Kemajuan sains dan teknologi serta semangat intelektual yang berkembang begitu pesat di Barat pada saat ini, tidak terlepas dari kontribusi kemajuan umat Islam di abad pertengahan.
Salah satu faktor utama majunya peradaban Islam di abad pertengahan adalah maraknya proses penerjemahan berbagai literatur ke dalam bahasa Arab. Di antara literatur yang diterjemahkan tersebut adalah buku-buku India, Iran, dan buku Suriani-Ibrani, terutama sekali buku-buku Yunani (Sari and Setiadi 2020, 27).
Fase Kemajuan Islam
Fase tiga kerajaan besar terbagi atas dua fase, yaitu fase kemajuan pada tahun 1500-1700 M dan fase kemunduran pada tahun 1700-1800 M.
Disebut dengan fase kemajuan karena muncul tiga dinasti besar, yaitu: Utsmani di Turki yang kekuasaannya mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Suria, Hijaz, dan Yaman di Asia; Afrika Utara dan negara-negara Balkan di Eropa; Dinasti Safawi di Persia menguasai seluruh daratan Persia; Dinasti Mughal di India (Mujahidin 2019, 3-4).
Fase Kemunduran Islam
Setelah fase kemajuan tersebut terjadi, pada masa berikutnya, Islam masuk ke dalam fase kemunduran Islam pertama dengan semakin meningkatnya desentralisasi serta disintegrasi. Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah termasuk antara Arab dan Persia semakin tampak. Dunia Islam pada masa itu terbagi dua. Pertama, bagian Arab yang terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir, dan Afrika Utara dengan Mesir sebagai pusatnya.
Kedua, bagian Persia terdiri dari Balkan, Asia Kecil, Persia, dan Asia Tengah dengan Iran sebagai pusatnya. Pendapat bahwa pintu ijtihad telah tertutup semakin meluas di kalangan umat Islam. Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Puncaknya umat Islam di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar dari daerah itu. Hal tersebut bisa saja terjadi akibat meluasnya kekuasaan Islam dibarengi dengan adanya perebutan kekuasaan dan pengaruh di antara dinasti-dinasti Islam (Mujahidin 2019, 3).
Masuk dalam fase kemunduran pada akhir abad ke-18, sebelum meletusnya pergolakan-pergolakan diakibatkan oleh revolusi Prancis, Kerajaan Utsmani secara garis besar terdiri atas: negara-negara Balkan (dengan negara-negara modern, atau negara-negara lama, Yugoslavia, Albania, Yunani, Bulgaria, dan sebagian besar Rumania), Anatolia (Turki di zaman modern) (Zurcher 2003, 3).
Kemudian, menjelang tahun 1800, posisi Dinasti Utsmani dalam politik internasional melemah secara perlahan-perlahan selama dua abad. Dari akhir abad ke-16 dan seterusnya, negara-negara Eropa, khususnya negara bangsa baru muncul di Eropa Barat, telah mengungguli kerajaan itu secara ekonomis, teknologis, dan militer. Ini terbukti dalam serangkaian pertempuran, yang hampir semuanya berakhir dengan kekalahan Dinasti Utsmani hingga kehilangan teritorial (Zurcher 2003, 164).
***
Kemunduran kesultanan Turki dari sejak abad ke-19 sampai menjelang pecahnya perang Dunia ke I, ternyata menimbulkan masalah bagi Eropa. Kemunduran Dinasti Turki Utsmani menciptakan persoalan baru di Semenanjung Balkan yang mana daerah pernah dikuasai Turki sering kali tidak mencapai kesepakatan tentang batas-batas wilayah masing-masing hingga memunculkan konflik di antara mereka. Ditambah lagi dengan munculnya pertentangan kepentingan antara negara-negara Eropa yang hendak meluaskan pengaruhnya di kawasan tersebut (Siboro 2012, 17).
Gambaran di atas sangat menjelaskan tentang konflik di sepanjang garis pemisah antara peradaban Timur-Islam dan peradaban Barat-Kristen telah berlangsung selama 1300 tahun atau kurang lebih selama 13 abad setelah berdirinya dinasti Islam. Semua dimulai secara masif ketika Bangsa Arab dan Moor melakukan ekspansi ke barat dan utara dan berakhir di bukit Tursina (Tours) tahun 732 M.
Kemudian, dari abad sebelas sampai tiga belas, perang salib berhasil merebut kembali tanah suci bagi agama Islam dari penguasa Kristen. Dari abad empat belas sampai tujuh belas Dinasti Turki Utsmani kembali membangun keseimbangan, memperluas kekuasaannya ke Timur Tengah dan Balkan, merebut Konstatinopel, dan dua kali melakukan penyerangan ke Wina. Pada abad 19 dan awal abad 20 ketika kekuatan Dinasti Turki Utsmani runtuh, Inggris, Perancis, dan Italia menguasai sebagian besar Afrika Utara dan Timur Tengah (Andriani 2015, 25).
Dengan demikian, begitu cerahnya Islam pada masa dahulu sebelum Eropa benar-benar menyadari keterpurukan mereka di bawah kungkungan adidaya kedaulatan Islam masa itu. Setelah Eropa menyadari tersebut dan melakukan ekspansi ke berbagai wilayah-wilayah mayoritas yang lemah dalam peradabannnya sehingga secara perlahan-lahan membuat Islam mengalami kemunduran dimulai pada daratan Eropa hingga beberapa wilayah Afrika dan Asia berhasil dijajah oleh bangsa Eropa dan melakukan perlakuan intimidatif dan diskriminatif terhadap masyarakat Islam.
References
Andriani, Asna. 2015. “Mendialogkan Peradaban Timur-Islam dan Barat-Kristen.” ’Anil Islam 8 (2): 250-267.
Mujahidin. 2019. “Hubungan Sosial Budaya Kristen dan Islam (Periode Pertengahan dan Modern).” Al-Ma’arif 1 (1).
Sari, Restiana Mustika, and Yudi Setiadi. 2020. “The Golden Age of Islam (Antara Pemikiran dan Peradaban Abad Pertengahan).” Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains. 25-30.
Siboro, Julius. 2012. Sejarah Eropa: Dari Masa Menjelang Perang Dunia I Sampai Masa Antarbelium. Yogyakarta: Ombak.
Zurcher, Erick J. 2003. Sejarah Turki Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.