Tidak banyak yang tahu kiprah KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, dalam dunia pers pergerakan. Secuil informasi ini mungkin dapat mengubah persepsi tentang tokoh yang selama ini dipandang sebagai man in action. Ada sisi lain KH Ahmad Dahlan yang tidak banyak diketahui karena selain sebagai ulama pembaru beliau juga berprofesi sebagai wartawan.
Sisi Lain KH Ahmad Dahlan
Pada awal abad 20, dunia pergerakan tidak dapat dipisahkan dari dunia pers. Setiap perkumpulan memiliki orgaan (surat kabar) yang menjadi corong gerakan. KH Ahmad Dahlan bersama murid-muridnya merintis penerbitan surat kabar bulanan pada tahun 1915. Surat kabar tersebut bernama Soewara Moehammadijah.
Dokumen Soewara Moehammadijah nomor 2 tahun 1915 (Dzulqaidah 1333 H), nama Haji Ahmad Dahlan tercantum dalam susunan redaksi. Selaku Hoofdredacteur (pemimpin redaksi) H Fachrodin. Adapun jajaran redaksi sebagai berikut: HA Dahlan, HM Hisjam, RH Djalil, M Siradj, Soemodirdjo, Djojosoegito, dan RH Hadjid. Pengelola administrasi: HM Ma’roef dibantu Achsan B Wadana.
Bukti andil KH Ahmad Dahlan dalam penerbitan ini adalah artikel karangannya yang dimuat pada edisi nomor 2 tahun 1915 berjudul ”Agama Islam” (artikel ditulis menggunakan bahasa Jawa). Di akhir tulisan terdapat identitas menggunakan inisial ”AD.” Menurut H Ahmad Basuni (1990), inisial ”AD” disinyalir sebagai Ahmad Dahlan. Penemuan dokumen baru pada tahun 2016 melengkapi karya tulis KH Ahmad Dahlan. Adalah beberapa edisi majalah Soewara Moehammadijah tahun 1916 (bahasa dan huruf Jawa) yang memuat artikel KH Ahmad Dahlan.
Wartasan Medan-Moeslimin
Kiprah KH Ahmad Dahlan di medan pergerakan memang sangat strategis. Tidak hanya menjadi wartawan di Soewara Moehammadijah, tetapi beliau juga dipercaya sebagai pembantoe redactie (kontributor) di majalah Medan-Moeslimin (terbit di Solo) untuk wilayah Yogyakarta. Dokumen majalah Medan-Moeslimin tahun 1920-an mencantumkan nama “M. Ketibamin Djokja” di halaman cover majalah ini.
Keterlibatan KH Ahmad Dahlan dalam penerbitan majalah Medan-Moeslimin karena faktor Haji Fachrodin. Ia sahabat karib Haji Misbach. Ketika tokoh revolusioner ini masuk penjara karena kasus pengerahan massa petani di Klaten, kendali redaktur majalah ini diambil alih oleh Haji Fachrodin. Sedangkan Haji Fachrodin sendiri adalah salah satu murid KH Ahmad Dahlan dan pemimpin redaksi (Hoofdredacteur) Soewara Moehammadijah pertama.
Kartu Pers
Indikasi lain keterlibatan KH Ahmad Dahlan di dunia pers adalah kartu wartawan. Dalam sebuah kesempatan penting, penulis mendapatkan sebuah informasi dari Ahmad Adaby Darban (alm.), bahwa KH Ahmad Dahlan memiliki sebuah kartu pers.
Konon, Adaby Darban pernah membaca sebuah hasil penelitian sejarah yang memberikan informasi tentang KH Ahmad Dahlan yang memiliki kartu wartawan. Akan tetapi, hingga kini, dokumen penting ini belum ditemukan kembali. Seandainya ditemukan, tentu akan banyak informasi yang dapat diperoleh. Misalnya, lembaga apa yang mengeluarkan kartu pers tersebut? Bagaimana peran lembaga tersebut dalam peta pergerakan nasional? Sejauhmana peran KH Ahmad Dahlan dalam lembaga tersebut?
Dengan membaca sisi lain karir KH Ahmad Dahlan selama berkecimpung di dunia pers, baik di majalah Soewara Moehammadijah, Medan-Moeslimin, dan organisasi wartawan bumiputra pada waktu itu, sebenarnya banyak persepsi yang perlu diluruskan. Selama ini, beberapa sejarawan dan peneliti Muhammadiyah berasumsi bahwa KH Ahmad Dahlan adalah figure pragmatis atau man in action. Beliau dianggap tidak pernah meninggalkan karya tulis, baik dalam bentuk buku ataupun artikel. Merepresentasikan sosok yang mengutamakan aksi ketimbang berpikir.
Namun, persepsi tersebut jelas dapat dimentahkan dengan penemuan dokumen-dokumen yang dapat menjelaskan keterlibatan KH Ahmad Dahlan dalam dunia pers. Dengan posisi sebagai seorang wartawan, bukankah beliau harus menulis?
Editor: Yahya FR