Perspektif

Ujian untuk Kebiasaan Berbagi Masyarakat Indonesia

3 Mins read

Virus Corona penyebab Covid-19 sudah muncul sejak pertama kali di Wuhan, China, dari bulan Desember 2019. Virus ini telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO dan telah menelan banyak korban jiwa. Ternyata, pandemi Covid-19 juga menjadi ujian untuk kebiasaan berbagi masyarakat Indonesia.

Di Indonesia sendiri, tercatat kasus yang terkonfirmasi menurut data Pemerintah pada 03 Juni 2020 pukul 08.30 WIB sudah mencapai 27.549 orang yang positif, 1.663 yang terkonfirmasi meninggal, dan 7.935 yang sudah dinyatakan sembuh. Angka tersebut masih dapat terus berubah setiap harinya. 

Indonesia sendiri terkenal dengan sifat gotong-royongnya. Sifat gotong-royong tersebut tidak hilang walaupun pandemi Covid-19 datang. Masyarakat dari berbagai kalangan saling tolong-menolong dan berbagi semampunya.

Kebiasaan Berbagi Masyarakat Indonesia

Sifat gotong-royong dan berbagi sendiri nampaknya sudah menjadi sebuah tradisi atau sebuah kebiasaan masyarakat Indonesia. Tidak mengenal suku, agama, ras, dan lain sebagainya, yang dilihat adalah saudara satu negara. 

Bukan hanya gotong-royong dan berbagi di dalam negara saja. Bahkan sewaktu virus ini pertama kali muncul di China, masyarakat Indonesia telah menggalang dana untuk membantu masyarakat China yang sedang membutuhkan. Memang kebiasaan itu sulit untuk ditinggalkan. 

Banyak sekali yang ingin berbagi dan membantu masyarakat yang mengalami kesusahan dan kesulitan dari berbagai kalangan. Seperti kalangan orang biasa, publik figur, pejabat, dan lain sebagainya. Mereka semua saling mengulurkan bantuan untuk siapa saja yang membutuhkan. 

Berbagi dengan cara gotong-royong sudah dilakukan sejak dahulu kala yang telah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Semua yang dilakukan secara bersama-sama atau gotong-royong akan terasa lebih mudah atau lebih ringan. Seperti kata pepatah, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. 

Baca Juga  Riuh Pilpres 2024: Bela Capres Udah Kayak Bela Agama

Kebiasaan Berbagi yang Variatif

Contohnya seperti kalangan musisi yang melakukan penggalangan dana dengan melakukan konser musik, tetapi dengan metode konser yang tetap #dirumahaja. Konser musik dengan cara #dirumahaja yang melibatkan banyak musisi papan atas, mampu membuat masyarakat tertarik untuk berbagi. 

Walaupun konser tersebut dilakukan dengan cara yang berbeda dari konser biasanya, konser tersebut mampu mengumpulkan dana hingga sebanyak 11,5 miliar selama 14 hari dengan cara online.

Hal itu dilakukan dalam bentuk aksi solidaritas melawan Covid-19. Bukan hanya musisi saja yang melakukan penggalangan dana tersebut. Tetapi juga ada dari berbagai macam kalangan lainnya, seperti artis, komika, sampai menteri. 

Berbagi di tengah pandemi pun tidak hanya dilakukan oleh para artis dan musisi. Masyarakat biasa pun turut melakukan kegiatan berbagi di tengah pandemi. Seperti yang kita tahu belakangan ini, banyak masyarakat yang membuka dapur umum untuk warga yang terdampak Covid-19.

Terkadang, uang dan bahan-bahan yang digunakan untuk memasak semua kebutuhan tersebut didapatkan dari hasil gotong-royong masyarakat. Bahkan, ada juga yang menggunakan uang pribadinya sendiri.

Seperti yang dapat kita temukan di tepi jalan maupun berita, banyak masyarakat yang melakukan berbagi dengan cara menggantung sayuran. Maksud dari menggantung sayuran di sini adalah sistem sayuran atau bahan masak yang digantung di depan pagar atau tepi jalan. Gantungan sayuran tersebut bisa diisi oleh siapa saja yang merasa lebih mampu, dan diambil oleh siapa saja yang membutuhkan. 

Di berbagai daerah, pihak RT dan RW pun ada yang melakukan pengumpulan donasi dari warga secara rutin. Hasilnya untuk dibelikan sembako bagi warga yang kurang mampu. Hal tersebut tentunya sangat membantu untuk yang membutuhkan.

Baca Juga  Pendidikan Haruslah Menyadarkan

Berbagi di Bulan yang Penuh Berkah

Momen Ramadan dan Lebaran pada 1 Syawal adalah momen berbagi yang sangat luar biasa. Banyak warga ataupun lembaga kemanusiaan yang melakukan berbagi di tengah pandemi.

Biasanya dilakukan pada saat menjelang berbuka puasa, lembaga kemanusiaan atau kelompok masyarakat akan memesan warteg (warung tegal). Lalu kemudian hidangan berbuka puasa yang disiapkan diberikan untuk masyarakat yang kesulitan ekonomi atau yang membutuhkan.

Beragam pula masyarakat secara individu yang melakukan kegiatan berbagi ini. Banyak duafa dan driver ojol (ojek online) yang mendapatkan rezeki tersebut dari orang-orang yang peduli terhadap sesama. Rezeki tersebut ada yang berbentuk makanan, sembako ataupun uang. 

Pada saat Lebaran pun, berbagi pun masih dilakukan oleh berbagai masyarakat. Salah satu usaha yang dilakukan masyarakat adalah dengan berbagi kue, parcel Lebaran, atau bahkan THR. Berbagi tersebut dilakukan dengan tetap mengikuti himbauan dari pemerintah, yaitu social distancing dan physical distancing

Apalagi, mengingat bahwa semakin maju dan berkembang zamannya, semakin canggih pula teknologinya. Semuanya bisa dikirim dan sampai ke orang yang dituju dengan tetap berada #dirumahaja. 

Seperti yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah (2:195), “Dan berinfaklah kamu (bersedekah atau nafakah) di jalan Allah dan janganlah kamu mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah kerana sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.”

Dan juga Al-Baqarah (2:215), “Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang mereka infakkan, Jawablah! Apa sahaja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang- orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”

***

Sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang melakukan perbuatan baik. Tetaplah menjadi baik walaupun keadaannya sedang tidak baik, sungguh Allah Maha Mengetahui. Tetap tenang dan jangan panik, waspada boleh. Badai pasti berlalu.

Baca Juga  Kegagalan Anak Muda dalam Pandemi Corona

Editor: Zahra/Nabhan

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds