Review

Teologi al-‘Ashr: Spirit dan Etos Muhammadiyah

2 Mins read

Al-‘Ashr, salah satu surat dalam Al-Qur’an, menekankan pergumulan manusia dengan waktu. Sebagai salah satu dimensi dalam setiap aspek kegiatan manusia, waktu tidak dapat dielakkan, sebagai unsur paling penting dalam hidup manusia. Meskipun surat al-Ma’un sebagai teologi pendorong Muhammadiyah dalam memajukan dan menyejahterakan bangsa sudah jelas perannya, tetapi tidak berarti teologi lain di dalam al-Qur’an luput dari pemikiran Muhammadiyah, Al-‘Ashr contohnya.

Teologi al-‘Ashr

Ide awal dari penulisan buku ini dari pengalaman personal penulis. Sejak masih TK hingga Perguruan Tinggi menimba ilmu di Muhammadiyah, setiap hendak pulang sekolah di masa kecil, selain membaca doa ‘allahuma arinal haqqa haqqa,..” selalu dibarengi dengan membaca surat al-‘Ashr secara bersamaan. Begitupun yang terjadi setiap mengakhiri majelis taklim atau TPA selalu diakhiri dengan surat al-‘Ashr.

Selanjutnya, ada cerita yang diriwayatkan oleh Pak Syukriyanto AR, konon yang menceritakan Kiai Djazuli (Guru Muallimin pada 1926-an sampai 1956-an), bahwa Kiai Dahlan selain mengajarkan dengan mengulang-ulang Surat al-Ma’un selama tiga bulan, beliau ternyata juga mengajarkan surat al-‘Ashr selama sekitar delapan bulan kepada murid-muridnya dengan cara berulang-ulang juga. Dari sinilah penulis mulai tergerak untuk lebih menggali lagi mutiara hikmah dari Surat al-‘Ashr. Kalau untuk pengajian al-Ma’un selama tiga bulan, mengapa al-‘Ashr delapan bulan?

Menurut Pak Syukri, memang Kiai Dahlan mengajarkan al-‘Ashr terlebih dahulu dibandingkan al-Ma’un. Tandasnya, al-Ma’un adalah kelanjutan dari al-‘Ashr. Jika melihat rentang perjalanan panjang Muhammadiyah, hingga kini brand Muhammadiyah yang terkenal adalah pendidikan, kesehatan, dan sosial. Fokus gerakan Muhammadiyah selama ini sangat identik dengan teologi al-Ma’un sebagai spirit dan etos gerakannya.

Spirit dan Etos

Setelah melintasi abad kedua, selain telah mencetak banyak keberhasilan, sebuah keharusan untuk mengkaji kembali teologi dan peran pembaruan sosial budaya KH Ahmad Dahlan. Penulis dengan mantap menganggap, selain teologi al-Ma’un dalam gerakan Muhammadiyah, teologi al-‘Ashr juga harus menjadi basic Muhammadiyah. lebih-lebih di abad kedua. Supaya tidak menjadi kecelakaan sejarah, dan teologi al-‘Ashr tidak menjadi etos ajaran serta gagasan Kiai Dahlan yang terlupakan.

Baca Juga  Menyoal Tren Hijrah Kekinian: Masak Hijrah Begitu?

Sebagai surat yang kaya akan filosofi makna dan hikmah, al-‘Ashr akan dijabarkan secara rinci dalam buku ini, mulai dari fakta sejarah sampai teologis. Sehingga setelah pembaca paham, diharapkan pembaca juga mampu menerapkan teologi al-‘Ashr dalam kehidupan individu maupun masyarakat.

Buku ini merupakan salah satu usaha mengungkapkan gagasan Kiai Ahmad Dahlan. Karena pada dasarnya, formasi ajaran surat al-‘Ashr Kiai Ahmad Dahlan tampak belum terungkap atau bahkan sudah banyak terlupakan, tidak seperti surat al-Ma’un yang lebih banyak dikenal sebagai ajaran Kiai Ahmad Dahlan. Penulis buku ini ingin menunjukkan bukti berbeda, bahwa Kiai Dahlan juga sangat terinspirasi oleh surat al-‘Ashr yang memiliki logika institusional, yang berbanding terbalik dengan surat al-Ma’un.

Buku Teologi al-‘Ashr karya Azaki Khoirudin ini tidak hanya mengkaji personalitas Kiai Ahmad Dahlan seperti sudah banyak ditulis, tetapi yang lebih penting adalah mengkaji spirit dan etos sang pendiri Muhammadiyah. Azaki Khoirudin mencoba menganalisis bagaimana surat al-‘Ashr yang pernah dibahas berulang-ulang oleh Kiai Ahmad Dahlan dalam beberapa kesempatan pengajian dapat menjadi bangunan etos yang kokoh. (Redaksi)

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Review

Tafsir Al-Wadhih, Memadukan Tradisi dan Modernitas

3 Mins read
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam memerlukan pemahaman yang mendalam. Namun, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk mengakses bahasa Arab klasik atau…
Review

Kitab Ar Ra’ah al-Ghamidhah dan Kepakaran Habib Salim Jindan

2 Mins read
Perkembangan pemahaman keagamaan muslim Nusantara tidak dapat dipisahkan dari peran besar ulama Hadrami, khususnya kalangan sayyid. Para sayyid di Nusantara dikenal sebagai…
Review

Resensi Buku: Berlayarlah! Jangan Lupa Pulang

1 Mins read
“Katanya Pram, menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Kalimat itu menjadi napas utama dalam buku ini. Berlayarlah! Jangan Lupa Pulang bukan sekadar kumpulan tulisan, melainkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *