Tulisan berikut memuat teks khutbah Jumat lengkap untuk digunakan sebagai bahan khutbah jumat di masjid mana pun. Tema teks khutbah Jumat yang dimuat adalah Cinta Dunia, Virus Abadi Sepanjang Masa.
Teks Khutbah Jumat
Teks Khutbah Jumat : Khutbah Pertama
“Cinta Dunia, Virus Abadi Sepanjang Masa”
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله بَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ أَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ… وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. اَمَّا بّعْدُ
Jemaah Jumat yang berbahagia,
Dahulu peradaban Islam pernah menguasai banyak daratan di dunia ini, mulai dari ujung dunia Barat hingga belahan Timur, sampai daratan benua Amerika. Jika kita mau menelusuri sejarah melalui manuskrip-manuskrip yang otentik, akan banyak ditemui bukti dan fakta yang sengaja ditutup-tutupi supaya umat Islam tidak menjadi golongan yang superior.
Islam pernah menjadi peradaban besar, tepatnya pada masa Daulah Islamiyyah (Khulafa’ Rasyidin, Umayyah, Abbasiyyah, Utsmaniyyah, dlsb), yang membawa Islam pada waktu itu sebagai sebuah agama dan peradaban yang sangat terkenal dan masyhur pada masanya.
Akan tetapi kejayaan tersebut saat ini, kini menjadi sebuah kenangan dan cerita sejarah yang membanggakan di tengah kondisi umat Islam. Khususnya di Indonesia, yang terpuruk akibat urusan politik dan pemerintahan yang belakangan ini hangat diperbincangkan.
Hal ini bukan tanpa sebab. Secara umum, khatib melihat ada dua penyebab terpuruknya umat Islam di negeri ini.
Pertama, kelemahan internal. Karena umat sudah jauh dari Al-Qur’an dan hadis Nabi, sehingga cinta dunia dan takut akan kematian, yang artinya umat Islam sudah terpapar penyakit wahn.
Kedua, adalah pengondisian yang sengaja terus diupayakan oleh orang-orang dan kelompok serta negara tertentu yang ingin supaya umat Islam lemah, tercerai-berai, dan saling gontrok-gontrokan.
Jemaah Jumat yang berbahagia,
Mari kita renungkan petuah baginda Rasulullah saw. agar di dalam membangun umat ini, terhindar dari segala marabahaya. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Tsauban ra. Rasulullah bersabda,
يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ , فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Hampir terjadi keadaan yang mana umat-umat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya.” Salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?” Nabi SAW menjawab, “Pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa’. Dan pasti Allah akan mencabut rasa segan yang ada di dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn.” Kata para sahabat, “Wahai Rasulullah, apa Wahn itu?” Beliau bersabda, “Cinta dunia dan takut mati.”
Jemaah Jumat yang berbahagia,
Hadis di atas memaparkan berita mengenai keadaan umat Islam di akhir zaman. Dalam hadis tersebut, dijelaskan bahwa akan terjadi sebuah masa di mana jumlah umat Islam sangat banyak.
Akan tetapi, banyaknya hanya dalam segi jumlah atau kuantitas saja, tanpa memiliki kualitas dan keilmuan yang mumpuni. Mengingat kembali sejarah Islam, pada tahun 625 M pernah terjadi perang Uhud, di mana para serdadu Islam bertempur dengan pasukan kafir Quraisy di lembah Uhud.
Meski tentara muslim jumlahnya sama imbangnya dengan tentara Quraisy, hanya akibat ulah segelintir tentara musuh yang menyebar harta rampasan perang dan emas ke area sekitar peperangan, membuat para pasukan pemanah yang harus tetap bertahan di pos masing-masing, justru turun gunung sehingga membuat pertahanan umat Islam terpecah dan akibatnya pasukan muslim kalah dalam perang.
Sejarah tersebut secara gamblang juga termaktub dalam perang Hunain, di mana sebuah pertempuran tidak mesti ditentukan oleh banyaknya jumlah pasukan yang ikut berperang.
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (wahai orang-orang beriman) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” Kisah itu termaktub dalam QS. Taubah ayat 25.
Jemaah Jumat yang berbahagia,
Bagi seorang mukmin yang merindukan kebahagiaan abadi di negeri akhirat, tentu ia akan berusaha mencari bekal sebanyak-banyaknya. Sehingga, ia selalu siap kapan saja ketika malaikat maut akan menjemputnya. Ia selalu sadar jika kehidupan di dunia ini hanyalah fana dan sementara. Semua kenikmatan dunia akan ditinggalkan, begitu nyawa keluar dari badan.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imron: 185)
Begitu banyak kaum muslimin yang mengisi kehidupannya untuk memburu dunia. Hanya kenikmatan dan pernak-pernik dunia yang mengisi kepalanya, hingga tanpa terasa ia telah melupakan akhiratnya.
Gaya hidup mewah, glamor, dan berlebihan, kini semakin membudaya. Halal-haram pun tak lagi diindahkan, baik dalam makan minum, pergaulan, dan cara berpakaian. Allah melarang kita memandang dengan penuh ketakjuban pada manusia yang dianugerahi kenikmatan dunia, karena kelak mereka pun akan mati juga.
Namun, peringatan Allah yang menyebutkan tentang godaan dunia itu, bukan berarti kita harus melupakan sama sekali kehidupan dunia.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)
Jika kita terlalu mencintai dunia, Allah telah memperingatkan kita dengan firman-Nya dalam QS. an-Nazi’at,
فَأَمَّا مَنْ طَغَى . وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى. وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An-Nazi’at: 37-41)
Maka, jadikanlah kehidupan kita di dunia ini seperti orang asing atau musafir yang nomaden atau tidak hidup menetap. Gunakan masa hidup kita untuk mengumpulkan perbekalan menuju ke kampung halaman abadi, yaitu negeri akhirat.
Jemaah Jumat yang berbahagia,
Adapun penyebab keterpurukan umat Islam yang kedua adalah adanya upaya bangsa, golongan, atau kelompok tertentu untuk melemahkan semangat juang dan persatuan umat Islam.
Upaya bangsa, golongan, dan kelompok yang tidak menginginkan umat Islam bersatu sangat gencar dilakukan. Strategi penghancuran menggunakan berbagai macam metode yang sistematis dan masif sejak masa lalu.
Salah seorang misionaris asal Jerman pernah mengatakan bahwa, “Perang Salib telah gagal, karena itu untuk menaklukkan dunia Islam perlu resep lain, gunakan perang kata, logika, dan kasih sayang. Bukan gunakan kekuatan senjata atau kekerasan, karena seribu meriam tak bisa kalahkan umat Islam.”
Grand strategy yang dilancarkan oleh para misionaris dan orientalis tersebut terbukti ampuh menggoyahkan akidah, khususnya muda-mudi Islam. Langkah pertama, adalah hancurkan akidah umat Islam melalui perang atau kampanye kata-kata.
Langkah kedua, adalah hancurkan umat Islam menggunakan permainan logika, dan yang terakhir kacaukan pemikiran anak muda Islam dengan kegiatan atau acara yang berbau romantisme dan kasih sayang.
Silakan lihat perilaku para anak muda ketika tiba malam Minggu (hari libur), apalagi di saat tanggal istimewa seperti Valentine. Mereka tanpa malu akan keluar malam berdua memadu kasih di tempat-tempat keramaian hingga lupa waktu. Mereka seakan menutup rapat-rapat mata, hati, dan telinga, dari firman Allah dan petunjuk baginda Nabi saw.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ,
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ,
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Teks Khutbah Jumat : Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Jemaah Jumat yang berbahagia.
Pada kesempatan khutbah yang kedua ini, khatib menyimpulkan setidaknya ada dua hal yang bisa diambil kesimpulan dari hadis yang dibacakan di awal.
Pertama, akan ada suatu masa, di mana umat Islam bagaikan buih di lautan yang kiasannya bahwa buih itu tidak punya arah. Kebanyakan pelaku al-wahn ini terjadi karena tidak punya keteguhan hati dan pendirian, mudah diombang-ambingkan rayuan dunia.
Kedua, buih tidak mempunyai nilai. Hal ini terbukti dengan banyaknya aksi-aksi kriminal dan persekusi yang menimpa umat Islam. Mereka dibantai tanpa ampun oleh golongan lain, direbut harta bendanya, dirampas kehormatannya, hingga dilecehkan keluarganya. Maka melalui khutbah ini, supaya kita selaku umat Islam selalu meningkatkan ghirah dan azzam dalam ber-Islam.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
.وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Demikian teks khutbah Jumat lengkap dari IBTimes.ID. Apabila berminat, baca khutbah-khutbah lainnya di rubrik khutbah dan membagikan kepada yang membutuhkan. Semoga bermanfaat.
Editor: Zahra