Akhir-akhir ini, dunia pendidikan kembali mendapatkan sorotan akibat kasus bullying yang dialami oleh seorang siswi SMP di Purworejo, Jawa Tengah. Gubernur Ganjar Pranowo pun memberikan ide untuk menutup sekolah tersebut atau digabung dengan alasan karena muridnya sedikit.
Sebagaimana sudah diuraikan tulisan Dr. Dina Afrianty, dengan judul “Jangan Tutup Sekolah Muhammadiyah” (14/2/2020) di IBtimes.IDtentang masalah ini. Kasus bullying yang viral di SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo itu sudah ditangani oleh pihak kepolisian.
Guru di sekolah tersebut menyebut pelaku masuk kategori siswa nakal, sebagaimana dilansir oleh detik.com (13/2/2020). Lalu, apakah sekolah Muhammadiyah diisi oleh anak yang ‘nakal’? Tidak semua siswa di sekolah Muhammadiyah itu nakal.
Muhammadiyah berdiri sebagai gerakan pendidikan yang selaras dengan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak sudah cendekiawan, profesor, dan orang-orang hebat lainnya lahir dari sekolah Muhammadiyah.
Pengalaman saya, mungkin saya sendiri masuk sebagai kategori anak ‘nakal’ tersebut. Berbagai sekolah pernah saya masuki, namun di SMA Muhammadiyah di mana saya juga lulus disitu, saya teringat ucapan kepala sekolah di SMA saya itu.
Ketika itu, orangtua saya menyampaikan kepada kepala sekolah bahwa saya ini anak yang ‘nakal’, dan saya terkejut dengan jawaban dari bapak kepala sekolah tersebut. Beliau mengatakan kepada ibu saya, “Sekolah kami adalah sekolah Muhammadiyah, jika sekolah kami tidak mau menerima anak ibu yang termasuk anak ‘nakal’, maka akan salah besar.
Karena jika anak nakal tidak mendapat sentuhan pendidikan dan agama, maka ia akan semakin nakal dan jauh dari agama. Izinkan kami membina anak ibu, dan semoga Allah SWT memberikan petunjuk.”
Lebih jauh bapak kepala sekolah itu menceritakan, banyak anak yang dikeluarkan dari sekolah lain, dan larinya ke SMA Muhammadiyah. Sehingga banyak sekolah kami menjadi tempat ‘anak nakal’.
Namun beliau merasa itu semua bukan karena pelarian. Tapi karena orangtua mereka yakin, bahwa sekolah Muhammadiyah mampu membina dan mendidik anak-anak yang masuk dalam kategori ‘nakal’ tersebut.
Sekolah Muhammadiyah Menerima Siswa “Nakal” Dengan Senang Hati
Jawaban itulah yang tak bisa saya lupakan, karena dalam persepsi saya waktu itu, tidak ada sekolah yang mau menerima siswa nakal seperti saya. Nyatanya semua anggapan saya itu salah, sekolah Muhammadiyah menerima saya dengan ikhlas dan senang hati.
Sekolah Muhammadiyah adalah tempat ‘rehabilitasi’ yang tepat bagi anak yang mempunyai kelakuan kurang baik, seperti saya dulu. Di mana, saya mendapatkan pemahaman tentang agama, sosial, dan keorganisasian melalui sekolah Muhammadiyah.
Muhammadiyah yang mempunyai pendidikan dari tingkat kanak-kanak hingga perguruan tinggi yang tersebar luas di Indonesia hingga ke mancanegara menunjukan bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan pendidikan.
Spirit Pendidikan Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan di awal perjuangannya juga mendirikan pendidikan, karena dari pendidikan lah manusia akan memiliki keunggulan intelektualitas dan keanggunan moralitas. Tujuan Pendidikan Muhammadiyah membentuk manusia Muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, berdisiplin, bertanggung jawab, cinta tanah air, memajukan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Serta menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang handal.
Pendidikan Muhammadiyah sudah diakui integritasnya. Bukan hanya di dalam negeri, tapi juga mancanegara. Sekolah Muhammadiyah bukan hanya diisi oleh siswa muslim saja, tapi juga siswa non-muslim. Ini merupakan bukti bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang moderat, toleran, dan menghargai keberagaman.
Pendidikan Islam Berkemajuan Ala Muhammadiyah
Pendidikan Islam berkemajuan yang diusung Muhammadiyah menjadi model pendidikan yang bukan hanya mengajarkan tentang agama, tapi juga ilmu pengetahuan yang selaras dengan kemajuan dan kebutuhan zaman.
Kasus bullying bukan hanya terjadi di sekolah Muhammadiyah saja, tapi juga sudah menjadi PR (Pekerjaan Rumah) dunia pendidikan di Indonesia. Namun saya yakin, sekolah Muhammadiyah mampu menjadi ‘obat’ dari kenakalan remaja yang ada.
Karena di sekolah Muhammadiyah mempunyai banyak keunggulan yang mungkin tidak ada di sekolah-sekolah lain. Sejak dari masuk di sekolah Muhammadiyah, siswa sudah dibekali dengan pembinaan karakter lewat FORTASI (Forum Ta’aruf dan Orientasi Siswa), punya kegiatan ekstra yang bisa menangkal kenakalan remaja.
Dari kegiatan Tapak Suci, Kepanduan Hizbul Wathan, dan juga kegiatan-kegiatan keorganisasian yang dipelopori oleh Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang ada di setiap tingkat jenjang pendidikan di sekolah Muhammadiyah, bahkan tingkat SD pun sudah banyak yang membentuk keorganisasian IPM.
Di tingkat perguruan tinggi, ada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang akan menjadi wadah dan pencetak kader persyarikatan Muhammadiyah. Sekolah Muhammadiyah juga sebagai media kaderisasi Persyarikatan yang efektif. Di mana, kegiatan di atas merupakan sarana yang tepat untuk menghasilkan kader otentik.
Maka, sekolah Muhammadiyah adalah tempat perbaikan diri yang tepat bagi anak yang dianggap ‘nakal’. Jika memang terdapat kasus di pendidikan Muhammadiyah seperti di Purworejo yang viral tersebut, adalah menjadi koreksi kita bersama terutama yang ada di sekolah naungan Muhammadiyah.
Sekolah Muhammadiyah: Untuk Anak Baik Maupun Anak Nakal
Saya sendiri sebagai pendidik di sekolah Muhammadiyah turut prihatin atas apa yang terjadi. Namun kita yang berada di dunia pendidikan khususnya Muhammadiyah, harusnya menjadikan ini sebagai evaluasi dan penyemangat dalam membina generasi penerus bangsa.
Sekolah Muhammadiyah sekolah untuk anak baik dan untuk anak ‘nakal’, karena mereka juga anak-anak kita yang butuh pendidikan. Saya rasa sekolah Muhammadiyah mampu mengatasi masalah kenakalan, karena Muhammadiyah punya sarana untuk membina seorang anak yang ‘nakal’ tersebut menjadi lebih baik secara akhlak dan secara intelektual.
Muhammadiyah sudah diakui dan terakui mempunyai pendidikan yang baik, dan bahkan terbaik. Tak jarang sekolah dan kampus Muhammadiyah menjadi sekolahan favorit, dan juga meraih prestasi menjadi yang terbaik.
Permasalahan dalam dunia pendidikan akan selalu ada, kita yang ada dan berkecimpung didalamnya haruslah siap dan menyiapkan ‘senjata’ untuk menghadapi masalah tersebut, termasuk bullying.
Semoga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo tidak menutup SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo dan semoga tidak akan ada lagi bullying dan kasus yang lainnya di dunia pendidikan kita, khususnya di sekolah Muhammadiyah.
Editor: Yahya FR