Kalah jadi abu, menang jadi arang. Begitulah pepatah yang paling tepat menggambarkan konflik panas antara Israel dan Hamas baru-baru ini. Kedua belah pihak sama-sama rugi. Serangan ribuan roket maut Hamas Palestina tersebut berlangsung pada hari sabtu (7/10/2023) dan berhasil memporak-porandakan Israel dan masyarakat sipil.
Serangan Hamas Palestina ke Israel
Menurut data yang dikutip dari DetikNews yang dilansir dari Arab News pada Rabu (11/10/23) menyebutkan bahwa ada banyak korban jiwa dari serangan yang dilakukan oleh Hamas yang menyerbu kota-kota di Israel.
Dikutip dari Detikjogja pada Rabu (11/10/23) berdasarkan keterangan dari juru bicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF) Letnan Kolonel Jonathan Conricus dalam pesan video terbaru yang juga dilansir dari AFP dan Al Jazeera menyebut jumlah korban jiwa dari pihak israel telah menyentuh angka 1.200 orang sedangkan sekitar 2.700 orang luka-luka diakibatkan oleh serangan Hamas.
Menurut Hamas, serangan ini dianggap sebagai respons atas segala kekejaman Israel kepada rakyat Palestina dan seluruh situs suci umat Islam yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Menanggapi aksi serangan dari pihak Hamas Palestina yang menewaskan ribuan warga Israel, sontak negara-negara besar yang berdiri di belakang Israel kompak memberikan pernyataan belasungkawa dan kecaman terhadap serangan tersebut. Negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Australia, Norwegia, Jerman dan sebagainya tetiba muncul dihadapan global dan menyerukan perlawanan besar-besaran terhadap Hamas Palestina yang dianggap sebagai teroris yang harus dimusnahkan, bantuan berupa persenjataan perang dari negara tersebut siap membantu Israel.
***
Di lain sisi, serangan balasan Israel ke Palestina tak kalah menyeramkannya. Kementerian Kesehatan Palestina seperti dilansir dari Al Jazeeraa menyebut lebih dari 900 orang tewas dari rakyat sipil Palestina mencakup 260 anak-anak dan 230 wanita, hal ini belum termasuk dari jumlah korban tewas dari pihak militan Hamas yang menewaskan sekitar 1.500 orang yang jasadnya ditemukan. Dari sekian korban jiwa dari kedua belah pihak maka ada sekitar 3000 korban tewas di Jalur Gaza dan Israel dan angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring peperangan masih terus dilanjutkan.
Serangan Hamas yang berhasil menerobos Brigade Pertahanan Israel kini menimbulkan tanda tanya besar. Bagaimana bisa negara sekuat Israel dengan perlengkapan tempur yang memadai dan canggih dibanding Hamas dapat dibobol dengan mudah? Serangan darat dan udara dari Hamas dengan mudah masuk tanpa mendapat perlawanan yang berarti. Justru, masyarakat sipil lah yang berhadapan dengan Hamas tanpa persenjataan, dengan begitu Hamas dengan mudah menimbulkan banyak korban berjatuhan dari masyarakat sipil.
Senjata pamungkas dan favorit Iron Dome milik israel yang selama ini sukses menghalau serangan roket Hamas kini hanya mampu menangkis sebagian, roket yang tembus itu pun berhasil menghujani kota-kota Israel. Tak hanya itu, bandara Israel yang dikenal sebagai bandara teraman di dunia juga berhasil ditembus roket. Israel dalam kacamata dunia global terlihat menyedihkan dan memprihatinkan – apalagi ditambah dengan media barat yang terkesan berpihak ke Israel.
Normalisasi Serangan Israel
Melihat kondisi banyaknya korban jiwa dari masyarakat sipil, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel sedang berada dalam kondisi berperang melawan Hamas Palestina dalam waktu yang panjang. Tank dan pesawat tempur menyerbu masuk dalam perbatasan Gaza, serangan bertubi-tubi Israel tentu menewaskan korban jiwa yang lebih banyak lagi.
Pernyataan perang oleh Benjamin Netanyahu kepada Palestina bukanlah sesuatu yang baru, sebab sejak puluhan tahun yang lalu – Israel sudah mengangkat senjata berperang melawan dan menjajah wilayah palestina. Sudah puluhan ribu korban jiwa melayang yang diakibatkan dari invasi ilegal Israel terhadap Palestina.
Jadi, pernyataan Netanyahu tersebut hanyalah kedok untuk menormalisasi serangan Israel selama ini agar tidak dikategorikan sebagai perang, melainkan hanya konflik biasa. Tindakan brutal Israel berpuluh tahun selama ini tentu tidak bisa dimaafkan dari segi kemanusiaan, walaupun ada banyak negara super power dibalik Israel seperti Amerika Serikat dan sekutunya – secara politik juga terlibat secara langsung dan tidak langsung atas pembantaian manusia tak berdosa di Palestina.
Dengan dominasi ekonomi dan Politik – kekerasan dan krisis kemanusiaan di Palestina berupaya di tutup-tutupi di mata internasional. Amerika Serikat dan sekutunya tidak bisa dijadikan kiblat penegakan Hak Asasi Manusia dan kemanusiaan, sebab mereka sendirilah pelaku utama dominan atas berbagai krisis kemanusiaan di mata internasional.
Israel yang dianggap sebagai salah satu negara kuat di dunia dengan persenjataan lengkap dan dukungan militer dari barat kini tak berkutik melawan serangan Hamas. Hal ini sangat bertentangan dengan riwayat penyerangan Hamas yang selama ini selalu gagal menembus pertahanan Israel baik di darat maupun udara. Serangan Hamas yang mudah terkesan seperti pembiaran oleh Israel dengan sedikit mengorbankan aset dan masyarakat sipil agar bisa menarik simpati internasional.
Setelah upaya menarik simpati global ditambah dengan dukungan simpatisan dari Amerika Serikat dan sekutunya menjadikan serangan balasan Israel yang membabi buta ke Palestina dapat dinormalisasi di mata internasional dengan alasan kejahatan kemanusiaan yang dimulai oleh Hamas.
Sebuah Keuntungan bagi Israel
Kesempatan emas ini tentu sangat menguntungkan Israel. Hal ini bisa jadi adalah hari terakhir bagi Palestina, sebab penyerangan balas dendam dari Israel akan berlangsung lama – bisa jadi, peperangan ini berlangsung sampai Palestina lenyap dan berhasil dikuasai oleh Israel. Meski hanya mengorbankan aset dan warga sipil – terbukti serangan balasan Israel justru lebih mematikan dibanding serangan Hamas. Korban tewas akan terus bertambah dari pihak Palestina yang justru lebih banyak dari pihak Israel.
Serangan Hamas ke Israel yang menewaskan ribuan orang bisa jadi adalah skenario politik dan pembiaran Israel sebagai alasan logis menyerang Palestina hingga akhir. Dengan menarik simpati dan perhatian di mata internasional tertuju ke Israel dan bukannya pada Palestina. Hingga akhirnya, pembantaian kemanusiaan akan terus dilakukan israel terhadap Palestina hingga akhir.
Israel dengan persenjataan lengkap dan dukungan kuat dari Amerika Serikat dan sekutunya sangat mudah melenyapkan Palestina walau dalam satu malam saja. Hal ini tidak dapat dilakukan Israel selama ini disebabkan masih kuatnya dukungan kemanusiaan dari berbagai negara di dunia.
Dengan strategi menjadikan Israel sebagai korban (Victim Mentality) dari keganasan Hamas Palestina, hal ini menjadikan Hamas sebagai pelaku dan penjahat kemanusiaan di mata internasional. Dengan alasan balas dendam yang dapat dinormalisasi – maka bisa jadi serangan Israel ini menjadi serangan terakhir dan menjadikan Palestina musnah untuk selama-lamanya.
Editor: Soleh