Arus modernisasi di samping berdampak positif, seperti diperolehnya kemudahan dalam bidang komunikasi dan transportasi, ternyata di sisi lain telah melahirkan dampak yang kurang menguntungkan. Yaitu menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun sosial.
Kehidupan yang terlalu berorientasi kepada kemajuan dalam bidang material (pemenuhan kebutuhan biologis) telah menelantarkan supra empiris manusia, sehingga terjadi pemiskinan rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini ditandai dengan berkembangnya masalah-masalah pribadi dan sosial yang terekspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti: perasaan cemas, stres, dan perasaan terasing. Serta terjadi penyimpangan moral atau sistem nilai.
Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berpikir dan meningkatkan kemampuan. Adapun dampak negatif dari globalisasi yaitu: (1) keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stres, kecemasan, dan frustasi; (2) adanya kecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi, dan korupsi, makin sulit diterapkannya ukuran baik-jahat; (3) adanya ambisi kelompok yang dapat menimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis tetapi juga konflik fisik; dan (4) pelarian dari masalah melalui jalan pintas, yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obat terlarang. Untuk menangkal dan mengatasi masalah tersebut, perlu dipersiapkan strategi yang efektif dan efisien untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu.
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan yang tak terpisahkan, perlu memiliki kontribusi dalam penyiapan SDM yang bermutu. Dalam perspektif bimbingan dan konseling, peserta didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming). Yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Untuk mencapai kematangan, individu memerlukan bimbingan, karena masih kurang memahami kemampuan dirinya, lingkungannya, dan pengalaman untuk mencapai kehidupan yang baik dan bermutu.
***
Seorang konselor ataupun guru bimbingan dan konseling yang baik, perlu mengenal diri sendiri, mengenal konseling, memahami maksud dan tujuan konseling, menguasai proses konseling, serta memahami kompleksitas masalah yang dihadapi oleh peserta didik saat ini. Membangun hubungan konseling (counseling relationship) merupakan hal penting sekaligus hal yang menentukan dalam melakukan proses konseling ataupun layanan bimbingan dan konseling lainnya.
Berdasarkan hal tersebut maka di sini penulis menawarakan gagasan ataupun solusi, yakni optimalisasi strategi konselor berbasis Spirituality Learning Project. Yakin suatu suatu model ataupun strategi yang didasarkan pada perkembangan keyakinan manusia dan transformasinya.
Terutama pembangunan karakter yang merupakan tujuan utama dari pendidikan. Sehingga tujuan dari strategi ini, yaitu mengembangkan keyakinan dan juga karakter peserta didik dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai. Spirituality Learning Project ini berfungsi juga sebagai strategi layanan bimbingan dan konseling yang lebih menekankan kepada nilai-nilai religius bagi peserta didik, sehingga dapat membantu dalam hal membangun sekaligus mengoptimalkan karakter dan potensi peserta didik saat ini atau dikenal dengan kids zaman now.
Strategi konselor berbasis Spirituality Learning Project ini berakar pada prinsip tauhid (holistik, terpadu, berpusat pada Allah). Selain itu, ada sejumlah prinsip lain yang membantu membentuk kerangka teoritis dari pendekatan ini. Beberapa prinsip-prinsip ini berasal dari hasil merefleksikan proses pertumbuhan dan perkembangan yang ditemukan di alam.
Al-Qur’an mendorong kita untuk merenungkan (yaitu, mengeksplorasi, membedakan, menguraikan, menemukan, dan mempertimbangkan) “tanda-tanda” bahwa Allah telah menempatkan alam di sekitar kita dalam rangka untuk lebih memahami diri kita sebagai manusia.
***
Spirituality Learning Project ini menunjukkan bahwa strategi konselor ini lebih terfokus kepada menggabungkan kekuatan pengetahuan dan mengambil pengetahuan ke tingkat berikutnya. Serta menggunakannya dalam penguasaan kehidupan (life skills), artinya, mengambil pengetahuan dari teori ke praktik, dan dari informasi ke transformasi.
Oleh karena itu, pemaparan diimplikasikan dalam program yang tertuang dalam strategi konselor berbasis Spirituality Learning Project ini, berikut adalah program yang berfungsi untuk pengoptimalisasian strategi konselor berbasis Spirituality Learning Project dalam menghadapi kenakalan kids zaman now:
1. God-consciousness (Tauhid): kesadaran spiritual adalah titik awal dan dasar dari strategi konselor berbasis Spirituality Learning Project ini. Tujuan dari God consciousness adalah agar peserta didik menjadi terus-menerus menyadari Allah dalam berpikir, merasa dan berperilaku, sekaligus untuk membina peserta didik dalam memahami Allah, rencana ilahi-Nya di dunia, dan peran manusia di dalamnya. Dan untuk mengembangkan komitmen pribadi dalam setiap siswa kepada Allah dan kehidupan spiritual yang disiplin serta kesalehan.
2. Noble Character (Tazkiyah): karakter yang mulia merupakan komponen kedua dari strategi konselor berbasis Spirituality Learning Project ini dan berfokus pada aspek pengembangan moral anak. Tujuan dari komponen program ini adalah untuk membentuk karakter serta akhlak mulia di dalam diri peserta didik. Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa agar kepercayaan (Tauhid) memiliki arti yang sebenarnya itu diterjemahkan ke dalam suatu tindakan. Akhirnya, adalah bagaimana kita memperlakukan orang lain (mu’amalat) yang mencerminkan keyakinan sejati kita dan nilai-nilai (din).
***
3. Usefull Knowledge (Al-Hikmah): pengetahuan yang berguna atau Al-Hikmah adalah komponen ketiga dari strategi konselor berbasis Spirituality Learning Project. Berfokus pada aspek intelektual perkembangan anak. Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi masing-masing dan setiap individu. Strategi ini berfokus pada pengembangan peserta didik dalam cinta akan belajar dan melatih mereka dalam cara belajar dan kebiasaan lain dari berpikir. Pengetahuan konten terpadu dari berbagai disiplin ilmu (seperti Matematika, bahasa Inggris, dan lain-lain) dan pelatihan dalam berpikir kritis. Serta pemecahan masalah yang lain merupakan elemen penting dari segmen strategi konselor berbasis Spirituality Learning Project Elemen ini memberikan para peserta didik pengetahuan dasar dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk keberhasilan secara akademis dan untuk menangani tantangan yang akan mereka hadapi di tahun-tahun mendatang.
4. Healthy Living (Al-Istiqomah): kesehatan fisik adalah komponen keempat dalam strategi konselor berbasis Spirituality Learning Project serta berfokus pada aspek pembangunan fisik. Tujuan dari komponen strategi ini untuk menekankan bahwa kesehatan merupakan bagian penting dari keseluruhan pengembangan manusia dan menyoroti bahwa tubuh kita adalah sistem sempurna yang dirancang dan salah satu mukjizat terbesar Allah dalam penciptaan. Lebih lanjut menekankan tanggung jawab kita sebagai individu terhadap kesehatan sebagai kepercayaan yang diberikan oleh Tuhan. Kebugaran, kesehatan, dan keseimbangan (istiqamah) adalah elemen kunci dari strategi ini.
5. Human Relations (Al-Ihsan): hubungan Interpersonal adalah komponen kelima dari strategi konselor berbasis Spirituality Learning Project ini, berfokus pada aspek emosional dan interpersonal pengembangan peserta didik. Manusia adalah produk dari kesadaran spiritual, kesadaran moral dan pengetahuan tentang keterampilan yang diperlukan untuk adil dan ramah dalam berhubungan dengan yang lain. Ini merupakan bagian dari strategi dalam pengembangan keterampilan komunikasi dan kemampuan untuk hidup dan bekerja sama sebagai bagian dari kelompok.