IBTimes.ID – dr. Arfik Setyaningsih Sp.PD Dokter Spesialis Penyakit Dalam di KKHI Makkah menyampaikan bahwa ada dua penyakit yang sering menyerang jemaah haji Lansia saat di Arab Saudi.
Hal ini disampaikan oleh dr. Arfik Setyaningsih di Makkah pada Kamis (8/6/23).
Penyelenggaraan ibadah haji 1444 H/2023 M merupakan penyelenggaraan haji pertama pandemi Covid-19 dengan pemberlakuan kuota normal dan tanpa batas umur. Tahun ini jumlah jemaah haji lansia lebih banyak daripada tahun sebelumnya.
Banyaknya jumlah jemaah haji Lansia tentu menjadi tantangan tersendiri bagi bidang kesehatan dalam memberikan layanan yang terbaik bagi jemaah, khususnya jemaah Lansia.
Jemaah haji Lansia perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama terkait dengan kondisi kesehatan dan kekebalan tubuh selama menjalankan ibadah di Makkah.
dr. Arfik Setyaningsih menyampaikan, bahwa kondisi kekebalan tubuh jemaah Lansia berbeda dengan daya tahan tubuh orang dewasa pada umumnya.
Ia juga menyampaikan bahwa perubahan imunitas jemaah haji Lansia dapat dipengaruhi oleh proses penuaan, banyaknya penyakit kronis, dan penyakit lain yang berasal dari eksternal, seperti stres, kelelahan, dihidrasi, dan penyesuaian iklim.
Penyakit Paru-Paru pada Jemaah Lansia
Kondisi yang demikian itu menyebabkan jemaah haji Lansia di Arab Saudi rentan terkena penyakit. Salah satunya adalah penyakit paru-paru, yang hingga saat ini masih menjadi penyebab banyaknya jemaah yang dirawat di KKHI Makkah.
Selain itu, tambah dr. Arfik, penyakit kronis yang sudah diderita oleh jemaah haji Lansia, seperti diabetes miletus, hipertensi, penyakit jantung, stroke, pikun dan lain-lain dapat memperburuk kondisi Lansia yang mengalami infeksi paru.
Adapun gejala infeksi paru pada Lansia tidak spesifik berupa batuk karena masalah perubahan imunitas. Pada Lansia keluhan umumnya dapat diawali dengan penurunan nafsu makan, lemas, kurang energik, tidak mau berinteraksi atau menyendiri, sering jatuh, rasa dingin, gangguan kencing, nafas terasa berat, mudah lelah, mendadak lupa bahkan penurunan kesadaran.
“Penanganan infeksi paru pada Lansia, dokter geriatri akan berkolaborasi dengan dokter spesialis paru, dan dokter spesialis lainnya jika ada penyakit kronis lain untuk menetapkan tujuan terapi kepada pasien tersebut. Contohnya saat terjadi infeksi paru-paru maka akan kami berikan antibiotik, obat batuk, oksigenasi dan lain-lain,” ujarnya.
“Beberapa pasien Lansia yang kami rawat tidak selalu batuk namun hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien terkena infeksi paru-paru,” ucap dr Arfik.
Kasus Penurunan Daya Ingat pada Lansia
Selain penyakit infeksi paru, penyakit yang sering menyerang jemaah haji Lansia adalah penurunan daya ingat.
dr. Arfik menjelaskan jemaah haji Lansia sering menderita pikun atau penurunan daya ingat. Kondisi yang sering dialami oleh Lansia yaitu gelisah, marah-marah hingga mengamuk, tersesat, gangguan tidur, dan menjadi pendiam/menyendiri, serta kebingungan.
“Selain infeksi paru, banyak ditemui kasus jemaah Lansia pikun di Tanah Suci dimana sebelumnya di tanah air tidak mengalami hal ini. Gangguan pikun akut yang dialami jemaah haji, dalam bahasa medis dikenal dengan istilah delirium,” tutur dr. Arfik.
Kondisi penurunan daya ingat, tambah dr. Arfik, disebabkan karena jemaah Lansia mengalami disorientasi atau gangguan penyesuaian yang bisa disebabkan oleh perbedaan cuaca yang sangat ekstrim, suasana pesawat terbang, hotel, masjid, dan Tanah Suci.
Selain kondisi dihidrasi, gangguan elektrolit, infeksi, gangguan atau kekurangan nutrisi, penyakit kronis yang tidak terkontrol dengan baik, banyaknya konsumsi obat yang tidak tepat juga bisa menjadi pemicu munculnya penyakit tersebut.
dr. Arfik menekankan jemaah Lansia harus ada monitoring sendiri. Jemaah haji Lansia dengan penurunan daya ingat dan memiliki penyakit penyerta perlu pendampingan yang lebih ketat.
Kiat Terhindar dari Penyakit untuk Jemaah Haji Lansia
Untuk mengantisipasi segala penyakit yang menyerang jemaah haji Lansia, dr. Arfik membeberkan kiat agar jemaah haji Lansia tetap bugar selama menjalankan ibadah haji di Tanah Suci.
Pertama, jemaah haji Lansia disarankan untuk beristirahat cukup, minimal 8-9 jam dalam sehari. Jemaah haji diimbau untuk tidak terlalu berlebihan dalam melaksanakan aktifitas fisik. Pelaksanaan Ibadah harus menyesuaikan dengan kondisi fisik.
Kedua, cukupi cairan dan cegah dihidrasi. jemaah tanpa gangguan ginjal kronis dan pembengkakan jantung, minimal harus minum 3 liter sehari untuk mencukupi kebutuhan cairan harian. Jemaah disarankan untuk minum setiap 15 menit.
Ketiga, cukupi kebutuhan nutrisi harian. Jemaah haji diimbau untuk menjaga kecukupan asupan protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Jemaah haji juga diimbau untuk makan makanan yang segar, hindari makanan instan dan mengandung bahan pengawet. Jemaah haji dengan diabetes melitus juga diimbau untuk tidak berlebihan mengonsumsi kurma dan minuman manis.
Keempat, bersosialisasi dengan lingkungan atau kloternya. Jemaah haji harus mengikuti kegiatan yang ada di kloternya. Hal ini berguna untuk menghindari stres, cemas, berpikir positif dan menghindarkan adanya penurunan daya ingat.
Kelima, rutin mengonsumsi obat. Bagi jemaah haji yang memiliki komorbid atau penyakit kronis dan harus mengonsumsi obat setiap hari, diimbau untuk membawa obat rutinnya saat berangkat haji kemudian mengkonsumsinya dengan tertib dan rutin.
Keenam, selalu membawa dan gunakan alat pelindung. Jemaah haji juga diharapkan selalu membawa alat pelindung seperti payung, topi, kacamata, dan menggunakan masker jika berada dalam keramaian, kecuali saat tawaf.
Terakhir, jika jemaah haji mengalami gangguan kesehatan, segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan kloter. Jemaah haji diimbau tidak mengabaikan gejala gangguan kesehatan sekecil apapun, dan segera berkonsultasi dengan tenaga Kesehatan di kloternya.
Sumber: MCH 2023
Editor: Soleh