Status Hadits | Menurut pengertian ulama ahli hadits, al-hadis dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan serta sifat-sifat beliau.
Hadits merupakan salah satu sumber hukum Islam terbesar kedua setelah Al-Qur’an. Terlepas dari fungsinya, peran hadits terhadap Al-Qur’an sangatlah besar. Di antaranya adalah sebagai penguat dari ayat-ayat Al-Qur’an, penjelas, dan masih banyak lagi.
Untuk menjalankan peran dan fungsinya, tentunya hadits–hadits tersebut haruslah hadits yang benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. Hadits yang benar-benar berasal dari beliau adalah hadits yang shahih.
Sedangkan, hadits yang masih diragukan asalnya atau belum pasti berasal dari Rasulullah SAW dinamakan hadits dhaif (lemah). Pembagian hadits berdasarkan kualitasnya tidak hanya mencakup hadits shahih dan hadits dhaif saja, ada salah satu hadits yang menduduki peran tengah di antara kedua hadits tersebut, yaitu hadits hasan.
Perbedaan hadits shahih dan hadits hasan ini hanya terletak pada tingkat ke-dhabit-an perawi hadits-nya.
Kedudukan Hadits Shahih
Untuk mendapatkan hadits yang benar-benar shahih, tentu perawi yang membawa hadits tersebut haruslah perawi yang shahih juga. Perawi yang shahih ini maksudnya adalah perawi yang benar-benar adil dan dhabit (kuat hafalan) atau yang biasa dikenal dengan istilah tsiqqoh.
Hadits shahih ini menduduki peringkat tertinggi di atas hadits hasan dan hadits dha’if. Sedangkan hadits dhaif karena termasuk hadits yang lemah, maka kedudukan hadits ini jauh di bawah hadits shahih yakni di bawah hadits hasan.
Belakangan ini, banyak sekali hadits–hadits yang beredar baik melalui perantara internet maupun secara langsung. Beberapa hadits yang tersebar melalui internet ini tidak semua status haditsnya benar-benar sesuai dengan aslinya.
Lalu, bagaimana cara kita mengetahui status hadits tersebut? Adakah cara mudah yang bisa digunakan bagi orang awam untuk mengenali status hadits yang disajikan kepada mereka?
Pada tulisan kali ini, penulis ingin menyampaikan beberapa cara mudah untuk mengenali hadits–hadits bagi orang awam.
Tujuan penulisan ini adalah untuk memudahkan pembaca dalam memilih dan menentukan hadits agar tidak salah dalam mempercayai dan mengamalkannya.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang awam untuk mengenali hadits–hadits yang mereka temui, baik di sosial media maupun yang disampaikan secara langsung oleh orang lainnya.
Cara Mengenali Hadits
Sebagaimana yang telah kami pelajari dari pendapat Yulian Purnama, S.Kom., bahwa beberapa cara yang bisa dilakukan orang awam untuk mengenali hadits antara lain:
Pertama, apabila menjumpai hadits dalam internet atau media sosial, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah melihat siapa yang meriwayatkan hadits tersebut.
Jika hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari atau Imam Muslim atau diriwayatkan oleh keduanya, maka status hadits tersebut sudah pasti shahih dan bisa diamalkan.
Lalu, bagaimana jika hadits tersebut dipalsukan atas nama Bukari dan Muslim? Nah, jika masih ragu apakah hadits tersebut benar diriwayatkan oleh keduanya, maka langkah selanjutnya adalah menanyakan kepada ahli hadits atau orang yang lebih faham mengenai hadits untuk mengecek dan menjelaskan ke-shahih-an status hadits tersebut.
Kedua, apabila hadits tersebut tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dan tidak ada keterangana bagaimana penilaian ulama’ hadits terhadap hadits tersebut, maka lebih baik untuk menanyakan terlebih dahulu kepada yang lebih faham dan jangan langsung mempercayai serta mengamalkannya sebelum mengetahui secara jelas status hadits tersebut.
Ketiga, apabila hadits tersebut diberitakan atau diceritakan oleh teman atau kerabat, maka yang harus dilakukan adalah menanyakan asal yang jelas dari mana mereka mendapatkan hadits tersebut.
Jika mereka memberikan pernyataan yang valid bahwa hadits tersebut didapatkan dari orang yang ahli dan mengetaui tentang hadits, maka boleh mempercayai dan mengamalkannya, asalkan hadits yang diberitakan benar-benar hadits yang shaih dan berasal dari orang yang benar-benar faham.
Terlepas dari langkah-langkah tersebut, ada baiknya apabila menjumpai sebuah hadits baik dari internet maupun orang lain, kita harus lebih selektif lagi dalam memilih dan menggunakan hadits tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena selain sebagai sikap kehati-hatian, mengamalkan sesuatu yang belum jelas hukumnya tidak diperolehkan. Apalagi, hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an, maka penting untuk mempelajari keduanya.
Editor: Yahya FR