Perspektif

Wanita Berpendidikan Tinggi, Pentingkah?

3 Mins read

Di zaman yang sudah serba modern ini, banyak orang beranggapan kenapa sih wanita harus berpendidikan tinggi, kan ujung-ujungnya di dapur ngurus suami, anak, rumah? Memangnya kalau sudah nikah terus punya anak, gelarnya bakal dipakai?

Atau pertanyaan seperti ini, ngapain sih perempuan masih kerja, emang gaji dari suami nggak cukup? Dan masih banyak stereotip di masyarakat terhadap wanita.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering didengar, ketika kaum hawa memilih pendidikan yang lebih tinggi untuk mencapai gelar dan pekerjaan yang diidam-idamkan, tidak sedikit omongan ini keluar dari sesama kaum hawa.

Kenapa Pendidikan Penting untuk Perempuan?

Saat ini, cantik fisik tidak akan pernah cukup. Kalau mau bilang bahwa banyak fisik di luar sana yang lebih ‘wah’ dari kita, fisik atau penampilan saja tidak akan cukup tanpa adanya pendidikan. Karena pendidikan mencerminkan kualitas diri, yang nantinya akan meningkatkan pola pikir kita.

Jadi, kenapa pendidikan penting untuk perempuan?

Jawaban yang sering didengar mungkin adalah “ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas”. Benar. Selain menjadi istri dan ibu rumah tangga, ibu juga sekolah pertama untuk anak-anaknya.

Sosok ibu juga akan menjadi panutan dan idola bagi anak-anak mereka, maka kaum wanita harus berpendidikan dan berwawasan luas. Gelar dari pendidikan tinggi kita tidak akan sia-sia, walau hanya di rumah. Justru kecerdasan tersebut nantinya dapat turun kepada anak-anak kita.

Dalam Islam, telah dijelaskan bahwa pentingnya pendidikan tidak hanya untuk kaum adam saja. Islam menjunjung tinggi persamaan hak, tidak ada perbedaan ras, atau jenis golongan.

Tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, mereka semua memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam menuntut ilmu. Bahkan, kaum hawa mendapatkan prioritas tersendiri dalam syariat, karena menjadi tempat pendidikan pertama bagi anak, sebelum anak mendapatkan pendidikan yang lainnya.

Baca Juga  New Normal dan Gairah Baru Program Pemberdayaan Masyarakat

Tidak hanya dalam Islam, menurut salah satu pahlawan wanita, yaitu R.A. Kartini, emansipasi untuk mendapatkan hak berpendidikan bagi perempuan juga merupakan penghormatan yang sangat mulia bagi kaum perempuan.

Udah Nikah Kok Masih Kerja?

Memang ada yang salah dengan perempuan yang sudah nikah tetapi masih kerja? Tidak selamanya alasan perempuan kerja adalah karena suami nggak bisa mencukupi kebutuhan hidup.

Banyak wanita di luar sana yang bekerja karena memang memiliki banyak mimpi, atau mungkin pekerjaan itu adalah mimpi yang menjadi cita-citanya sejak kecil. Wanita yang mandiri secara finansial jauh lebih percaya diri saat berada di lingkungan mereka. Perempuan bekerja bukan ingin menyaingi penghasilan suami, tetapi menjadi istri yang setara dengan suami.

Tidak sedikit pula wanita yang berkarier sebelum atau sesudah menikah dengan tujuan untuk memenuhi gaya hidup (lifestyle), atau mungkin membeli barang-barang yang memiliki brand ternama dengan hasil jerih payah sendiri sebagai bentuk apresiasi terhadap hasil kerjanya.

Ada juga yang memang ingin membantu suami, karena tidak tahu hal apa yang akan terjadi ketika nanti keadaan mengharuskan wanita bekerja di saat kepala keluarga sudah tidak bisa memenuhi kewajibannya.

Wanita karier juga dilatih untuk bisa hidup sendiri dan menyambung hidup ketika suatu saat ada masalah dengan suami yang mengharuskannya untuk berpisah, sedangkan suami tidak bisa memberi kehidupan atau menjamin kelangsungan hidup perempuan dan anak mereka.

Khadijah Adalah Wanita Karier

Khadijah r.a. dulu juga seorang wanita karier. Rasulullah yang tidak disusui oleh ibu kandungnya, melainkan oleh ibu susuan, seharusanya menjadi simbol yang membolehkan wanita untuk meminta bantuan mengasuh anak. Tidak harus mengotak-ngotakkan, harus “ini” dan tidak boleh “itu”.

Baca Juga  Pembangunan Masjid: Pilar Pertama Dakwah Rasulullah

Kini, perempuan bangga menunjukan dirinya sebagai perempuan mandiri, dapat dibuktikan banyak perempuan-perempuan hebat di luar sana.

Jika merujuk pada Al-Qur’an, dijelaskan bahwa citra perempuan yang terpuji adalah perempuan yang memiliki kemandirian, memiliki hak berpolitik, dan kritis terhadap apa yang dihadapinya. Penjelasan ini tertuang dalam Surah An-Naml ayat 29-44, yang menceritakan seorang perempuan bernama Balqis yang menduduki takhta di negeri Saba’.

Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 228 menyebutkan, “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma’ruf.”

Sejatinya, perempuan dan laki-laki adalah sama, tidak ada yang membedakan dalam hal pendidikan, keuangan, dan pekerjaan. Banyak tokoh perempuan dunia yang berhasil mematahkan perspektif bahwa wanita tidak akan bisa seperti laki-laki dengan gendernya.

Salah satu wanita muslim yang masuk “daftar perempuan berpengaruh dunia” yaitu :

Zarifa Ghafari

Pada usia 26 tahun, Zarifa Ghafari menjadi walikota Maidan Wardag. Zarifa menjadi walikota wanita pertama di Afghanistan. Ghafari menerima jabatan tersebut meskipun terlalu berbahaya baginya untuk tinggal di sana, di mana dukungan terhadap Taliban tersebar luas.

Dalam menghadapi kesulitan ini, dia turun ke jalan dengan kantong sampah gratis sebagai bagian dari inisiatif untuk membersihkan kota, dan mengatakan tujuannya untuk membuat orang percaya pada kekuatan perempuan.

“Saya wali kota perempuan pertama untuk provinsi yang dilanda perang ini, tetapi saya tidak ingin menjadi satu-satunya selamanya. Saya berharap ada lebih banyak wanita yang bekerja bersama saya di pemerintahan lokal dan departemen terkemuka dan saya mencoba untuk membuat ini menjadi kenyataan bagi wanita Afghanistan lainnya,” demikian kutipan Zarifa melalui BBC.

Dalam hal ini, perbedaan gender bukan sebuah permasalahan untuk mengubah pandangan dunia terhadap wanita dengan titel lemah. Jangan jadikan gender kita sebagai sebuah kelemahan untuk mendapatkan segala hal.

Baca Juga  Repotnya Guru di Masa Wabah

Jadikan gender kita sebagai kekuatan untuk membuktikan bahwa wanita berhak mendapatkan hak-hak dan kewajiban. Bukankah hebat jika kita berhasil lulus dengan gelar sarjana atau diploma dan karier bagus sesuai dengan yang kita cita-citakan?

Jadilah masyarakat yang open minded terhadap pilihan seorang perempuan. Kita hidup di zaman modern, berpikirlah terbuka, karena perempuan juga seorang manusia yang berhak mendapatkan apa yang didapatkan laki laki.

Editor: Lely N

Avatar
2 posts

About author
Mahasiswi Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds