Perspektif

Halalbihalal Virtual di Tengah Pandemi

3 Mins read

Idulfitri merupakan hari raya kemenangan setelah umat Islam menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan. Umat muslim menyambut Idulfitri dengan suka cita karena pada hari itu, manusia kembali pada keadaan yang suci. Di Indonesia banyak tradisi saat merayakan Idulfitri. Mulai dari membuat ketupat, mudik ke kampung halaman, tunjangan hari raya, baju baru, halalbihalal, ziarah ke makam, menabuh bedug, hingga takbir keliling. Lalu bagaimana dengan halalbihalal virtual?

Momen perayaan Idulfitri biasanya ada tradisi halalbihalal. Halalbihalal menjadi ajang untuk silaturahmi bagi umat muslim saat hari raya Idulfitri tiba. Halalbihalal merupakan tradisi maaf-memaafkan sesama manusia setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan selama satu bulan penuh.

Halalbihalal dalam Al-Qur’an

Manusia dituntut untuk berbuat kebaikan dan menyenangkan kepada sesama makhluk hidup. Saling memaafkan antarsesama manusia merupakan salah satu perbuatan yang baik. Kegiatan saling memaafkan ini terdapat di beberapa surat dalam Al quran. Seperti dalam surat Al Imran ayat 134, Al A’raf ayat 199, Al Hijr ayat 85, dan An Nur ayat 22.

Dalam Surat Al Imran ayat 134 Allah berfirman:

“Orang-orang yang bertaqwa ialah orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah dalam keadaan mudah maupun susah, yang menahan amarahnya meskipun sebenarnya mampu melampiaskannya, dan yang memaafkan orang yang berbuat zalim kepadanya. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik yang memiliki perangai semacam itu.”

Dalam Surat Al A’raf ayat 199 Allah berfirman:

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.”

Dalam Surat Al Hijr ayat 85 Allah berfirman:

“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.”

Dalam Surat An Nur ayat 22 Allah berfirman:

Baca Juga  Inilah Dua Panembahan Nusantara: Syaikhana Kholil dan HOS Tjokroaminoto

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak)akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Alla, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dari beberapa firman Allah di atas, jelas sekali bahwa Allah memerintahkan manusia untuk berbuat baik dengan saling maaf-memaafkan. Maaf memaafkan ini merupakan salah satu sifat Rasullah yang menjadi tauladan bagi umat muslim. Allah akan memuliakan dan memberikan banyak pahala untuk orang-orang yang saling maaf memaafkan.

Tujuan utama saling maaf memaafkan sendiri adalah untuk mempererat dan menjaga hubungan antar sesama manusia. Selain itu, saling maaf memaafkan juga untuk menciptakan rasa saling mencintai dan menyayangin antar sesama manusia.

Tradisi Berbagai Daerah

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keberagaman budaya dan tradisi. Setiap daerah di Indonesia mempunyai budaya dan tradisi unik yang berbeda-beda. Salah satunya dalam pelaksanaan halalbihalal. Setiap daerah memiliki masing-masing cara yang unik dalam melaksanakan halalbihalal.

Di Yogyakarta, halalbihalal disebut tradisi syawalan. Tradisi syawalan ini dilakukan dengan saling mengunjungi rumah keluarga, sanak saudara, tetangga atau kerabat untuk saling maaf memaafkan. Tradisi syawalan juga dilakukan dengan sungkeman atau berlutut kepada orang yang lebih tua untuk meminta maaf.

Di Serang, ada tradisi ngariung. Tradisi ngariung dilaksanakan setiap awal bulan Syawal. Ngariung sendiri berarti berkumpul. Warga biasanya berkumpul di masjid atau musholla membawa lauk pauk lalu dibagikan kembali kepada warga lain. Tradisi ngariung ini bertujuan untuk memperkuat silaturahmi antar warga sekaligus sebagai ucapan syukur dalam menyambut Hari Raya Idulfitri.

Baca Juga  Beda Penanganan COVID-19, antara Malaysia dan Indonesia

Tradisi bancaan yang dilakukan di Bali tepatnya di Kampung Jawa merupakan tradisi untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Tradisi bancaan dilakukan setelah sholat Id. Tradisi ini bertujuan untuk silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan antar sesama manusia.

Halalbihalal Virtual

Seluruh masyarakat dunia sedang terkena dampak dari pandemi Covid-19. Seluruh kegiatan yang biasa dilakukan di luar rumah harus dilaksanakan di dalam rumah. Termasuk pelaksanaan halalbihalal yang kali ini terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan halalbihalal secara langsung. Tradisi-tradisi halalbihalal di berbagai daerah pun tidak dilakukan secara langsung. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19 lebih meluas.

Meski begitu, masyarakat tetap bisa saling bersilaturahmi dan saling maaf memaafkan di tengah pandemi seperti saat sekarang ini. Halalbihalal tahun ini tetap bisa dilakukan di rumah. Halalbihalal di rumah dilakukan secara virtual melalui telekomunikasi. Halalbihalal virtual bisa dilakukan dengan video call bersama keluarga, saudara, serta kerabat melalui aplikasi seperti WhatsApp, Google Meet, Zoom, Skype, dan aplikasi video call lainnya.

Masyarakat juga bisa melakukan halalbihalal dengan saling mengirim makanan kepada keluarga, saudara, dan kerabat menggunakan jasa antar. Menggunakan jasa antar makanan ini lebih praktis dan memudahkan kita untuk saling bersilaturahmi. Selain itu, kita bisa tetap terhindar dari penyebaran wabah Covid-19.

Halalbihalal atau silaturahmi saat Hari Raya Idul Fitri biasanya dibarengi dengan berbagi rezeki lewat Tunjangan Hari Raya (THR). Kita tetap bisa berbagi THR lewat dompet digital. Kita tetap bisa melakukan kebaikan lewat berbagai aplikasi dompet digital meskipun tidak bisa halalbihalal secara langsung di masa pandemi seperti sekarang.

Mengingat kondisi seperti sekarang, sebaiknya kita sebagai masyarakat mematuhi peraturan pemerintah untuk tetap di rumah agar dapat mencegah penyebaran wabah Covid-19 semakin meluas. Dengan begitu, kita dapat menghargai sekaligus sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang menjadi garda terdepan dalam penanganan wabah Covid-19, seperti tenaga medis dan para relawan yang sudah merelakan waktu dan tenaga untuk berusaha menangani pasien yang terpapar wabah Covid-19.

Baca Juga  Gara-Gara Covid-19: Hidup Makin Religius atau Sekuler?

Semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir agar masyarakat dapat menjalankan berbagai kegiatan seperti sediakala. Amin.

Editor: Nabhan

Avatar
1 posts

About author
Nanda Putri Utomo seorang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds