Ibadah

Shalat itu Tiang Agama, Hukuman Berat Bagi yang Meninggalkannya

3 Mins read

Shalat Tiang Agama

Tiang Agama – Salah satu ajaran yang sangat penting dalam Islam adalah shalat. Karena pentingnya itu, Rasulullah Saw bersabda:

اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنُ وَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ تَرَكَ الدِّيْنَ

“Shalat adalah tiang agama. Barang siapa menegakkan shalat, maka berarti telah menegakkan agama. Dan barang siapa meninggalkan shalat, maka ia telah merobohkan agamanya”.

Shalat diibaratkan tiang dalam sebuah bangunan yang besar. Tidak akan terbentuk sebuah bangunan yang kokoh kalau tiang-tiangnya keropos, apalagi sama sekali tidak ada tiangnya. Apa artinya mengaku sebagai umat beragama Islam kalau tidak mau menegakkan agamanya sendiri dengan bershalat?

Perlu dipahami, bila shalat dibicarakan, yang dimaksud adakah shalat fardlu lima waktu dan dilaksanakan dengan berjamaah di masjid.

Al Hadist:

عن اَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمْ يَقُولُ مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ  فِيْ قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيْهِمُ الصَّلَاةُ اِلَّا قَدِا سْتَحْوَ عَلَيْهِمُ  الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَاءِنَّمَا يَاأْكُلُ الذِّءْبُ الْقَاصِيَةَ

“Dari Abidzar Ra berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Tiap-tiap ada tiga orang di suatu kampung yang tidak mau adzan dan tidak mau mengadakan shalat (jamaah), tentulah ketiganya dikuasai oleh syetan. Oleh karenanya hendaklah kamu berjamaah sebab serigala hanya memakan kambing yang terpencil (sendirian)”. (Hadis ini Riwayat Ahmad ibn Hanbal, Nasa’iy dan Abu Dawud dari Abu Darda).

Selain Tiang Agama, Shalat juga Merupakan Tolak Ukur Semua Amal

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم

 إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ”

Baca Juga  Tantangan Menegakkan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar

“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu”.

(HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al-Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian sahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi)

Neraka Saqar

Allah telah menyediakan tempat dengan siksaan yang pedih bagi orang-orang yang meninggalkan kewajiban shalat. Mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Saqar. Di akhirat, tidak ada syafaat atau penopang. Di sana, tidak ada jual-beli, apalagi suap-menyuap.

Orang yang meninggalkan shalat dikatakan akan dimasukkan ke dalam neraka Saqor (Qs. Al-Mudatsir: 42-47)

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (44) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (45) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (46) حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ (47)

42. “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?”
43. Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat”
44. Dan Kami tidak (pula) memberi makan orang miskin
45. Dan adalah Kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya
46. Dan adalah Kami mendustakan hari pembalasan
47. Hingga datang kepada Kami kematian

Ketika penghuni neraka Saqor ditanya Malaikat, apakah yang menyebabkan kamu masuk neraka ini? Jawaban pertama adalah bahwa mereka ketika hidup di dunia dulu, tidak mengerjakan shalat.

Baca Juga  Inilah 12 Langkah Muhammadiyah Tahun 1949

Mereka juga tidak memberi makan orang miskin, mendiskusikan kebatilan, dan mendustakan atau tidak mengakui adanya hari kiamat. Padahal, siksaan di neraka adalah sangat keras dan kasar. Bahan bakarnya dari batu dan manusia. Na’udzu billahi min dzalik.

Shalat yang Khusyuk atau yang Tuma’ninah?

Kedua istilah ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu agar kita melaksanakan shalat dengan lebih baik, tidak tergesa-gesa. Shalat yang khusyuk adalah shalat dengan menghadirkan hati kita.

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 45-46, Allah mengabarkan hal itu. Shalat itu amalan yang berat kecuali bagi orang yang khusyuk. Khusyuk tercipta karena dalam hatinya ada keyakinan bahwa mereka bertemu dengan Allah Tuhannya dan kelak mereka akan kembali kepada-Nya.

Sedangkan, shalat yang thuma’ninah adalah menertibkan gerakan shalat kita secara fisik. Ciri-ciri shalat yang thuma’ninah adalah: Thuma’ninah (tidak tergesa-gesa).

Hadis dari “Amar bin ‘Ash dan Khalid bin Walid, Syarhabil bin Hasanah dan Yazid bin Abu Sufyan riwayat Al-Baihaqi:

رَأَى رَسُوْلُ الله صلعم رَجُلاً لاَ يَتِمُّ رُكُوعَهُ وَ يَنْقُرُ سُجُوْدَهُ وَ هُوَ يُصَلِىّ فَقَالَ : لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ

Rasulullah SAW melihat seorang laki-laki tidak mnyempurnakan ruku’nya dan hanya mengangguk-angguk dalam sujudnya (cepat sekali  rukuk /sujudnya). Maka sabda beliau, seandainya orang ini mati dalam keadaan shalatnya seperti itu maka ia mati bukan dalam agama Muhammad”

Permasalahan sering menyebabkan tidak thuma’ninah adalah pembacaan surah Al-Fatihah yang terlalu cepat (satu atau dua nafas).

Semestinya pembacaan Al-Fatihah itu pelan, tiap ayat berhenti untuk menarik nafas. Dalam sebuah hadis Qudsi, diriwayatkan bahwa Allah itu akan membalas bacaan Al-Fatihah dalam soal berdasarkan ayat demi ayat.

Baca Juga  Shalat Tarawih Lambat, Sedang, Cepat, Mana yang Paling Diminati?

Seperti Mandi Lima Kali

Pada suatu hari, Rasulullah Saw bertanya pada sahabat-sahabatnya:

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؟ قَالُوْا: لاَ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ. قَالَ: فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا. (متفق عليه)

 “Apakah pendapat kamu, apabila di muka pintu salah satu rumahmu ada satu sungai yang kamu mandi padanya tiap hari lima kali. Adakah tinggal olehnya kotoran?” Serentak sahabat menjawab: “Tidak ada, Ya Rasulallah”. Beliau bersabda: “Maka begitu juga perumpamaan shalat lima waktu, dengan itu Allah menghapus kesalahan” (Muttafaq ‘alaih).

Semoga kita dibimbing Allah dan diberi kekuatan untuk bisa melestarikan amalan shalat dalam sisa-sisa umur kita, yang kita tidak tahu kapan habisnya.

Marilah kita mandi di sungai shalat. Jadikan shalat sebagai tiang agama kita, Jangan ditinggalkan dan jangan didustakan. Amin.

Editor: Yahya FR

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Ibadah

Mengapa Kita Tidak Bisa Khusyuk Saat Salat?

3 Mins read
Salat merupakan ibadah wajib bagi umat Islam. Di dalam Islam, salat termasuk sebagai rukun Islam yang kedua. Sebab, tanpa terlebih dahulu mengimani…
Ibadah

Empat Tingkatan Orang Mengerjakan Shalat, Kamu yang Mana?

4 Mins read
Salah satu barometer kesalehan seorang hamba dapat dilihat dari shalatnya. Dikatakan oleh para ulama, bahwa shalat itu undangan dari Allah untuk menghadap-Nya….
Ibadah

Sunah Nabi: Hemat Air Sekalipun untuk Ibadah!

3 Mins read
Keutamaan Ibadah Wudu Bagi umat Islam, wudu merupakan bagian dari ibadah harian yang selalu dilakukan terutama ketika akan melaksanakan salat. Menurut syariat,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds