Tarikh

Upaya-Upaya Magis dalam Merebut Kemerdekaan Indonesia

4 Mins read

Perjalanan sejarah bangsa Indonesia tidak lepas dari ketiga masa, antara lain, masa krusial, stagnan, dan tersusun.

Ketiga masa ini sebagai kacamata melihat porsi sejarah kemunculan gerakan-gerakan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, terlepas dari nuansa agama, kelompok, dan mazhab.

Yang pasti gerakan-gerakan ini muncul penuh dengan dinamika bangsa yang mengitarinya pada saat itu. Gerakan-gerakan dalam mencapai kejayaan itu memerlukan spirit secara fisik, finansial, magi, dan intelektual.

Keempat spirit tersebut saling berkelindan dalam proses menuju puncak kemerdekaan. Masa di mana sejak Portugis (1511), Spanyol (1521), Belanda (1596), dan Inggris (1579), Indonesia meresponnya dengan penuh dinamika.

Hal Magis dalam Usaha Perjuangan Kemerdekaan

Berbicara magi atau sering disebut magis dalam perjuangan kemerdekaan atas kolonial tentu tidak pernah lepas dari kelompok sosial; kyai, ulama maupun; dukun, paranormal.

Selain tokohnya, pesantren di waktu itu menjadi sentral dalam menyusun strategi perang. Selain fisik, secara ilmu dalam pun ikut diberi asihan, agar kebal dan kuat.

Semua tentunya tidak lepas dari semacam ritual, tirakat dengan macam bentuk, dari yang mulai; puasa 1 tahun tanpa makan pakai lauk-pauk atau disebut mutih; bertapa, berzikir dengan amalan tertentu sampai mendapat hizib atau semacam catatan dengan tulisan Arab atau Jawa dalam bentuk yang unik.

Kadangkala, hizib atau semacam jimat ditaruh di tempat yang penting. Misalnya tangan, kaki, yang biasanya diikatkan pakai ikat pinggang. Tidak sedikit di antara mereka tak kuat dalam menahan godaan, sehingga bisa jadi gagal. Namun, masih banyak alternatif lainnya.

Percaya atau tidak, jimat, hizib, amalan, zikir tertentu di masa itu membuktikan dengan sendirinya. Makanya, istilah kyai memiliki banyak arti, selain sebagai pengasuh pesantren dengan ilmunya (kyai sumur), kadang seorang kyai juga suka ceramah (kyai tutur), artinya pergi meninggalkan pesantren.

Baca Juga  Masa-Masa Islam Awal (1): Ketegangan Antara Agama dan Politik

Kadangkala, seorang kyai juga tidak pandai ngaji tapi lihai dalam bidang ilmu batin (kyai sembur). Kadang ada kyai yang memiliki suara yang lantang dan pemikiran yang tajam. Seringkali ia terjun sebagai diplomasi (kyai catur), peran di mana para ahli ilmu olah batin masa kolonial dalam arus lokal, memberikan bentuk tersendiri dalam perlawanannya melawan penjajah.

Dalam bentangan sejarah Indonesia, posisi sebagai ajian supranatural tersebut tidak sedikitpun tersorot dalam referensi sejarah. Padahal, sedikit banyak di antara para kyai, ulama, dan pesantren, padepokan menjadi poros baru dalam ikut serta peperangan kemerdekaan Indonesia.

Barat dengan begitu canggihnya, akan tetapi Indonesia masih dengan penggunaan jimat dan ajian bahkan zkir tertentu yang diamalkan agar kebal dan kuat dalam melawan musuh.

***

Alat perangnya pun masih begitu klasik; bambu runcing, clurit, keris, dan beberapa senjata khas daerah lainnya. Peristiwa dua alam ini memiliki cerita tersendiri dalam historiografi perjuangan bangsa Indonesia.

Seperti yang dicatat dalam tulisan Kevin W. Fogg (2020) bahwa ada beberapa spekulasi kekuatan magis menggunakan agama dan kekuatan supranatural pada mulanya merupakan bagian dari upaya memikat pemeluk baru Islam di Asia Tenggara.

Tentu saja, tokoh-tokoh terkenal dan bagian dari legenda, Wali Songo, yang membuat seseorang pindah agama di Jawa pun dihubungkan dengan berbagai aksi magis.

Sejak sebelum menyebarnya senjata menggunakan bubuk mesiu, jimat-jimat untuk kekebalan dipandang sebagai persiapan paling penting untuk peperangan. Namun, jimat tidak terbatas pada masa-masa perang; pada abad ke-19 penguasa Muslim di seluruh Nusantara menggunakan stempel jimat perlindungan saat berkorespondensi dan membuat pengumuman, mencerminkan kebiasaan umumnya kaum Muslim di wilayah-wilayah lain. Banyak pelaku magi adalah muslim taat dan penerapannya dibuat dengan elemen-elemen Islam, seperti ayat-ayat Al-Qur’an dan doa-doa.

Baca Juga  Kisah Abu Nawas Lari dari Rahmat Allah

Magis Islami

Selama era kolonial Belanda, banyak laporan mengenai munculnya magi islami sebagai bagian dari pemberontakan antikolonial, sering dengan karakter yang sudah berusia ribuan tahun.

Maka, kita melihat jimat dan mantra kekebalan dalam perang Jawa, pemberontakan 1888 di Banten, pemberontakan anti pajak di Sumatera Barat, perang Aceh dan lainnya, dalam banyak kasus, magi kekebalan (entah disalurkan melalui jimat atau tidak) ditarik dari teks Islam.

Pada abad ke-19 banyak naskah-naskah Islam berfokus pada seni magi. Sebuah kidung yang berjudul “Kidung Nabi” yang mana isinya penuh dengan mantra-mantra untuk menangkal penyakit, ilmu hitam, kebakaran, pencurian, racun, hama tanaman, dan bahaya-bahaya serta kejahatan-kejahatan bahkan sampai ada mantra untuk mendapatkan cinta orang lain.

Hal Magis yang Dilupakan Sejarah

Namun, magi sebagai salah satu cara dalam membantu menuju kemerdekaan bangsa Indonesia di abad ke-20, tidak mendapat tempat begitu nyaman dalam catatan sejarah Indonesia.

Pasalnya, anggapan mengenai perihal magi tersebut dianggap yang sesat, bid’ah oleh sebagian kelompok. Misalnya Agus Salim (Laffa, 2011) membuat sebuah pernyataan di tahun 1919 dengan mencela para pembeli dan penjual jimat sebagai orang-orang yang kurang memiliki komitmen keagamaan dalam menghadapi kematian.

Sentimen semacam itu menandai perpecahan dala masa revolusi Indonesia. Ketika magi dipraktikkan dengan gigih oleh para pejuang Muslim di tingkat akar rumput, tapi diabaikan, dikecam, atau direndahkan sebagai sesuatu yang tidak islami oleh sebagian kalangan.

Ilmu kekebalan dengan penggunaan jimat menjadi salah satu cara bagi kelompok lokal kala itu dalam mempertahankan tanah air ini. Tidak terbatas masa perang, bahkan di masa damai, kiai lokal sering menyediakan ajian khusus bagi santrinya.

Meski demikian, revolusi Indonesia adalah masa ketika banyak Muslim berpaling ke jimat dan mantra kekebalan sebagai pelindung terbesar mereka. Penggunaan jimat sendiri pun beragam, kadang ada yang digunakan agar tidak kelihatan oleh musuh ketia berperang.

Baca Juga  Tak Benar Islam di Indonesia Datang dari Gujarat!

Dalam kasus lain, jimat digunakan untuk memperkuat senjata atau bahkan senjata juga dipandang jimat. Kaum Muslim Jawa memiliki keyakinan yang sudah lama dipegang tentang kekuatan spiritual seperti, keris.

Memang, senjata-senjata tradisional ini akan dibawa atau dikeluarkan pada saat perang untuk memberi kekuatan pada pasukan yang berjuang demi kemerdekaan. Tapi tidak setiap pejuang mempunyai akses pada keris yang langka dan digdaya.

Mantra-mantra Islam bisa sama diterapkan untuk senjata revolusi istimewa: bambu runcing. Dalam kasus bambu runcing misalnya, dibuat dengan cara diruwat dan ditahbiskan. Terkadang diberi panji kecil dari kain putih dengan tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang diikatkan di ujungnya. Ketika senjata tersebut digabung dengan ritual yang tepat, dipercaya dapat mengakibatkan kerusakan lebih besar pada pihak lawan.

***

Selain perihal nuansa magi dan bentuk senjatanya, perjuangan kemerdekaan arus lokal terdapat pula dalam ilmu bela diri (silat—populer di Sumatera, pencak—populer di Jawa).

Pada akhir revolusi, ketika begitu banyak pemuda Muslim terorganisasi dalam laskar-laskar yang dipimpin oleh guru agama, wajar saja jika mereka juga akan memasukan seni bela diri, yang mana menjadi sebuah ketrampilan tersendiri bagi individu maupun kelompok sebagai bekal dalam pertempuran.

Dalam banyak kasus, keyakinan-keyakinan pada kekuatan manusia super yang diberikan oleh silat, jimat dan petunjuk Ilahi semuanya disebarkan oleh pejuang yang sama dalam laskar Islam, yang dipimpin oleh ulama lokal.

Editor: Yahya FR


Iklan kemitraan Lazismu.org

Ahmad Zainuri
24 posts

About author
Ahmad Zainuri, lahir di Jember, 19 Desember 1997. Suka nulis, sejak SMA dan hingga kuliah. Hobi, sepak bola, menulis, makan. Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Articles
Related posts
Tarikh

Sejarah dan Hadirnya Islam di Alam Minangkabau

3 Mins read
Minangkabau dikenal sebagai salah satu wilayah di Nusantara dengan keelokan alam dan kebudayaan dari nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakatnya. Menurut…
Tarikh

Kisah Abu Nawas Lari dari Rahmat Allah

3 Mins read
Abu Nawas, atau nama lengkapnya Abu Nuwas al-Hasan bin Hani al-Hakami, adalah seorang penyair terkenal dari zaman Abbasiyah yang hidup antara tahun…
Tarikh

Kisah Cinta Terlarang Perawi Hadis dengan Wanita Khawarij: Imran bin Hitthan

3 Mins read
Sejak awal peradaban manusia, kisah cinta telah menjadi sumber inspirasi yang tak ada habisnya. Beberapa kisah cinta menjadi legenda, menginspirasi film dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds