Falsafah

Suhrawardi Al-Maqtul, Filsuf Iluminasi Islam yang Dibunuh

3 Mins read

Syihab Al-Din Yahya ibn Habasy Ibn Amirak Abu Al-Futuh Suhrawardi sangat terkenal dalam sejarah filsafat Islam sebagai Guru Iluminasi (Syaikh Al-Isyraq), suatu sebutan bagi posisinya yang lazim sebagai pendiri mazhab baru filsafat yang berbeda dengan mazhab Peripatetik (madzhab, atau maktab al-masysya’un).

Suhrawardi lahir di kota kecil Suhrawardi di Persia barat laut pada 549 H/1154 M. Ia menemui kematian tragis melalui eksekusi di Aleppo pada 587 H/1191 M dan karena itulah terkadang disebut Guru yang Terbunuh (Al-Syaikh Al-Maqtul).

Meskipun situasi dan kondisi di sekitar kematian Suhrawardi masih menjadi objek spekulasi, seperti dijelaskan oleh Syed Hossein Nasr, informasi tentang kehidupannya sesungguhnya cukup luas. Filosof berpengaruh ini hidup hanya tiga puluh delapan tahun Komariah (tiga puluh enam tahun Syamsiah).

Pengembaraan Kefilsafatan hingga Dibunuh

Pada 579 H/1183 M, ia bertolak ke Aleppo, tempat ia menyelesaikan karya utamanya, Hikmah Al-Isyraq pada 582 H/1186 M. Penulis biografi utamanya, Syams Al-Din Muhammad Syahrazuri, menyatakan dalam Nuzhah AL-Marwah-nya bahwa Suhrawardi berumur tiga puluh tahun saat menuntaskan karya filsafat utamanya yang lain, AL-Masyari wa Al-Mutarahat (yang diselesaikan pada 579 H/1183 M).

Segera setelah kedatangannya di Aleppo, Suhrawardi mulai mengabdi pada Pangeran Al-Malik Al-Zhahir Ghazi, gubernur Aleppo – yang juga dikenal sebagai Malik Zhahir Syah, putra Sultan Ayyubiyyah Shalah Al-Din. Sultan Shalah Al-Din dikenal di Barat dengan Saladin, pahlawan besar dalam peperangan melawan Tentara Salib. Suhrawardi berhasil mengambil hati pangeran, menjadi pembimbingnya dan hidup di istana.

Di situ, dalam pertemuan-pertemuan pribadinya yang berkembang luas, filosof muda ini diriwayatkan telah menginformasikan kepada sang pangeran tentang filsafat barunya.

Tak pelak lagi, kenaikan pesat Suhrawardi ke posisi istimewa bersinggungan dengan intrik dan kecemburuan istana yang lazim dijumpai dalam Abad Pertengahan. Para hakim, wazir, dan fuqaha Aleppo tidak senang dengan status guru yang meroket dari tutor terkemuka itu mustahil dapat membantu meringankan perkaranya. Surat-surat kepada Saladin yang ditulis oleh hakim terkenal Qadhi Al-Fadhil yang menuntut Suhrawardi dieksekusi mengakhiri nasib pemikir muda itu. Sultan memerintahkan pangeran agar gurunya itu dibunuh.

Baca Juga  Monadologi GW Leibniz: Rasionalisasi Entitas Melalui Ayat Kauniyah

Para sejarahwan Abad Pertengahan menyebut “zindiq” (anti agama), “merusak agama” dan “menyesatkan pangeran muda, Al-Malik Zhahir” sebagai tuduhan-tuduhan terhadap Suhrawardi. Namun, validitas tuduhan ini sangat kontroversial. Menurut Hossein Nasr, alasan eksekusi Suhrawardi yang lebih masuk akal didasarkan atas doktrin politik sang filosof yang terungkap dalam karya-karyanya tentang filsafat Iluminasi, suatu filsafat Nasr istilahkan dengan “doktrin politik Iluminasi”.

Tahun eksekusi Suhrawardi bersamaan dengan gejolak konflik politik dan militer. Raja inggris, Richard Hati Singa mendarat di Acre, dan pertempuran-pertempuran besar berlangsung antara Muslim dan Kristen memperebutkan Tanah Suci. Sultan besar Saladin jelas memberikan perhatian lebih besar pada urusan ini daripada menghiraukan eksekusi sang mistikus pengembara yang tidak dianggap sebagai ancaman nyata bagi kemanan politik.

Walaupun barangkali kehidupan Suhrawardi kontroversial, satu hal yang pasti: ia mempunyai pengaruh besar pada pemikiran filosofis masa berikutnya, suatu fakta yang disepakati oleh semua penulis biografi.

Karya-Karya Filsafat Iluminasi

Pertama-tama, Suhrawardi belajar filsafat dan teologi kepada Majd Al-Din Al-Jili di Maraghah, kemudian mengembara ke Isfahan (atau Mardin) untuk belajar ke Fakhr Al-Din Al-Mardini (w. 594 H/1198 M), yang konon telah meramalkan kematian muridnya. Juga diketahui bahwa Zhahir Al-Farsi, seorang logikawan termasyhur, ‘Umar ibn Sahlan Al-Shawi (l. 540 H/1145 M).

Fakta ini cukup penting karena karya yang disebut terakhir ini termasuk karya pertama yang menyimpang dari pembagian baku sembilan bagian logika – yaitu, sembilan buku dari Organon – dan mengakui dua bagian: logika formal dan logika material. Suhrawardi kemudian menggunakan sistem yang lebih sederhana ini dalam logika tiga-bagiannya, yang terdiri dari semantik, logika formal, dan logika material.

Baca Juga  Berfilsafat adalah Aktivitas Memanusiakan Manusia

Suhrawardi menyusun kebanyakan risalah utamanya selama sepuluh tahun, waktu yang tidak cukup panjang bagiannya untukmengembangkan dua gaya filsafatnya yang khas – gaya Paripatetik yang kemudian disusul gaya Iluminasionis – seperti yang ditunjukkan oleh beberapa sarjana.

Suhrawardi adalah penulis produktif yang menulis banyak karya tentang hampir semua pokok persoalan filsafat, termasuk, untuk pertama kali dalam sejarah filsafat Islam, sejumlah narasi simbolik filosofis Persia. Tidak semua karyanya dapat diselamatkan juga tidak semua yang terselamatkan telah diterbitkan. Karya-karya utamanya yang dipublikasikan akan ditunjukkkan di sini.

Teks-teks terpenting dalam filsafat Iluminasi adalah karya filsafat penting Suhrawardi yang berbahasa Arab: (1) Al-Talwihat, (2) Al-Muqawamat, (3) Al-Masyari’ wa Al-Mutarahat, dan (4) Hikmah Al-Isyraq. Dari semua karya Suhrawardi, “Pengantar-pengantar” pada dua karya di antaranya, yaitu Al-Masyari’ wa Al-Mutarahat dan Hikmah Al-Isyraq, memuat pernyataan-pernyataan khusus berkenaan dengan metodologi filsafat Iluminasi.

Dalam “Pengantar” pada Al-Masyari’ wa AL-Mutarahat, Suhrawardi menunjukkan bahwa buku itu memuat suatu penjelasan tentang hasil-hasil pengalaman dan intuisi prbadinya, dan lebih lanjut memaparkan pandangannya tentang bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Penjelasan Suhrawardi mengenai persoalan metodologis yang sama dalam “Pengantar”-nya pada Hikmah Al-Isyraq lebih terperinci meskipun pada dasarnya sama dengan penjelasan yang diebrikan dalam Al-Masyari’ wa Al-Mutarahat.

Peringkat signifikansi berikutnya setelah karya-karya utama Suhrawardi dan risalah-risalah yang disebutkan di atas adalah narasi-narasi simboliknya yang berbahasa Persia dan Arab. Karya-karya ini antara lain Qishshah Al-Ghurbah Al-Gharbiyah; Risalah Al-Tahir; Awaz-i Par-i Jibrail; ‘Aql-i Surkh; Ruzi ba Jama’ati Shufyan; Fi Halah Al-Thufuliyyah; Fi Haqiqah Al-‘Isyq; Lughat –i Muran; dan Shafir-i Simurgh.

Kelompok karya Suhrawardi lainnya adalah doa dan zikir-zikir yang terkait dengan peribadatan dan ketaatan. Risalah-risalah kecil, pepatah dan pernyataan pendek lainnya mungkin dapat di kelompokkan di sini.

Baca Juga  Paradigma Ekosentris Solusi untuk Permasalahan Ekologi
Azaki Khoirudin
110 posts

About author
Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan
Articles
Related posts
Falsafah

Jacques Lacan: Identitas, Bahasa, dan Hasrat dalam Cinta

3 Mins read
Psikoanalisis merupakan suatu teori psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud pada abad ke-20. Teori ini berfokus untuk memahami dan menganalisis struktur psikis…
Falsafah

Melampaui Batas-batas Konvensional: Kisah Cinta Sartre dan Beauvoir

3 Mins read
Kisah cinta yang tak terlupakan seringkali terjalin di antara tokoh-tokoh yang menginspirasi. Begitu pula dengan kisah cinta yang menggugah antara dua titan…
Falsafah

Ashabiyah: Sistem Etika Politik ala Ibnu Khaldun

3 Mins read
Tema etika adalah salah satu topik filsafat Islam yang belum cukup dipelajari. Kajian etika saat ini hanya berfokus pada etika individu dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *