Tarikh

Sekolah Kiai: Amal Usaha Muhammadiyah Pertama

2 Mins read

Oleh: H. Mh. Mawardi

Dari gerakan pengajian yang diasuh Kiai Ahmad Dahlan makin berkembang hingga menjadi sekolahan. Mula-mula masih sangat sederhana. Makin lama makin ramai dengan bertambahnya jumlah murid-murid. Warga kampung Kauman menyebut sekolahan yang diasuh Khatib Amin dengan sebutan: ”Sekolah Kiai.

Sekolah Kiai

Rupanya, Kiai Ahmad Dahlan dapat menyelami jiwa anak-anak dan pemuda-pemuda. Pengajian yang beliau selenggarakan makin ramai dan bertambah jumlah anggotanya sehingga ruangan menjadi sempit. Dengan bantuan para dermawan kemudian dapat diusahakan ruangan (di muka rumah Kiai), yang lebih luas dan dilengkapi dengan bangku. Semula aktivitas masih berwujud pengajian biasa, lambat-laun tambah teratur. Akhirnya, berubah menjadi madrasah.

Beberapa pelajar sekolah guru (Kweekschool) pada tiap hari Ahad datang di Kauman untuk membantu memberi pelajaran membaca dan menulis huruf Latin serta berhitung.

Sekolah telah berwujud, tetapi karena organisasi Muhammadiyah belum berdiri sehingga sekolahan tersebut belum disebut Sekolah Muhammadiyah. Terkenal di kampung Kauman pada waktu itu dengan nama ”Sekolah Kiai” (artinya sekolah kepunyaan Kiai).

Volksschool

Kiai banyak berkenalan dengan pemimpin BO. Pada umumnya mereka banyak perhatian terhadap dunia pendidikan. Pimpinan BO bersedia membantu usaha Kiai supaya dapat bantuan dari pemerintah kolonial (subsidi). Maka berhasillah Sekolah Kiai mendapat subsidi  sehingga disetarakan dengan Volksschool = Sekolah Desa (SD 3 tahun). Ketika Muhammadiyah telah berdiri, Sekolah Kiai dikenal dengan nama VolksschoolMuhammadiyah Kauman. Demikianlah kemudian Muhammadiyah mulai mempunyai sekolah yang teratur.

Sekolah tersebut berkembang dengan baik. Tidak hanya warga Kauman, Volkschool Muhammadiyah dapat menarik perhatian orang-orang tua dari luar kampung ini. Cita-cita Kiai Dahlan ialah akan megejar ketinggalan umat Islam. Jika hanya dengan sekolah Muhammadiyah itu, tentu akan lambat sekali laju perkembangan Muhammadiyah. Oleh karena itu, kepada beberapa keluarga Muhammadiyah dianjurkan supaya memasukkan anak-anak mereka ke sekolah di luar Kauman. Demikianlah, maka beberapa pemuda dan pemudi masuk ”Sekolah Neutral” (HIS dari Neutrale-School Stichting).

Baca Juga  Kebijakan Khalifah Umar bin Khattab Hadapi Wabah Penyakit

Suatu langkah yang menggemparkan, anak-anak perempuan dari Kauman ke luar kampung, masuk sekolah yang dipimpin oleh seorang Belanda (kafir). Anak-anak yang masuk sekolah ”Neutral” pada pagi hari, pada sore harinya dikumpulkan oleh Kiai Ahmad Dahlan dan dihadapi sendiri, diisi keagamaannya. Anak-anak inilah yang kemudian harinya menjadi penerus, pemimpin organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah.

Kepada pemuda-pemuda didorong supaya pergi keluar daerah Yogyakarta, ke Betawi (Jakarta) masuk perguruan Arab (Al-Atas, Al-Irsyad), dan ke pondok di antaranya ke Pondok Termas (Pacitan). Tidak hanya pemuda dan pemudi yang didorong supaya mengaji (menuntut ilmu), juga para bapak dan ibu, bahkan para buruh batik (pengobeng), yang kebanyakan datang dari desa, dibimbing supaya mengaji.

Sumber: SM no. 9/Th. Ke-58/1978. Judul asli “Perkembangan Perguruan Muhammadiyah” karya H. Mh. Mawardi. Pemuatan kembali di www.ibtimes.id dengan perubahan judul dan penyuntingan.

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds