran juga selalu berusaha agar tak jauh dari kitab suci tersebut, bahkan kalau bisa hingga akhir hayatnya.

Untuk menuju hal tersebut, maka cara yang mesti ditempuh ialah istiqomah dalam membaca, mentadabburi, menghafal serta mengamalkan isi Al-Quran. Untuk hasilnya, biarlah Allah yang menentukan. Adapun hadiah terindah yang didapatkan oleh penghafal Quran, yaitu jubah dan Mahkota untuk kedua orang tuanya kelak.

Baca Juga  Percaya dan Berdamai dengan Diri Sendiri

Menghafal Al-Quran bukan soal kecerdasan IQ, tetapi niat, kesungguhan, dan hati yang bersih. Betapa banyak mereka yang memiliki titel sarjana, magister, doktor bahkan profesor yang masih belum cakap membaca Quran. Lebih-lebih menghafal dan mentadabburinya. Oleh sebeb itu, perlu kiranya kesadaran dari berbagai kalangan untuk menghidupkan kembali peran masjid sebagai tempat pendidikan, khsususnya pendidikan agama.

Bagi penghafal Al-Quran, murojaah merupakan aktivitas yang tak terpisahkan dari dirinya. Sebab, murojaah berfungsi untuk merawat dan mewawas hafalan tersebut. Orang yang sangat lalai dari sekian banyak kelalaian adalah orang yang menghafal Al-Quran tanpa melakukan murojaah, hingga hafalannya berkurang atau bahkan hilang sama sekali.

Editor: Nirwansyah

3 posts

About author
Ketua Rumah Quran Daarut Tarbiyah, Dusun Pendagi, Desa Kopang Rembiga, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah, NTB
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds