Syed Muhammad Naquib al-Attas lahir pada 5 September 1931 di Bogor, Jawa Barat. Nama aslinya adalah Syed Muhammad Naquib bin Abdullah bin Muhsin al-Attas. Kakeknya, Syed Abdullah bin Muhsin al-Attas, adalah seorang sufi besar dari Jawa yang pengaruhnya sampai seluruh dunia Islam di berbagai negara termasuk negara-negara Arab. Neneknya, Ruqayah Hanum adalah seorang bangsawan dari Istanbul, Turki. Ayahnya bernama Syed Ali bin Abdullah al-Attas. Ia berasal dari Johor Bahru. Ibunya, Sharifah Ragunan al-Aydrus, berasal dari Bogor. Ia adalah seorang keturunan dari raden-raden kerabat kerajaan Sunda dari Sukapura, Jawa Barat.
Ketika masih berusia lima tahun, ia dikirim ke Ngee Heng Primary School di Johor Baru, untuk pendidikan dasar dengan Bahasa Inggris. Kemudian ia melanjutkan di Madrasah al-Urwat al-Wuthqa di Sukabumi. Setelah perang Dunia Kedua, al-Attas melanjutkan pendidikannya di Bukit Zaharah School dan English College di Johor Bahru. Di Johor Bahru, ia tinggal bersama pamannya Ungku Abdul Aziz bin Ungku Abdul Majid, keponakan Sultan dan Menteri Besar Johor keenam yang masih merupakan keluarganya. Ungku Abdul Aziz memiliki koleksi naskah-naskah dan manuskrip sejarah Melayu. Disinilah al-Attas menghabiskan masa remajanya untuk menelaah naskah-naskah yang ada.
Pada tahun 1950, beliau terpilih oleh General Sir Gerald Templer untuk menjalani latihan militer di Eaton Hall dan dilanjutkan di Royal Military Academy, Inggris. Sepulangnya dari Inggris, ia menjadi prajurit di Royal Malay Regiment. Namun, atas permintaannya sendiri, pada tahun 1956, ia meletakkan pekerjaan itu untuk melanjutkan studi di University Malaya, Singapura. Pada masa ini, ia telah menulis buku. Yaitu Rangkaian Ruba’iyyat dan Sufism as Understood and Practised Among the Malays.
***
Berkat karyanya ini, ia menerima beasiswa dari Kanada melalui Canada Council Fellowship untuk melanjutkan studi ke Institute of Islamic Studies McGill University, Montreal, Kanada dan mendapatkan gelar M.A. dalam bidang Studi Islam pada tahun 1962. Semasa di Kanada, ia telah berjumpa dengan beberapa ilmuwan besar seperti Sir Hamilton Gibb dari Inggris, Sayyed Hossein Nasr dari Iran, Fazlur Rahman dari Pakistan, dan Wilfred Cantwell Smith dari Kanada. Pada masa ini, ia telah melahirkan karya berjudul Raniri and the Wujudiyyah of the 17th Century Acheh.
Tidak puas di McGill, al-Attas melanjutkan pencarian ilmunya ke School of Oriental and African Studies, University of London. Pada tahun 1965, kampus ini menganugerahinya gelar Ph.D. dalam bidang filsafat, teologi, dan metafisika Islam dan juga kesusasteraan Melayu Islam. Ia adalah orang Melayu pertama yang mendapatkan gelar Ph.D. dari University of London. Tesisnya yang berjudul The Mysticism of Hamzah Fansuri telah dicetak menjadi buku pada tahun 1970, dan diakui sebagai buku penting yang telah didaftarkan di International Bibliography of Philosophy di Brussels. Buku ini merupakan tafsir ilmiah pertama terhadap karya Hamzah Fansuri sejak hampir 400 tahun yang lalu.
Setelah pulang ke Malaysia pada tahun 1965, ia menjadi Ketua Jurusan Sastra di Fakultas Kajian Melayu Universitas Malaya, sampai akhirnya menjadi Dekan Fakultas Sastra di Universitas yang sama. Ia juga menjadi salah satu pelopor pendirian Universiti Kebangsaan Malaysia dan bertanggungjawab untuk merumuskan dasar dan falsafah Universitas tersebut. Ialah orang yang gigih merubah bahasa Melayu menjadi bahasa pengantar menggantikan bahasa Inggris.
Pada tahun 1977, ia menjadi pembicara utama dalam First World Conference on Islamic Education tentang Pendidikan Islam di Makkah, sekaligus memimpin komite untuk membahas tujuan dan definisi pendidikan Islam. Di sinilah ia mulai mempopulerkan gagasan Islamisasi ilmu. Dalam waktu yang sama, ia juga menjadi profesor tamu di Pusat Tinggi Ilmiah bagi Kajian Agama di Temple University, Philadelphia, Amerika.
***
Pada 1978, al-Attas diminta oleh UNESCO untuk memimpin sidang para pakar kajian sejarah Islam yang diselenggarakan di Aleppo, Syria. Al-Attas mendapatkan anugerah Medali Seratus Tahun Meninggalnya Sir Muhammad Iqbal dari Presiden Pakistan pada tahun 1979.
Tidak hanya ahli di bidang filsafat dan pendidikan Islam, al-Attas juga merupakan seorang seniman. Pada tahun 1954, ia mengadakan pameran kaligrafi di Museum Tropen, Amsterdam dan pernah mempublikasikan tiga kaligrafinya yang bertuliskan lafal basmallah dalam bentuk burung pemakan, ayam jago, dan ikan. Selain itu, ia adalah orang yang merancang ISTAC baik dari segi kurikulum sekaligus arsitektur bangunannya. Banyak sarjana yang mengapresiasi keseriusan al-Attas dalam membangun ISTAC terutama dalam desain arsitekturnya.
***
Buku yang ia tulis sedikitnya berjumlah 26 karya dalam bahasa Inggris maupun Melayu yang telah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa di seluruh dunia. Karya-karya itu antara lain Rangkaian Ruba’iyyat, Some Aspectts of Sufism as Understood and Practised Among The Malays, Raniri and The Wujudiyah of 17 th Century Acheh, The Origin of The Malay Sya’ir, Preliminary Statement on a General Theory of The Islamization of The Malay – Indonesian Archipelago, The Mysticism of Hamzah Fanshuri, Concluding Postscripts to The Origin of The Malay Sya’ir, The Correct Date of The Terengganu Inscription, Islam Dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, Risalah Untuk Kaum Muslimin, Comments on The Re-Examination of al-Raniris Hujjat al-Shiddiqi, Islam: The Concept of Religion and The Fundation of Ethics and Morality, Islam: Paham Agama dan Asas Akhlak, Islam and Secularism, (ed). Aims and Objectives of Islamic Education : Islamic Educations Series, The Concept of Education in Islam, Islam, Secularism and The Philosophy of The Future, A Commentary on The Hujjah al-Shiddiq of Nur al-Din al-Raniri,. The Oldest Known Malay Manuscript, Islam and The Philosophy of Science,The Nature of Man and The Psychology of The Human Seul, The Intuition of Existense, On Quiddity and Essence, The Meaning and Experience of Happiness in Islam, The Degrees of Existense, dan Prolegomena to The Methaphysics of Islam : an Exposition of The Fundamental Elements of The World of Islam.