Perspektif

Ketidakhadiran Mendikbud di Tengah Pandemi Covid-19

3 Mins read

Oleh : Al Bawi

Pada saat ditetapkanya sejumlah Menteri oleh Presiden Jokowi pada 23 Oktober 2019 Mas Nadiem Makarim yang juga CEO Go-Jek ini menjadi sorotan massa, karena di umur beliau yang masih muda dan lulusan Harvard, Mas Nadiem di angkat menjadi Mentri Pendidikan dan Kebudayaan. Sebuah harapan besar bagi Pak Jokowi dan masyarakat Indonesia ada mentri muda yang berprestasi di bidang bisnis walau tidak ada korelasi antara pendidikan dan bisnis yang ia jalankan tetapi sebagian masyarkat dan juga kaum milenial menaruh harapan besar kepada Mas Nadiem ini

Di awal kiprahnya sebagai Mendikbud Mas Nadiem tampil secara nyentrik dan show up dimanapun berada, dengan berpakaian ala milenial Mas Nadiem merupakan sorotan media seperti pada saat pelantikan Rektor Universitas Indonesia banyak yang mengecam cara berpakaian beliau yang kurang pantas sebagai seorang Menteri.

Tidak hanya cara berpakaianya tetapi juga Mas Nadiem menjadi sorotan setelah membuah kebijakan “Merdeka Belajar” yang kata beliau Sekolah, Guru dan Muridnya punya kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk berlajar dengan mandiri dan kreatif.

Dalam konsep Merdeka Belajar ini ada 4 progam yang dijalankan antaranya ujian sekolah berstandar nasional (USBN) yaitu uji keometensi siswa yang dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian yang lebih komrehensif, kedua yaitu Ujian Nasional ditiadakan tepat pada 2020 UN ditiadakan akibat pandemi Covid-19 yang nantinya alam digantikan asesmen komentensi dan survei karakter, yang ketika adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP yang akan di sederhanakan dan dipangkas oleh pihak Kemendikbud, yang terakhir peraturna Zonasi untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di pelbagai daerah.

Menunggu Peran Mendikbud di Tengah Pandemi Covid-19

Melalui instruksi Kemendikbud mengenai pendidikan di tengah Pandemi Covid-19 ini ada 4 kebijakan yang dijalankan. Pertama, belajar di rumah melalui pembelajaran daring. Kedua, berfokus kepada pendidikan kecapakan hidup mengenai pandemi Covid-19. Ketiga, aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dirumah melalui variasi antara minat siswa, kondisi masing-masing. Dan yang keempat, memberikan skor kualitatif dan kuantitatif atas pencapaian siswa.

Baca Juga  Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Masa Depan

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi solusi Mas Nadiem dalam menjalakan roda pendidikan di tengah pandemi ini. Seluruh aplikasi pertemuan virtual di pakai guru dalam melaksanakan pembelajaran serta dengan tugas yang menumpuk akhirnya para peserta didik disibukan dengan pekerjaan rumah yang banyak dan pembelajaran tanpa tatap muka. Bahkan tidak hanya itu saja tetapi pada 13 April 2020 Kemendikbud menyiarkan progam belajar melalui TVRI dengan berbagai jadwal yang sudah ditentukan di semua jenjang pendidikan.

Tetapi Kemendikbud nampaknya kurang melihat realitas pendidikan yang ada, mulai dari kurangnya keterbatasan akses belajar secara daring karena tidak mempunyai gawai untuk akses internet masuk ke dalam plosok, kemudian tidak semua siswa dan orang tua mampu membeli kuota/paket internet jangankan untuk membeli hal tersebut untuk makan saja susah, dan bahkan tidak mempunyai TV di rumah adalah fakta nyata bahwa tidak semua masyarakat Indonesia mempunyai aliran listrik sehingga hal ini menjadi keluhan mendasar karena minimnya kuantitas dan kualitas.

Dilansir dari Republika.co.id Nadiem menyatakan bahwa dia tidak membayangkan sebelumnya bahwa banyak persoalan yang fundametal yang harus diselesaikan tetapi sudah jauh melangkah yang dimana semua kebijakan di tengah pandemi ini hanya bisa dinikmati siswa perkotaan karena sistem PJJ bukan solusi menyikapi perbaikan sistem pendidikan karena keterbatasan akses.

Hal ini membuat kita kecewa kepada Kemendikbud dalam mengambil sikap yang hanya mementingkan kepentingan orang perkotaan, tetapi mengeyampingkan masyarakat yang termarjinalkan bahkan di pelosok Negeri. Pengambilan sikap yang kurang tepat ini meruntuhkan citranya yang ambisius dan penuh optimistis terhadap dunia pendidikan di Indonesia yang kita semua tahu tentang merdeka belajar dan penuh inovasi.

Seharusnya Mas Nadiem membuat langkah yang tepat dalam membagi keadilan dalam situasi pandemi Covid-19 pada saat ini, yang pada akhirnya membuat tidak adanya inovasi dan trobosan dalam mengahadapi situasi ini karena ketidak hadiran Kemendikbud dalam menjawab realitas keadaan.

Baca Juga  Cocokologi Setan Merah

Padahal kami di awal, kami sangat optimis dengan Mendikbud Milenial dengan kebijakan merdeka belajar. Seharusnya pandemic Covid-19 menjadi momentum yang tepat untuk membuktikannya kepada pihak-pihak yang dulu kontra. Dengan background mantan CEO Gojek, saatnya membuktikan pendidikan berbasis internet selama masa pandemi Covid-19.

Hilangnya Esensi Hari Pendidikan Nasional

Yang terakhir adalah peringatan Hari Pendidikan Nasional kemarin yang jauh dari esensi pendidikan pada biasanya walau pun diselenggarakan upacara yang tertuang dalam pedoman penyelenggaraan Hari Pendidikan Nasional Nomor 42518/MPK.S/TU/2020 pada tanggal 29 April 2020 dengan sesuai aturan protokol kesehatan dan juga mengadakan konser yang dihadiri artis terkenal serta pembicara ternama seperti Najwa Shihab.

Acara yang penuh gemerlap bintang ini saya yakini tidak akan dirasakan oleh para pendidik yang berada di pedalaman ataupun guru honorer serta murid-murid yang tidak mampu membeli kuota internet bahkan gawai sekalipun.

Setiap tanggal 2 Mei dilaksakan peringatan Hari Pendidikan Nasional harusnya sebagai bahan refleksi bagi pemangku kebijakan, pendidik dan seluruh elemen masyarakat untuk merenungkan dan membuat inovasi terkait perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia.

Hilangnya nilai refleksi ini membuat Hardiknas seperti bukan punya Mendikbud yang membuat tidak terasa bagi seluruh elemen pendidikan yang ada di seluruh Indonesia. Harusnya moment ditengah pandemi ini menjadi bahan evaluasi terhadap sistem pendidikan, infrasturktur pendidikan, perbaikan kualitas pendidikan serta keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam mengeyam bangku pendidikan.

Editor: Nabhan

Admin
185 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds