Tasawuf

Tiga Golongan Kaum Sufi Menurut Ibnu Taimiyah

2 Mins read

Ibnu Taimiyah merupakan salah seorang tokoh teologi Islam yang cukup terkenal. Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Abul Abbas Ahmad ibn Abdul Halam ibn al-Imam Majduddin Abul Barakat Abdussalam ibn Abil Qasim ibn Muhammad ibn al-Khidr ibn Ali Ibn Abdullah ibn Taimiyyah al-Harrani. Lahir di Harran pada Senin, 10 Rabiul Awwal 661 H. Bertepatan dengan 22 Januari 1263 M dan wafat pada 20 Syawal 728 H atau 1328 M.

Golongan Kaum Sufi Menurut Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah mengklasifikasikan kaum sufi menjadi 3 golongan. Semasa hidupnya, Ibnu Taimiyah tidak pernah melepaskan pandangan dan perhatiannya terhadap perkembangan aliran-aliran thariqah. Bahkan sekalipun kepada aliran thariqah yang menyeleweng dari ajaran agama Islam juga.

Dia juga sudah melihat sendiri bahwa ada beberapa aliran sufisme yang sudah menyeleweng dari ajaran syariat Islam pada bentuk yang tidak masuk akal menurutnya. Contohnya seperti golongan yang masuk ke dalam api yang menyala, memakan seekor ular, menggunakan kalung berbahan besi, mengikat rambut hingga berbentuk onggokan.

Tokoh teologi satu ini mengakui adanya validitas dari metode eksperimen batin aliran sufisme, ma’rifat. Namun, kebenarannya tersebut baru dapat diakui jika memang benar-benar sesuai dan relevan dengan syariat agama Islam itu sendiri. Jika tidak, maka menurut Ibnu Taimiyah golongan sufi itu sudah termasuk melakukan penyelewangan. Ibnu Taimiyah sendiri sudah menggolongkan kaum sufi ke dalam tiga golongan, berikut adalah di antaranya:

Pertama, Golongan Sufi Hakikat

Golongan kaum sufi pertama dan yang paling benar menurut Ibnu Taimiyah serta tidak menyeleweng dari ajaran agama Islam dinamakan kaum Sufi Hakikat. Kelas kaum sufi satu ini yang paling sungguh-sungguh dalam mencari kebahagiaan spiritual. Bahkan, hingga mereka masuk dalam golongan insan-insan yang shiddiqun (benar).

Baca Juga  Konsep Sufistik ala Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Kaum sufi golongan hakikat ini hanya berfokus pada pencarian kebahagiaan spiritual mereka saja. Tidak ada hal-hal menyimpang yang mereka lakukan selama dalam jalan sufistiknya. Maka dari itu, mereka dikategorikan sebagai golongan sufi yang benar.

Kedua, Golongan Sufi Rezeki

Golongan kaum sufi kedua ini disebut sebagai kaum Sufi Rezeki. Mereka bertempat tinggal di Khanaqah, asrama, dan juga pondokan. Mereka memiliki pekerjaan, namun pekerjaannya tidak secara tetap.

Kaum ini juga masuk dalam golongan sufi yang benar. Menurut Ibnu Taimiyah, tingkat kebenarannya berada pada urutan nomor dua setelah kamu Sufi Hakikat. Golongan ini tetap bekerja seperti kebanyakan manusia, namun pekerjaan mereka tidak tetap dan berubah-ubah.

Ketiga, Sufi Formalitas

Jenis kaum sufi yang terakhir ini adalah kaum Sufi Formalitas. Kaum sufi jenis ini dipenuhi dengan orang-orang yang hanya bergaya menjadi sufi. Penampilannya saja yang dibuat seperti orang-orang sufi. Namun, jiwanya secara penuh tidak terikat oleh sufisme.

Mereka hanya melebihkan gayanya saja daripada tingkatan sufistiknya. Menggunakan pakaian dan gaya selayaknya seorang sufi yang sangat baik dan agung. Namun, sebenarnya hati dan jiwanya kosong dan tidak memiliki keterikatan dengan sufisme sedikitpun.

Sebenarnya, Ibnu Taimiyah tidak melakukan penolakan sama sekali terhadap tasawuf. Namun, dia menolak dan mengkritik adanya penyimpangan yang dilakukan oleh golongan-golongan tertentu saja.

Dia menolak adanya penyelewengan terhadap Al-Qur’an dan sunah (hadis). Ibnu Taimiyah juga memuji beberapa sufi, salah satunya adalah al-Qusyairi dan para sufi lainnya.

Tokoh kalam satu ini juga membentuk satu aliran yang diberi nama Salafiyun. Ada tiga penolakan dalam aliran ini, yakni mencegah terjadinya taqarrub kepada Allah dengan menggunakan perantara orang shalih dan wali. Kemudian mencegah timbulnya meminta pertolongan atau tawassul kepada orang yang sudah mati. Terakhir, melakukan pencegahan dilakukannya ziarah kubur orang shalih dan para nabi dengan niat mengkultuskan.

Baca Juga  Teologi Cinta Ibnu Sina: Semuanya Bermula dari Cinta

Editor: Yahya FR

Titik Damayanti
2 posts

About author
Mahasiswa program studi Aqidah dan Filsafat Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pernah bekerja sebagai penulis artikel di Penulis Amanah. Sangat berminat menulis esai. Menjadi anggota aktif di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Forma Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UINSA Surabaya.
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds