Sri Kusmiyarsih (44th) merupakan salah seorang guru di madrasah swasta di Kudus. Seorang guru yang juga menjabat sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum 02 Ngembalrejo, Bae, Kudus, Jawa Tengah.
Sri Kusmiyarsih mengaku kesejahteraan yang dialami oleh para guru-guru khususnya guru madrasah masih jauh di bawah rata-rata. Sehingga ia banyak membantu teman-teman guru untuk menyiapkan kesejahteraan di masa depan seperti menjadikan madrasah berbasis kewirausahaan. Kemudian ia mengusahakan bahwa setiap guru memiliki jaminan kesehatan dan jaminan hari tua.
Ia mengajak para guru lainnya untuk menitipkan barang dagangan untuk dijual di kantin madrasah. Beberapa guru menitipkan makanan seperti keripik, sosis, juz buah, dan lain sebagainya. Dari penghasilan yang didapatkan oleh kantin dan koperasi madrasah dapat digunakan untuk memberikan bingkisan dan THR untuk guru-guru saat hari raya tiba. Sri Kusmiyarsih terus mendorong guru-guru maupun siswa untuk terus bangkit dalam berwirausaha.
Setiap satu semester sekali ia juga menyelenggarakan market day untuk mengajarkan kepada siswa cara berjualan yang baik dan benar. Siswa diajarkan menjual barang atau makanan yang telah disiapkan oleh orang tua dari rumah, yang kemudian apat dibeli oleh teman-teman dari kelas lainnya.
Profesinya sebagai seorang guru di madrasah tidak lantas membuatnya berhenti untuk bergerak dan berusaha. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga di samping sang suami yang juga mengajar di madrasah swasta lainnya, Sri juga memutuskan untuk mendirikan dan membantu mengembangkan berbagai usaha.
Ibu satu anak itu memulai bisnisnya sejak 2010 lalu dengan menjadi distributor kosmetik, kemudian dilanjutkan pada tahun 2015 dengan menjadi produsen mukena anak dengan merek milik pribadi. Kemudian di tahun 2017 menjadi manajer CAR3I Network Team Goblock Kingdom, lalu di tahun 2020 ia memulai berbisnis tanaman hias yang dikirim ke berbagai kota di Indonesia.
Ia masih menyempatkan untuk mencari penghasilan tambahan di tengah hiruk pikuk kesibukannya di madrasah selama lebih dari 6 jam. Dengan mengesampingkan lelahnya mengurus bisnis ia juga harus tetap terlihat semangat dan bugar di depan anak-anak didiknya di madrasah. Profesionalitas terus dijunjung tinggi demi kecerdasan dan masa depan anak-anak yang salah satunya ada di tangannya.
Keputusannya menjadi seorang guru sejak tahun 1999 lalu bukan tanpa alasan. Meskipun sudah dapat diketahui bahwa honor menjadi seorang guru tidak lah besar namun dia memiliki dorongan internal yang cukup kuat, seperti dukungan dari keluarga yang mampu mengantarkannya untuk terus mengabdi di madrasah, dengan melihat kemampuan bicaranya di depan umum. Selain itu ayahnya yang dahulu juga menjadi kepala madrasah menjadikan Sri Kusmiyarsih terinspirasi melakukan hal yang sama.
Ibu satu anak itu ingin menjadi guru dengan harapan dapat mengubah masa depan anak-anak. Ia terus berusaha melakukan kreativitas dalam mengajar agar menghasilkan siswa yang cerdas. Sebagai bekal tunas bangsa dan dapat mengubah bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Meskipun lelah memikirkan urusannya pribadinya namun ia tetap memiliki tanggung jawab besar terhadap anak-anak didiknya.
“Ingin sekali saya melihat madrasah menjadi sekolah yang diunggulkan untuk menjawab tantangan zaman dan membantu orang tua menyiapkan generasi yang mandiri, kreatif, berprestasi dan qurani,” ujar Sri, Rabu (9/11/2022).
Meski dengan pendapatan yang jauh di bawah upah minimum, namun tidak menyurutkan niatnya menjadi guru di madrasah, tidak pula menjadikannya menyesal. Justru menurutnya hal tersebut membuatnya terus membuka otak untuk berpikir dan berinovasi menjadi lebih kreatif. Sebuah ungkapan the power of kepepet sepertinya cocok disematkan. Dengan keadaan yang menghimpit guru-guru dipaksa dapat mencari solusi dengan caranya sendiri.
“Meskipun saya tidak dapat mengendarai motor sendiri saat melakukan berbagai kegiatan di luar. Namun bagi saya usia boleh tua namun semangat harus tetap muda. Prinsip saya adalah tidak ada yang sulit di dunia ini, semuanya bisa mudah asal kita mau. Jadi jangan pernah mempersulit sesuatu yang mudah,” tandasnya.
Sri Kusmiyarsih beberapa waktu yang lalu sempat diwisuda sebagai wisudawan terbaik pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96.
Awalnya ia sempat mendapat slentingan dari Kepala Program Studi bahwa ia akan menjadi wisudawan terbaik. Namun perasaannya masih terlihat biasa saja mengingat ia belum melihat dengan mata kepalanya sendiri pengumuman resmi dari pascasarjana. Hingga pada akhirnya saat acara sarasehan dan wisuda ia baru benar-benar menyadarinya saat diserahkannya sertifikat resmi wisudawan terbaik dari perguruan tinggi.
Usianya yang tidak muda lagi tidak pula menyurutkan semangatnya untuk terus mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Keinginannya untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik muncul dengan harapan dapat menghadapi pembelajaran di abad 21.
“Selain itu dengan kembali ke bangku akademik dalam hal ini kuliah membuat saya seperti wisata akademik. Karena bisa bertemu dengan banyak teman-teman meskipun saya menjadi yang lebih tua dibanding lainnya. Namun saya dapat bertukar pikiran belajar banyak hal dari teman-teman semua,” jelas dia.
Sri Kusmiyarsih mengaku bahwa kelulusannya yang tepat waktu sudah cukup membuatnya bersyukur, mengingat usianya yang tidak lagi muda. Sehingga menjadi wisudawan terbaik bukanlah tujuan awalnya ia masuk di bangku perkuliahan S2. Ia merasa masih banyak teman-temannya yang lebih muda dan hebat datang dengan berbagai pengalamannya masing-masing.
Meskipun memiliki kesibukan yang padat, Sri Kusmiyarsih tetap aktif mengikuti berbagai acara yang diadakan oleh komunitasnya. Ia memiliki segudang aktivitas lain selain guru dan juga menjalankan bisnis. Ia sering mengikuti acara KKG karena ia berkesempatan ditunjuk sebagai ketua KKG 32 Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Selain itu ia juga aktif menjadi koordinator Yayasan Yatim Mandiri.
Tidak hanya itu, di sela-sela kesibukannya, ia beberapa kali itu berkesempatan menjadi narasumber berbagai seminar dan juga motivator di berbagai tempat. Hal tersebut didukung penuh oleh sang suami yang juga memiliki kemampuan dalam hipnoteraphy dan hipnoteaching.
“Meskipun menjadi guru madrasah tidak menjamin kesejahteraan. Namun banyak hal yang bisa dilakukan oleh para guru. Sehingga setiap guru perlu bangkit dan melakukan perubahan untuk dirinya dan orang-orang di sekitarnya,” pungkas Sri Kusmiyarsih.
Editor: Fathoni Ahmad/Yusuf
*) Artikel ini diterbitkan dalam rangka Peringatan Hari Guru tanggal 25 November bertema “Berinovasi Mendidik Generasi” oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Artikel pertama kali terbit di laman NU Online.