Fatwa

Doa Apa Yang Harus Dibaca Untuk Menguatkan Iman Kita?

4 Mins read

Sesungguhnya permasalahan mengenai iman merupakan permasalahan yang paling urgen dan vital. Selamat dan tidaknya seseorang di kehidupan yang kekal kelak bergantung pada masalah ini.

Allah dan Rasul-Nya menjelaskan perihal karakterstik iman yang memang fluktuatif (terkadang bisa naik dan bisa juga turun), sehingga dibutuhkan cara atau langkah untuk menjaganya.

Banyak sekali langkah atau kiat-kiat untuk memperkuat iman agar tidak mudah goyah, kami akan memaparkan beberapa tips atau kiat-kiat untuk memperkuat iman tersebut. Tips atau kiat-kiat tersebut terdiri dari yang primer (utama) dan sekunder (pendukung). Berikut kiat-kiatnya:

Pertama, Faktor Primer (utama). yakni, merupakan faktor atau tips utama berupa tindakan nyata yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin memperkuat keimanannya. Di antaranya adalah:

  • Akrab dengan Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan petunjuk utama untuk mencapai tsabat (keteguhan iman) sekaligus merupakan penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabb-nya. Barangsiapa berpegang teguh pada Al-Qur’an, niscaya Allah akan memeliharanya. Barangsiapa mengikuti Al-Qur’an, niscaya Allah akan menyelamatkannya dan akan menunjukinya ke jalan yang benar.

Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

Artinya: “Wahai manusia sungguh telah datang pelajaran dari Tuhan-Mu (Al-Qur’an), sebagai penyembuh bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” [QS. Yunus (10): 57]

  • Berusaha istiqamah dengan Syari’at Islam

Allah swt menjamin orang-orang yang istiqamah terhadap agama Islam, kepadanya akan diturunkan malaikat agar dia senantiasa merasa tentram dalam hatinya dan tidak bersedih. Dengan istiqamah juga Allah swt akan memelihara kualitas keimanannya.

Allah swt berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah kemudian dia beristiqamah dengan perkataannya, maka malaikai-malaikat akan turun kepada mereka dan berkata: “janganlah kamu takut dan sedih, berilah kabar gembira dengan surga yang dijanjikan.” [QS. al-Ahqaf (46): 13]

  • Menjauhi maksiat
Baca Juga  Apakah setiap Bangkai Hewan itu Najis?

Rasullullah saw menggambarkan maksiat ibarat sebuah noda yang menempel di hati. Semakin seseorang menjauhi maksiat maka akan bercahayalah hatinya sehingga petunjuk akan mudah diterimanya. Demikian pula sebaliknya, ketika seseorang sering berbuat maksiat maka hatinya sedikit demi sedikit akan tertutupi hingga cahaya petunjuk pun sulit diraihnya.

  • Berteman dengan orang-orang yang sholeh

Faktor eksternal (luar), merupakan faktor pendukung yang dapat mewarnai kualitas keimanan seseorang, dalam hal ini memilih teman. Allah dan Rasul-Nya pun mewanti-wanti kepada kita untuk lebih selektif dalam memilih teman agar tidak menyesal di kemudian hari, sekaligus teman bisa menjadi tolok ukur baik dan tidaknya agama seseorang.

Allah swt berfirman:

يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا

Artinya: “Wahai celaka aku, sekiranya aku dulu tidak menjadikan fulan sebagai teman akrabku” [QS. al-Furqan (25): 28]

Rasulullah saw bersabda:

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ

Artinya: “Kualitas agama seseorang itu bisa dilihat dari teman akrabnya, maka hendaklah di antara kalian memperhatikan kepada siapa dia berteman.” [HR. Ahmad]

Kedua, Faktor Sekunder (pendukung). Yakni merupakan faktor pendukung dari faktor primer (utama), yaitu memohon pertolongan kepada Allah swt agar memelihara keimanan kita.   

Setelah kita berusaha menjaga kualitas keimanan kita melalui tindakan nyata, maka langkah terakhir yang kita lakukan adalah mensingkronkan (menyambungkan) usaha tersebut dengan doa.

Sebab akan sangat mustahil jika seseorang hanya berdoa saja sementara ia tidak melakukan tindakan apapun untuk memperbaiki dan memelihara keimanannya. Begitu pula sebaliknya.

Seseorang tidak akan pernah berhasil memelihara keimanannya jika ia hanya mendasarkan pada usaha saja dengan meninggalkan doa, sebab masalah keimanan ini erat kaitannya dengan Allah swt selaku al-Khalik, Dzat yang membolak-balikkan hati manusia. Jika ia tidak mau berdoa, maka bagaimana mungkin Allah akan menjaga keimanannya?

Baca Juga  Fatwa MUI: Pedoman Pengurusan Jenazah Muslim Terinfeksi COVID-19

Pada dasarnya tidak terlarang bagi seseorang untuk berdoa dengan lafaz dan bahasa apapun yang ia mampu, asalkan substansi (isi) doanya baik dan mengena, akan tetapi seyogyanya setiap muslim dalam berdo’a hendaknya senantiasa melandaskan prinsip ittiba’ (mengikuti)Allah dan Rasul-Nya, sebab doa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya itulah merupakan sebaik-baik doa.

Di antara doa-doa ma’tsur dari Al-Qur’an maupun as-Sunnah untuk menjaga keteguhan iman adalah:

  • Doa dari Al-Qur’an

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepeda kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi.” [QS. Ali-Imran (3): 8]

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Artinya; “Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir.” [QS. Ali-Imran (3): 147]

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَاد

Artinya :”Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu): “berimanlah kalian kepada Rabb kalian, maka kami pun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuslah kesalahan-kesalahan kami, serta wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti (shalih). Ya Rabb kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui Rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat kelak. Sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji.[QS. Ali-Imran (3): 193-194]

رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

Artinya: “Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan ini.” [QS. al-Kahfi (18): 10]

Baca Juga  Apakah Menyentuh Kulit Lawan Jenis dapat Membatalkan Wudhu?

Dan masih banyak doa-doa lain dari Al-Qur’an yang dapat dibaca. Silakan saudara mencarinya dengan seksama.

  • Doa dari as-Sunnah

اَللَّهُمَّ  ياَمُصَرِّفَالْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبُنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Artinya: “Ya allah, Dzat yang mencondongkan hati, condongkanlah hati-hati kami untuk taat kepada-Mu.” [HR. Muslim, no. 2654]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

Artinya: “Wahai Rabb yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu” (HR. At-Tirmidzi no. 3522, Ahmad no. 302, 315)

اللَّهُمَّ ثَبِّتْنِي وَاجْعَلْنِي هَادِيًا مَهْدِيًّا

Artinya: “Ya Allah, teguhkanlah diriku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk dan diberi petunjuk (olehmu).” [HR. al-Bukhari, no. 2725]

اللَّهُمَّ اهْدِنِي وَ سَدِّدْنِي اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ السَّدَادَ

Artinya: “Ya Allah, berikanlah petunjuk kepadaku dan luruskanlah diriku. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon petunjuk dan kelurusan kepada-Mu. [HR. Muslim, 2725]

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ التُّقَى وَ الْعَفَافَ وَ الْغِنَى

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk, ketakwaan, kesucian, (dijauhkan dari hal-hal yang tidak halal/tidak baik), dan kecukupan.” [HR. Muslim, no. 2721; at-Tirmidzi, no. 3489; Ibnu Majah no. 3832]

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ اْلعَجْزِ وَاْلكَسَلِ وَاْلجُبْنِ وَاْلبُخْلِ وَاْلهَرَمِ وَعَذَابِ اْلقَبْرِ. اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابَ لَهَا

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, kekikiran, pikun, dan adzab kubur. Ya Allah, berikanlah ketaqwaan pada diriku, dan sucikanlah ia, Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang Maha Mensucikannya, Engkau Dzat yang Melindungi dan Memeliharanya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan.” [HR. Muslim, no. 2722, dan an-Nasa’I, no. 269]

Demikianlah kiat-kiat dan doa-doa ma’tsur baik dari Al-Qur’an maupun as-Sunnah untuk memelihara keimanan kita. Semoga Allah swt senantiasa menjaga keimanan kita. Amin yaa Mujiibassa’ilin.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Sumber: Fatwa Tarjih Muhammadiyah No.22 Tahun 2012
Editor: Yahya FR
Related posts
Fatwa

Meluruskan Bacaan Takbir Hari Raya: Bukan Walilla-Ilhamd tapi Walillahilhamd

1 Mins read
IBTimes.ID – Membaca takbir ketika hari raya merupakan salah satu sunnah atau anjuran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Anjuran tersebut termaktub di…
Fatwa

Menggibahi Orang Lain di Group WhatsApp, Bolehkah?

2 Mins read
Di era banjirnya informasi yang tak dapat terbendungkan, segala aktivitas manusia nampaknya bisa dilacak dan diketahui dari berbagai media sosial yang ada….
Fatwa

Fatwa Muhammadiyah tentang Tarekat Shiddiqiyyah

4 Mins read
IBTimes.ID – Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, tarekat adalah jalan, cara, metode, sistem, mazhab, aliran, haluan, keadaan dan atau tiang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds