Inspiring

Syekh Abdurrahman bin Bakri, Pelopor Madrasah di Indragiri Hilir

2 Mins read

Syekh Abdurrahman bin Bakri, yang ketika hidupnya lebih akrab disapa sebagai ‘Pak Uan’, lahir di Sungai Guntung, Indragiri Hilir sekitar tahun 1914 M/ 1332 H. Pak Uan muda pernah menuntut ilmu di Madrasah Sa’adatuddarain, seberang Kota Jambi. sebuah madrasah yang didirikan oleh KH. Ahmad Syakur bin Syukur pada tahun 1915.

Pak Uan, Sosok Santri yang Cemerlang

Ketika itu, Madrasah Sa’adatutdarain merupakan salah satu dari empat madrasah tertua dan terkenal di Jambi. tiga madrasah lainnya adalah Nurul Iman (1913), Nurul Islam (1922) dan al-Jauharain (1927). Di Madrasah Sa’adatutdarain ini Syekh Abdurrahman bin Bakri berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat i’dadmadr (kelas persiapan) dalam tepuh waktu 3 tahun, dan selanjutnya pada tingkat Hadhari (kelas lanjutan) selesai dalam waktu 3 tahun.

Jadi, Pak Uan belajar di madrasah tersebut sekitar 6 tahun (1928-1934). Sehingga Pak Uan sangat menguasai berbagai bidang ilmu keislaman, seperti nahwu, sorof, akidah, fikih, dan tasawuf.

Setelah selesai menempuh pendidikan di Madrasah Sa’adatutdarain atau pada usia sekitar 20 tahun, Pak Uan kembali ke kampung halamannya di Indragiri Hilir. Kendati sudah kembali ke kampung halaman, semangatnya untuk tetap meregup manisnya ilmu tidak pernah pudar, apalagi ia mendengar keberadaan sosok Tuan Guru di Kampung Hidayat Sapat. Maka ia kembali belajar kepada Tuan Guru Sapat Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari (Mufti Kerajaan Indragiri 1909-1935).

Di Kampung Hidayat, Pak Uan belajar kepada Tuan Guru Sapat sekitar empat tahun, sejak 1935 hingga beliau wafat 1939. Artinya Pak Uan belajar pada Tuan Guru Sapat ketika beliau sudah tidak lagi menjadi mufti Indragiri. Ketika Tuan Guru Sapat wafat, Pak Uan masih terus belajar, kali ini ia belajar sekaligus berdiskusi (mudzakarah) tentang persoalan agama kepada seniornya Tuan Guru Abdul Murad Sungai Piai, seorang murid Tuan Guru Sapat yang diakui keilmuannya.

Baca Juga  Ummu Sulaim, Perempuan Muslimah dalam Kisah Anas bin Malik

Setelah cukup bekal keilmuan, Pak Uan turun ke masyarakat dan terlibat aktif menjadi pelopor pendirian beberapa institusi pendidikan di Indragiri Hilir. Pada tahun 1955, beliau pernah mendirikan madrasah di Tanjung Pasir. Setelah sepuluh tahun, tahun 1965 ia pindah ke Tanjung Baru dan mendirikan sebuah madrasah lagi tetapi di tempat ini beliau hanya sebentar, hanya sekitar satu tahun. Terakhir pada tahun 1966 ia pindah dan menetap di Sungai Pinang, Tanah Merah. Di Sungai Pinang ia membina madrasah hingga wafat pada 20 Muharram 1395 H/ 2 Februari 1975 M.

Sistem Pendidikan Madrasah Syekh Abdurrahman bin Bakri

Sistem belajar yang diterapkan pada madrasah yang dibangun oleh Syekh Abdurrahman bin Bakri adalah sistem halaqah. Ciri khas mata pelajaran yang diajarkan lebih ditekankan pada penguasaan tata bahasa Arab, sehingga setiap pagi dan malam hari, ilmu nahwu dan sorof menjadi mata pelajaran utama. Meski demikian, para santri juga dibekali dengan beberapa ilmu lainnya, seperti pada malam Selasa belajar ilmu akidah atau fikih. Pada kamis mereka pagi belajar sejarah Islam, dan malam jum’at membaca al-Barjanji dan Tahlilan.

Kitab-kitab yang dipelajari di madrasah Pak Uan berupa kitab-kitab dasar untuk menjadi pengangan santri pemula. Misalnya, Kitab al-Jurumiyah, Mukhtashar, Si Khalid, Mutammimah atau al-Kawakib al-Durriyah (bidang nahwu). Ada juga Kitab Dhammun, I’lal, Matan Bina, al-Amtsilah, Matan Izi, dan Matan Maksud (bidang sorof). Kitab Ashrar al-Shalah, Tanbih al-Ghafilin, al-Targhib wa al-Tarhib, dan al-Bajuri (bidang fikih). Kitab Sifat Dua Puluh dan Kifayat al-Awwam (bidang tauhid). Serta ditambah lagi dengan pelajaran membaca al-Barzanji dan tahlilan sebagai bekal melastarikan tradisi turun temurun di masyarakat.

Di antara murid-murid Pak Uan yang mengikuti jejak langkahnya berkiprah di dunia pendidikan Islam adalah H. Khalidi. Setelah menyelesaikan pendidikannya dan boleh jadi karena mendapat rekomendari dari Pak Uan, H. Khalidi melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Sa’adatutdarain, tempat Pak Uan dulu pernah menuntut ilmu.

Baca Juga  AR Sutan Mansur: Buya Tuo dari Maninjau

H. Khalidi aktif mengajar di Madrasah Hubbul Wathan Enok, kemudian tahun 1993 ia mendirikan institusi sendiri di Kuala Muda seberang Tembilahan. Kedua, Bukhadir Yazid, murid Pak Uan ini menjadi pengajar di Madrasah Tsanawiyah Khairatul Islamiyah, Sungai Bandung Kuala Enok. Ketiga, Abdul Hamid, murid Pak Uan ini berasal dari Tekulai Hilir dan sekarang aktif sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Curup, Bengkulu.

Editor: Shidqi Mukhtasor
Avatar
2 posts

About author
Lulusan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Akademisi dan peneliti Tafsir Nusantara.
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds