Tulisan kali ini akan membahas tips dan trik menulis artikel popular.
Dalam membuat artikel, tulislah sesuatu yang diketahui. Di samping itu, tulislah terlebih dahulu, apa yang ada di dalam pikiranmu; abaikan pengeditan.
Tentu kita tidak perlu menulis sesuatu yang tidak dikuasai, terlebih sesuatu yang belum diketahui atau belum membaca tentangnya.
Bahan yang ada di dalam kepala kita sebenarnya melimpah. Hanya saja, bagaimana kita mendayagunakannya, itu memerlukan permenungan (bahkan berdialog dengan diri sendiri atau orang lain).
Karena ruang menulisnya pendek, sekitar 500-1500 kata, maka tulisan kita harus efektif. Hal itu tampak dari struktur yang ada. Yang paling umum adalah, diawali dengan paragraf isu atau persoalan, lalu pembahasan (banyak paragraf) dan ditutup dengan paragraf solusi atau kesimpulan.
Bagi yang mahir menulis, biasanya mengalir begitu saja, seperti orang mendongeng atau menceritakan sesuatu secara asyik. Secara psikologis, aliran tersebut bisa memancing emosi pembacanya. Bisa senang, sedih, marah, takut, khawatir, dan bahkan sangat penasaran.
Kebanyakan para penulis kawakan akan memberikan tips bahwa, dalam menulis kalimat pembuka, maka harus bombastis. Karena itulah kalimat yang paling penting, atraktif, dan harus mampu menyihir pembacanya.
Tapi tidak harus selalu demikian. Tulisan yang mudah dipahami, sederhana, dan biasa saja, juga boleh diajukan.
Tetapi, jangan pernah menulis kalimat yang merepotkan pembaca. Tulislah kalimat yang pendek, sederhana dan enak dibaca. Hal ini akan membantu merekatkan antara kalimat yang satu dengan yang lain. Bahkan antar paragraf.
Saya ingin kembali ke persoalan isi. Biasanya orang bercerita begitu saja; mengalir. Isinya atau argumentasinya ada di seluruh bagian cerita. Ini gaya para penulis hebat.
Sementara gaya yang lain adalah menulis secara langsung, lugas, dan jelas. Jadi, argumentasinya disampaikan begitu saja tanpa basa-basi.
Ketika kita berpendapat mengenali sesuatu, maka yang kita ajukan secara garis besar bisa disebut sebagai opini.
Nah, opini ini sebenarnya berisi tesis (pendapat pokok). Sementara tesis tersebut, ditopang oleh alasan-alasan (argumentasi). Dan alasan yang disajikan, harus memuat bukti-bukti yang kuat, meyakinkan dan tak terbantahkan.
Untuk membuat opini, alas an, dan bukti-bukti yang kita gunakan, sangat tergantung pada bahan bacaan dan kreativitas nalar kita.
Kita juga bisa menggunakan gaya wartawan, yang sedang menjelaskan sesuatu menurut pertanyaan-pertanyaan, siapa, apa, kapan, di mana, bagaimana, mengapa, dan lain sebagainya. Cara ini sangat efektif membangun penalaran kita.
Untuk mempermudah menulis, sebagian orang mengawali terlebih dahulu membuat rancangan atau outline. Kira-kira tentang kata-kata atau kalimat singkat yang akan kita kembangkan.
Mengenai mengutip sumber bacaan, sebaiknya menggunakan parafrase, merangkumnya, atau meminjam gagasan menggunakan bahasa sendiri. Ingat, sumber harus disebutkan, siapa yang mengarang dan tahun berapa. Kalau perlu disebutkan lengkap di catatan kaki, dari karya yang mana dan terbitannya.
Jika ketiga hal tersebut sulit dilakukan dan tampaknya bagian yang ingin kita kutip terlalu indah untuk digantikan, maka kita bisa menggunakan kutipan langsung (“…”). Tidak masalah, asalkan tidak terlalu banyak. Mengapa? Karena nanti memakan banyak tempat yang kita gunakan.
Mengenai kesimpulan, bisa intisari dari penjelasan kita, bisa juga refleksi intelektual. Tetapi biasanya, para pembaca mengidamkan jalan keluar. Jadi, orang membaca tulisan kita, juga ingin jawaban atas persoalan tertentu. Sehingga, secara psikologis tulisan kita melegakan.
Sekali lagi, ingat, tulisan kita harus sederhana, pendek, mengalir, dan enak dibaca. Syukur kalau isinya bergizi.
Untuk meningkatkan kemampuan menulis kita, sebaiknya menulis setiap hari. Tips yang paling penting agar mahir menulis ada tiga: menulis, menulis, dan menulis. Jadi, selamat menulis!