Perspektif

Islam dan Relativitas Jalan Benar

2 Mins read

Absolut: Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah Islam. Sebagai muslim, saya yakin bahwa Islam adalah satu-satunya dien yang benar dan diridai. Tapi, ternyata pandangan demikian saja tak cukup. Sebab Islam sebagai jalan benar pun banyak jenis dan varian yang berbeda-beda.

Sampai kemudian, Islam sebagai jalan benar harus dikotakkan lebih kecil-kecil dan variatif: Islam yang mana? Yang Ahlussunah atau yang Syiah? Turunan benar pun mengalami gradasi: Hanya Islam yang dipahami Ahlussunah dan para sahabat itulah Islam sebagai jalan benar. Sedang Islam yang dipahami Syiah adalah jalan bathil, sesat, dan tertolak.

Lantas, Islam yang dipahami Ahlussunah juga mengalami gradasi lagi: Setidaknya ada NU, Muhammadiyah, Salafi, dan turunan lainnya.

Sebagai jamaah Nahdhiyin, apakah saya harus meyakini hanya NU satu-satunya jalan benar itu? Sedang lainnya salah karena tidak bersanad dan tidak bersambung kepada Rasulullah dan para sahabatnya?

Sebagai jamaah Muhammadiyah apakah saya harus meyakini bahwa hanya Muhammadiyah saja sebagai jalan kebenaran? Sedang jalan yang ditempuh Salafi adalah tidak sesuai manhaj dan jalan yang ditempuh NU adalah bathil— ?

Apakah karena saya mengikuti manhaj Salafi, maka saya harus meyakini hanya Salafi sebagai satu-satunya jalan benar yang diridai? Sedang Muhammadiyah adalah jalan syubhat karena masih campur aduk antara yang sunah dan yang bid’ah, sedang NU adalah jalan bathil karena penuh amalan bid’ah, takhayul dan khurafat?

Sesama Salafi pun saling men-tahdzir, karena aliran dan firqah-firqah kecil terus mengembang biak. Semua firqah mengaku yang paling benar dan diridai

Sebagai jamaah LDII, apakah saya harus mengimani bahwa hanya LDII saja satu-satunya jalan benar, sedang Muhammadiyah, NU, Salafi semua sesat dan tertolak?

Baca Juga  Kuntowijoyo (2): Iman dan Kemajuan

Bahkan, sangat mungkin kelompok Khawarij, Murjiah, Jabbari, Qadari, dan ratusan aliran dan kelompok lainnya mengklaim sebagai yang paling memenuhi syarat menabalkan dirinya sebagai ‘jalan benar’.

Atau sebaliknya, bisa saja mereka berpikir seperti yang kita pikirkan terhadap mereka. Syiah pun menganggap kita adalah aliran sesat sebagaimana kita menganggap Syiah adalah aliran sesat dan bukan Islam. Lantas, siapa yang berhak menyandang sebagai jalan yang benar itu? Dan bagaimana menemukan jalan benar setelah mengaku beriman dan mengaku sebagai orang Islam?

Bukan hanya antar kelompok, bahkan internal dalam kelompok juga saling mencacah jalan benar itu, secara personal yang lebih kecil. Padahal, masing-masing juga memegang dua pusaka yang sama: Kitabullah dan Sunah Sahihah.

Mungkin Abu Dzar punya resepnya: ‘Akhirnya beliau SAW kembali. Aku menceritakan tentang suara gemuruh yang kudengar dan kekhawatiranku terhadap keselamatan beliau. Aku menceritakan semuanya kepada beliau. Lalu beliau bersabda, Itu adalah malaikat Jibril AS.

Ia menyampaikan kepadaku, Barang siapa di antara umatmu yang mati dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu sesuatupun, maka ia pasti akan masuk surga.

Aku bertanya, Meskipun ia berzina dan mencuri ? Meskipun ia berzina dan mencuri! Jawab Beliau SAW. (HR. Muttafaqun Alaih)

Islam itu mencukupi sebelum ada sebagian yang bikin ruwet dan semrawut karena di kotak-kotak menurut selera. .

Ketidakmampuan kita menerima perbedaan adalah kesadaran tentang batas dan ketersediaan untuk saling memahami dan menerima. Di sana masih ada Allah Yang Maha Benar sebagai Hakim Yang Maha Adil. Wallahu taala a’lam

.

Editor: Yahya Fathur R
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds