Karakter Ulil albab dapat dipahami secara sederhana sebagai orang beriman dan bertakwa sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut ini:
أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فَاتَّقُوا اللهَ يَآأُوْلِي اْلأَلْبَابِ الَّذِينَ ءَامَنُوا قَدْ أَنزَلَ اللهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا
Allah menyediakan azab yang keras bagi mereka (yang durhaka terhadap perintah Allah), maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal! (Yaitu) orang-orang yang beriman. Sungguh, Allah telah menurunkan peringatan kepadamu (QS 65 At Talaq: 10).
Ayat di atas menegaskan bahwa ulil albab pada dasarnya adalah semua orang beriman. Dengan kata lain, semua orang beriman adalah ulil albab dikarenakan mereka percaya kepada Allah, Malaikat, Nabi, dan hari akhir. Akan tetapi keimanan tidak cukup bagi ulil albab, ia masih dituntut untuk meningkatkan kualitas imannya hingga mencapai derajat orang bertakwa.
Ulil albab dengan demikian adalah orang beriman dan bertakwa, yakni, orang yang banyak melakukan amal saleh yang dijelaskan di berbagai ayat di dalam al-Quran.
Definisi Takwa
Salah satu definisi orang bertakwa adalah sebagai berikut:
لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur atau ke barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, Kitab-kitab, dan Nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat , orang-orang yang menepati janji bila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (QS 2 Al Baqarah: 177).
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang bertakwa (QS 3 Ali Imran: 133)
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
(yaitu) orang yang berinfak baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS 3 Ali Imran: 134).
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui (QS 3 Ali Imran: 135).
***
Para cendekiawan dengan demikian ditantang untuk melakukan banyak amal saleh, sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat di atas tersebut, sebagai jalan menuju terpenuhinya konsepsi dan karakter ulil albab yang merupakan orang beriman sekaligus orang bertakwa.
Puasa Ramadan, misalnya, merupakan salah satu jalan menuju derajat takwa karena perintah melaksanakan puasa di bulan ramadan bagi orang beriman adalah agar mereka menjadi orang bertakwa.
Senantiasa Salat Malam
Ulil albab adalah orang yang senantiasa mendirikan salat malam sebagai kegiatan rutin walaupun bukan salat wajib tapi salat sunat. Hal ini karena ia paham betul makna dari salat malam. Dan itulah karakter ulil albab yang berbeda dengan orang lain (musyrik) sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَآءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ اْلأَخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَيَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا اْلأَلْبَابِ
Apakah orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran (QS 39 Az-Zumar: 9).
Ulil albab paham bahwa salat malam sangat diperlukan karena rasa takutnya kepada (azab) Allah adalah sedemikian besar sehingga dia menjalankannya dengan sungguh-sungguh setiap malam sebagaimana Nabi Muhammad. Salat malam juga dilakukan karena ia percaya itu sebagai sarana untuk mendapatkan rahmatnya.
Dorongan dari rasa takut terhadap azab Allah dan harapan mendapatkan rahmat-Nya melalui salat malam merupakan proses pembentukan pribadi yang kuat. Pribadi yang memiliki akses terhadap enerji intelektual yang relatif bisa tak terbatas dan yang memang sangat dibutuhkan dalam karirnya sebagai seorang cendekiawan ditengah masyarakat yang semakin kompleks dan dinamis.
Doa Ulil Albab
Ulil albab adalah orang yang beriman kepada Al Quran dan yakin dan percaya bahwa semua yang disebutkan dalam Quran berasal dari Allah. Allah jualah yang memahami keseluruhan isi Quran. Keimanan yang kuat dan teguh ini mendorong ulil albab untuk senantiasa berdoa sebagaimana ditunjukkan oleh ayat berikut:
رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan kami janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi” (QS 3 Ali Imran: 8).
رَبَّنَآ إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لاَّ رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللهَ لاَ يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya.” Sungguh Allah tidak menyalahi janji (QS 3 Ali Imran: 9).
***
Doa ini sangat penting untuk selalu dilantunkan karena dalam memahami al Quran seorang ulil alba kadang harus berhadapan dengan ayat-ayat mutasyabihat yang sebenarnya hanya Allah yang mengetahui takwilnya. Namun ayat-ayat ini sering dimanfaatkan orang-orang yang condong pada kesesatan untuk memfitnah Islam.
Oleh karena itu, dengan melantunkan doa diatas diharapkan para cendekiawan muslim yang ditantang untuk menjawab berbagai persoalan manusia tetap terpelihara dari jebakan jahiliyah tersebut. Insya Allah.
Baca artikel sebelumnya: