Perspektif

Universitas Ormas Islam: Mencerdaskan Umat!

4 Mins read

Dalam sejarah dunia pendidikan, para ilmuwan muslim ternyata memiliki peran signifikan melahirkan lembaga pendidikan tinggi bernama universitas (yang kala itu bernama jami’ah). Sebutan nama “universitas” yang pertama kalinya lahir justru dari peradaban Islam, yakni Universitas Al-Qarawiyyin (Jami’ah Al-Qarawiyyin). Keberadaan Universitas Al-Qarawiyyin ada di Kota Fez, Maroko yang didirikan pada tahun 859 M sekaligus menempatkannya sebagai perguruan tinggi tertua dan pertama di seantero jagad dengan menawarkan gelar kesarjanaan.

Padahal sebelumnya, Al-Qarawiyyin hanyalah bagian masjid yang didirikan tahun 859 M oleh Fatima al-Fihria, putri dari seorang pedagang kaya bernama Muhammad Al-Fihri. Selain sebagai tempat ibadah, selanjutnya berkembang menjadi tempat pelajaran agama dan diskusi politik. Keberadaan Al-Qarawiyyin kemudian secara bertahap memperluas ke ranah pendidikan dengan mata pelajaran, khususnya ilmu alam. Di samping pelajaran Al-Qur’an dan fikih (hukum Islam), juga mengajarkan tata bahasa, retorika, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, geografi, dan musik.

Lambat laun, pada akhirnya Al-Qarawiyyin lalu menjadi universitas modern tahun 1947 dengan memberikan gelar akademik. Di tahun yang sama pula, Universitas Al-Qarawiyyin kemudian melakukan reorganisasi menjadi universitas modern. Seiring perjalanan waktu, secara eksistensi semakin kuat tatkala Universitas Al-Qarawiyyin mulai menghasilkan banyak sarjana yang mempengaruhi sejarah para intelektual dan akademisi dunia Muslim dan Yahudi.

Universitas Ormas

Di Indonesia, kebutuhan akan pendidikan bagi umat Islam juga berkembang pesat, baik dalam diversifikasi keahlian maupun tingkatan lebih tinggi. Pada awalnya, pendidikan umat Islam terbatas pada pesantren dan madrasah yang bagaimanapun hanya terbatas pendidikan dasar dan menengah. Lambat laun, disadarilah perlunya mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yang dilandasi oleh beberapa faktor, yakni kondisi umat Islam yang membutuhkan lembaga pendidikan tinggi dan semakin besarnya tantangan sekulerisasi barat yang menantang umat Islam.

Baca Juga  Ibnu Hazm: Filantropi untuk Kesejahteraan Sosial Ekonomi

Jamaah Islam yang membentuk organisasi massa (ormas) bertaburan di Indonesia. Jamaah yang mau menginisiasi lahirnya perguruan tinggi Islam pun rasanya masih dapat dihitung dengan jari. Ormas yang ada di Indonesia masih sibuk dengan urusan internal, sehingga mudah dikendalikan oleh kekuatan politik tertentu. Yang lebih menyedihkan lagi, posisi ormas Islam hanya sebatas menjadi mesin suara saat menjelang hajatan politik, bukan sebagai pengendali politik.

Universitas Milik Muhammadiyah

Dalam hal ini, penulis menganalisa peluang bagi ormas Islam untuk mengepakkan sayap agar tidak menjadi bulan-bulanan atas nama kepentingan politik. Rasanya, publik mulai sadar, misal ormas Islam yang sejak dulu menginisiasi inovasi dunia pendidikan yang salah satunya Muhammadiyah. Ormas yang didirikan Kiai Haji Ahmad Dahlan tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta, kini telah mampu melahirkan pendidikan tinggi merata di seluruh tanah air. Lebih dari itu, beberapa Perguruan Tinggi di bawah pembinaan Muhammadiyah, kini sudah berani berdiri sendiri dan sejajar dengan perguruan tinggi Negara lain.
Amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan secara kuantitas maupun kualitas patut dibanggakan.

Secara kuantitas kelembagaan, Muhammadiyah kini memiliki banyak universitas (termasuk institut, akademi dan sekolah tinggi) yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Perkembangan Muhammadiyah dalam mengelola pendidikan tinggi yang bergerak demi kemaslahatan umat, tentu patut diapresiasi.

Keberadaan Muhammadiyah sebagai ormas Islam Indonesia melalui perguruan tingginya,  berhasil meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan kesejahteraan bagi umat Islam.

Universitas Milik NU

Selain Muhammadiyah, ormas Nahdlatul Ulama (NU) juga menginisiasi lahirnya perguruan tinggi di Indonesia. Bahkan NU telah membentuk Badan Perguruan Tinggi NU (BPTNU) yang berfungsi membina, mengembangkan, dan menambah jumlah Universitas di lingkungan NU. Keberadaan NU sebagai ormas Islam, sudah memiliki puluhan Universitas NU dan masih ingin mengembangkan lagi. Keinginan ormas NU dengan membentuk BPT NU sebagai rencana mendirikan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) setiap daerah tentu patut diapresiasi.

Baca Juga  Oppenheimer dan Prahara Nuklir di Dunia Islam

Padahal sebelumnya, keberadaan PT NU digolongkan ke dalam dua kelompok. Pertama, yang dimiliki langsung PBNU dan dikelola di bawah Badan Pengelola Perguruan Tinggi NU (BPPT NU). Kedua, secara keseluruhan, PT berbasiskan NU tergabung di Lembaga Perguruan Tinggi NU (LPTNU). Langkah turun tangan PBNU untuk “membidani” Badan PTNU bukan hanya penambahan sisi kuantitas, tetapi mengembangkan kualitas PT NU. Dengan adanya BP PTNU akan membuat PBNU memiliki kewenangan, kepentingan, dan kewajiban menjadikan seluruh PT NU yang ada menjadi lebih baik karena dibawah satu koordinasi.

Meskipun publik tahu bahwa impian besar di balik agenda pengembangan PT NU karena merupakan salah satu rekomendasi dari Muktamar ke-32 NU di Makassar tahun 2010. Sehingga NU tidak mau setengah-setengah dalam pendirian PT NU di seluruh Indonesia. Tentunya, tekad ormas NU barangkali patut diapresiasi dalam mencerdaskan bangsa yang ingin merealisasikan untuk tiap PWNU minimal harus mempunyai satu Universitas. Hampir selama lima tahun terakhir ini, PBNU telah mendirikan puluhan PT NU yang tersebar berbagai wilayah di Indonesia.

Kesadaran terhadap peningkatan sumber daya menjadi agenda ormas Islam yang ingin merealisasikan perguruan tinggi patut diapresiasi. Terbangunnya kesadaran ormas Islam karena ingin terus menerus memperluas jaringan pendidikan seiring kuantitas lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) pasca berlakunya wajib belajar 12 tahun. Momentum inilah yang membuat ormas Islam terus mendorong percepatan pendirian perguruan tinggi. Sehingga kedepannya, Universitas menjadi sub ordinat daripada ormas Islam untuk mendorong percepatan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dari jamaahnya.

Inisiatif Pemimpin

Dalam pandangan penulis, kelahiran universitas ormas-ormas Islam di Indonesia tentu sangat menarik ke depannya. Dialektika dalam hazanah intelektual Islam yang dikaji secara ilmiah, kelak akan membuka tabir gelap persoalan umat. Kajian bernuansa Islam menjadi bahan pengayaan keilmuan yang kelak akan mengangkat derajat umat. Pertarungan gagasan dalam rangka menggali khazanah Islam, positif dalam melahirkan intelektual muslim yang mampu membumikan nilai keislaman untuk membangun peradaban bangsa Indonesia.

Baca Juga  Sinkretisme: Buah Kegagalan Memahami Pluralisme

Alangkah indahnya, apabila lahir Universitas yang berlatar belakang dari masing-masing ormas Islam di Indonesia. Pembangunan peradaban Islam di Indonesia tentunya akan lebih cepat teralisasi, karena sisi sumber daya manusia dari masing-masing ormas meningkat pesat. Peningkatan kapasitas intelektual anggota ormas Islam tentu ke depan menciptakan sumber daya yang unggul dan mandiri pasca di gembleng melalui Universitas dari masing-masing lembaga pendidikan tingginya.

Rasanya tidak salah apabila para pemimpin ormas lainnya mulai memikirkan kelahiran universitas yang berbasiskan ormas Islam. Umat Islam saatnya harus disadarkan untuk tidak hanya sekedar menjadi komoditas politik di era demokrasi sekarang. Inisiasi dalam melahirkan universitas ormas sama artinya membangun sekaligus mencerdaskan umat Islam melalui dunia pendidikan dalam membangun peradaban bangsa Indonesia dan dunia.

Editor: Yahya FR

Avatar
3 posts

About author
Pemerhati Kebijakan Pendidikan, Doktor Ilmu Pendidikan Alumnus UNS Surakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *