Perspektif

Ummatan Washatan dalam Melestarikan Kemanusiaan

5 Mins read

Al-Qur’an sekalipun tidak memberikan petunjuk langsung tentang suatu bentuk masyarakat di masa mendatang, namun tetap memberikan petunjuk mengenai ciri-ciri dan kualitas suatu masyarakat baik. Walaupun semua itu memerlukan upaya penafsiran dan pengembangan pemikiran. Al-Qur’an juga memerintahkan kepada manusia untuk memikirkan pembentukan suatu masyarakat dengan kualitas tertentu. Al-Quran menyebut secara tersurat gambaran ummat ideal yang dicita-citakan, seperti Ummatan wahidah dan Ummatan washatan.

Ummatan Washatan

Istilah lain juga mengandung makna masyarakat yang ideal adalah ummatan washatan. Istilah ini tertuang dalam firman Allah QS.Al-Baqarah ayat 143. Disebutkan bahwa kualifikasi umat yang baik adalah ummatan washatan, terdiri dari kata, wau, shin dan tha. Yang berarti dasar pertengahan, moderat dan menyangkut pengertian keadilan atau keseimbangan.

Al-Raqib menguraikan kalimat ini sebagai sesuatu yang berada dipertengahan dengan kedua ujungnya persis sama. Kata wasath berarti bagian tengah dari sesuatu. Ia merupakan titik yang jauh dari ujung lain, bagian terbaik dari segala sesuatu. Dengan demikian, ummat wasath mengandung arti kelompok orang yang adil, sejajar, seimbang, dan moderat, dan menjauhkan diri dari berbagai bentuk ekstremisme. (Ziaudin Sardar, Hal:202).

Lebih lanjut, beliau menekankan bahwa Al-Qur’an tidak mengatakan kaum muslim sebagai umat menengah. Tetapi yang dikemukakannya adalah kaum muslim dapat dan selalu berusaha untuk menjadi “umat jalan tengah”.

Ia menyiratkan bahwa keseimbangan harus dicapai di antara kebutuhan fisikal dan kebutuhan spiritual, terutama raga dan tuntunan jiwa. Keduanya sama-sama membutuhkan makanan. Dalam skema Al-Qur’an, tidak ada konflik inheren antara jiwa dan raga. Kita tidak dapat mengabaikan salah satunya, tetapi kita juga tidak dapat terlalu terobsesi salah satunya.

Salah satu dampak terpenting ummat bukanlah islam sebagai komunitas global. Namun, bahwa umat muslim menjadi satu umat dalam hubungan di antara mereka sendiri, hubungan dengan umat lain, dan hubungan dengan semesta alam.

Ummah ada dalam pikiran dan tindakan kita untuk meneladani dan menerapkan ajaran moral Al-Qur’an. Ummah terdiri atas bangsa dan suku, warna kulit dan bahasa, unit-unit tempat kita lahir. Yang menyatukan ummah adalah tujuan moral yang sama. Jadi komunitas ini tidak mengikuti jejak kelompok manapun, melainkan berusaha mencapai tujuan moral yang sama melalui keanekaragaman semua kelompok penyusunnya. (Ngaji Quran Di Zaman Edan, Ziaudin Sardar, Hal:202-203).

Baca Juga  Islam Liberal dan Islam Literal: Benci, tapi Rindu

Hakikat Kehidupan

Adapun hakikat kehidupan di dunia ini ialah persaingan dan pertandingan dalam merebut hegemoni dan kepemimpinan. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam beberapa ayat Al-Quran antara lain: QS[6]:32 dan QS[2]:148.

Sebagaimana lazimnya pertandingan, membutuhkan penengah atau wasit. Maka Allah mengutus rasulnya yang terakhir, Muhammad SAW dengan perlengkapan sistem nilai terpadu, dan sempurna. Sehingga ummat beliau telah di agkat Allah menjadi wasit bagi persaingan hidup manusia didunia ini.

“Maka demikianlah telah kami jadikan kamu ummat yang menjadi (saksi) ditengah-tengah kemanusiaan, adalah Rasulullah itu menjadi saksi bagi kamu”.(QS[2]: 143.(Islam Sistem Nilai Terpadu, Muhammad Imaduddin Abdul Rahim, Phd, Hal:200).

Sejarah kemanusiaan telah membuktikan, bahwa hampir tidak pernah ada kedamaian di dunia ini, kecuali ketika ummat Islam menjadi super power, serta mampu menjalankan peranan mereka sebagai wasit ditengah-tengah kemanusiaan. Terutama sesudah jatuhnya kerajaan Usmaniyah sebagai kekuatan politik ummat islam terakhir. Maka dunia ini tidak pernah merasakan kedamaian lagi.

Kekuasaan umat Islam terpecah-pecah menjadi beberapa puluh negara-yang walaupun masih mengaku beragama islam, namun pada hakikatnya telah meninggalkan aqidah islamiyah-sebagai dasar dan falsafah hidup mereka. Kebanyakan negara berpenduuk mayoritas muslim sekarang ini telah merubah landasan dan falsafah hidup mereka menjadi nasionalisme, sosialisme, dan feodalisme dengan sistem otoriatrianisme bahkan sekulerisme. (Muhammad Imaduddin Abdul Rahim, Phd, Hal:201-202).

Lebih lanjut, peran umat Islam sebagai wasit ini dipertegas oleh Allah dengan pengetahuan, bahwa dia tiada mengutus rasul Muhammad SAW, kecuali sebagai “Pembawa rahmat bagi seluruh alam”.(QS[21]:107). Dari ayat ini dapat difahami bahwa, rahmat yang dibawa Rasulullah itu bukan sekedar untuk ummat islam saja. Tapi bagi seluruh kemanusiaan dan alam dunia ini semuanya.

Baca Juga  Bagaimana Islam dan Psikologi Memandang Mimpi?

Bentuk Rahmat

Pertama, ialah ummat Muhammad sebagai wasit bagi seluruh kemanusiaan.

Ketiadaan bangsa yang pantas dan sanggup memerankan peran ini seperti yang kita lihat sekarang ini ternyata menyebabkan kepincangan dan ketidakadilan merajalela. Bahkan pencemaran alam akibat kesekarahan manusia mengekploitasi alam telah merata ke seluruh dunia.

Kenyataan ini wajib menjadi keprhatianan umat Islam, karena mereka belum mampu mengemban misinya sebagai yang dimaksud oleh Allah dan Rasulnya. Karena itu, ummat islam sekarang ini wajib berjihad untuk mengembalikan poisisinya sebagai wasit dunia di tengah-tengah kemanusiaan demi tegaknya kedamaian di antara sesama manusia dan kelestarian alam semesta. Agar terciptanya masyarakat dunia yang damai, adil dan sejahtera.

Kedua, tegaknya keadilan ekonomi bagi setiap manusia. 

Telah lama terbukti dalam sejarah bahwa kelaparan terjadi di dunia bukan karena bumi secara global kurang mengeluarkan produksinya. Tetapi oleh karena politik ekonomi yang tidak menjamin terjadinya distribusi yang merata tersebut.

Demikian pula, rasa takut yang terus mencekam sebagian manusia bukan karena adanya bahaya dari Allah atau alam. Tapi karena ulah sebagian kecil manusia yang serakah dan ingin memonopoli kekuasaan politik dan ekonomi. Akibatnya, kelompok kecil yang berkuasa ini akan menciptakan segala cara untuk menekan kelompok besar demi mempertahankan kekuasaan dan kedudukan mereka.

Ketiga, tegaknya keadilan berpolitik bagi setiap manusia didunia.

Hukum sejarahpun telah membuktikan bahwa rasa takut manusia selama ini bukanlah karena adanya monster atau raksaksa yang selalu diceritakan kepada kita. Namun disebabkan karena tidak berjalannya sistem politik dan ekonomi yang di ridhoi Allah. Allah telah menegaskan bahwa, anak cucu adam diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini. Artinya bahwa, setiap manusia punya hak dan kewajiban atau kedaulatan yang sama untuk mengatur, menata, berpatisipasi mambangun masyarakat dan negaranya.

Untuk Kemanusiaan

Oleh karena itu, ummatan washatan adalah salah satu pandangan hidup umat Islam khususnya dan masyarakat umumnya untuk menjaga dan melestari kemanusiaan di masa kini. Juga untuk menata dan melindungi kehidupan generasi-generasi muda di masa depan. Karena dengan pandangan hidup ummatan washatan, umat Islam yang berpandangan jalan pertengahan, moderat, keadilan atau keseimbangan dalam segala aspek kehidupan.

Baca Juga  Hukum Islam Itu Menggembirakan!

Dari sisi sosial-budaya, ummatan wasthan, mengandung makna bahwa umat islam adalah kelompok orang yang adil, sejajar, seimbang, dan moderat, dan menjauhkan diri dari berbagai bentuk ekstremisme. Karena, sifat moderatlah umat islam harus menjadi teladan, saksi bagi manusia dan bangsa lain, seperti halnya Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan sikap moderat dan jujur bagi kaum muslim.

Dari sisi keagamaan, ummat washatan mengandung arti bahwa Al-Qur’an tidak mengatakan kaum muslim sebagai umat menegah. Tetapi yang dikemukakannya adalah kaum muslim dapat dan selalu berusaha untuk menjadi “umat jalan tengah”. Maksdunya bahwa, umat islam harus mencapai jalan moderat dari kebutuhan fisikal dan kebutuhan spiritual, terutama raga dan tuntunan jiwa. Keduanya sama-sama membutuhkan makanan.

Dari sisi kemanusiaan, bahwa umat muslim menjadi satu umat dalam hubungan di antara mereka sendiri, hubungan mereka dengan umat lain, dan hubungan dengan sememsta alam. Ummah ada dalam pikiran dan tindakan kita untuk meneladani dan menerapkan ajaran moral Al-Qur’an.

Ummah terdiri atas bangsa dan suku, warna kulit dan bahasa, unit-unit tempat kita lahir, yang menyatukan ummah adalah tujuan moral yang sama. Jadi komunitas ini tidak mengikuti jejak kelompok manapun, melainkan berusaha mencapai tujuan moral yang sama melalui keanekaragaman semua kelompok penyusunnya.

Dengan demikian, ummatan washatan adalah salah satu jalan untuk melestarikan kemanusiaan di masa kini dan melindungi generasi muda di masa depan. Karena ummat washatan adalah jalan untuk melindungi harkat dan martabat kemanusiaan dalam segala aspek kehidupan. Ummat washatan menghindari perilaku ekstrimisme dan terorisme, dan menebarkan kedamaian dan kecintaan sesama manusia. Juga, sebagai jalan umat Islam untuk berpikir jernih menebar welas asih dan berperilaku menebar cinta kasih bagi seluruh umat manusia dan alam semesta.

Editor: Sri/Nabhan

Avatar
4 posts

About author
Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds