Perspektif

Pakaian Baru di Hari Raya: Tradisi dan Agama

3 Mins read

Hari Raya Idulfitri sangat dinantikan bagi umat muslim di seluruh dunia sebagai hari kemenangan setelah menjalankan sebulan lamanya berpuasa. Selain sebagai hari kemenangan, Idulfitri juga sebagai hari membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah diperbuat atau dilakukan sebelumnya. Lalu bagaimana dengan pakaian baru di hari raya?

Masyarakat muslim di Indonesia dalam memaknai hari raya idulfitri yaitu kembali ke fitrah atau yang dimaknai sebagai kembali suci, selain itu hari raya idulfitri mempunyai makna lain yaitu untuk saling mengingat kesalahan dan saling bermaaf-maafan, dan juga sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan setelah berpuasa sebulan lamanya.

Dalam perayaan Idulfitri terdapat banyak tradisi yang dilakukan oleh umat muslim di Indonesia. Contohnya seperti memasak ketupat dan opor ayam, membagi-bagikan THR, dan juga mengenakan pakaian yang baru.

Pakaian Baru di Hari Raya

Tradisi mengenakan pakaian yang baru bukan hal yang masih hangat terjadi di Indonesia. Hal tersebut sudah dilakukan puluhan tahun dan menjadi sangat melekat bagi umat muslim di Indonesia. Dalam perayaan Idulfitri kerap dijadikan momen bahagia dan momen untuk memakai pakaian baru. Itulah yang terjadi dalam tradisi perayaan idulfitri umat muslim di Indoneisa.

Umumnya masyarakat Indonesia berbondong-bondong membeli baju baru untuk dikenakan pada saat Idulfitri, baik itu membeli secara online maupun di pasar-pasar tradisional. Hal tersebut yang menjadikan mengenakan pakaian yang baru pada saat hari raya idulfitri sebagai tradisi dan sudah melekat pada masyarakat muslim di Indonesia.

Membeli pakaian yang baru merupakan hal yang sah-sah saja, asal tidak dilakukan dengan berlebihan dan tidak bertentangan dengan ketentuan Islam.  Dengan memakai baju baru pada saat hari raya sebagai suatu simbol kesucian dan diharapkan dapat memperbarui iman dan membersihkan dari segala dosa-dosa yang telah diperbuat. Tradisi tersebut tidak dilarang dalam agama Islam, tetapi harus dilakukan dengan tidak berlebihan dan tidak terdapat niat untuk memamerkan atau ria.

Baca Juga  Teks Khutbah Idul Fitri: Peran Alumni Ramadhan Mempertahankan Keutuhan Keluarga

Hukum Memakai Pakaian Baru

Pakaian yang baru untuk merayakan hari raya idulfitri, bukanlah kewajiban bagi umat muslim untuk merayakan hari kemenangan, tetapi tradisi atau kebiasaan tersebut sudah lama dilakukan umat muslim di Indonesia. Rasulullah SAW juga melakukan kebiasaan pada saat merayakan hari raya idulfitri salah satunya yaitu memakai pakaian terbaik, Rasulullah SAW hanya menggunakan pakaian tersebut pada hari raya idulfitri, hari raya iduladha, dan hari jumat. Dalam hadis yang diriwayat oleh al-Hakim yaitu:

“Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk mengenakan yang terbaik dari apa yang kita temukan dan memakai wewangian dan mengurbankan hal yang paling berharga yang kita temukan.”

Hadis riwayat al-Hakim yang menjelaskan perintah Rasulullah SAW untuk mengenakan pakaian yang terbaik, tidak harus pakaian yang baru. Selain pakaian, Rasulullah SAW juga memerintahkan untuk memakai wewangian. Setelah dilihat dari hadis tersebut tidak ada unsur yang mewajibkan untuk memakai pakaian yang baru.

Dalam hal ini, Islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk mengenakan pakaian yang baru pada saat hari raya Idulfitri. Tetapi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW yaitu mengenakan pakaian yang terbaik untuk hari raya idulfitri dan tidak berlebihan.

Nilai Tradisi dan Nilai Agama

Mengenakan pakaian yang baru di hari raya idulfitri terdapat dua nilai yang melekat, yaitu nilai tradisi dan juga nilai agama. Dalam nilai tradisi, mengenakan pakaian baru merupakan bagian dari simbol merayakan kemenangan setelah sebulan lamanya berpuasa dan sebagai tanda kemeriahan hari raya idulfitri, hal tersebut sudah dilakukan dari tahun ketahun dan dijadikan sebuah tradisi hari raya idulfitri bagi umat muslim di Indonesia.

Selain nilai tradisi, dalam mengenakan pakaian yang baru terdapat nilai agama. Nilai agama yang terdapat dalam mengenakan pakaian baru, yaitu untuk mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Meskipun yang dianjurkan Rasulullah SAW bukan pakaian yang baru, melainkan pakaian yang terbaik.

Baca Juga  Konversi Agama di antara Syariah dan HAM

Hari raya Idulfitri bukan hanya pakaian baru saja yang penting. Melainkan terdapat hal yang jauh lebih penting yaitu hati dan jiwa yang baru, menghapus dosa yang telah diperbuat, bermaaf-maafan dan menyambung tali silaturahmi kepada keluarga, teman, dan rekan kerja. Hari raya Idulfitri yang sesungguhnya adalah bukan sebagai ajang pamer kebagusan pakaian melainkan merayakan kemenangan dan saling bermaaf-maafan.

Tidak ada salahnya mengikuti tradisi mengenakan pakaian baru yang sudah ada sejak lama menjadi tradisi perayaan Idulfitri di Indonesia. Asalkan jika tidak didasari atas unsur ria, pamer harta, kekayaan, dan masih mengandung nilai yang positif hal tersebut sah-sah saja untuk dilakukan. Mengikuti perintah agama tanpa melanggarnya dan menghargai tradisi yang sudah ada sejak lama, maka hal tersebut akan menjadi seimbang.

Mengikuti tradisi yang telah dilakukan sejak lama menambah nilai kelengkapan untuk menjalankan kemeriahan hari raya Idulfitri dengan bahagia dan penuh keberkahan.

Editor: Nabhan

Avatar
1 posts

About author
Nama saya Dantia, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Articles
Related posts
Perspektif

Benarkah Islam di Asia Tenggara Bukan Bagian dari Dunia Islam?

3 Mins read
Islam di wilayah Asia Tenggara memiliki karakteristik atau watak yang berbeda dengan wilayah lain, khususnya di Timur Tengah. Karakteristik Islam di wilayah…
Perspektif

Bayang-Bayang Seni Kiai Dahlan di Muhammadiyah

3 Mins read
Belum lama ini kita dihebohkan dengan perdebatan seputar hukum musik dalam Islam. Sebenarnya persoalan ini adalah khilafiyah. Karenanya tulisan sederhana ini tidak…
Perspektif

Kurikulum Merdeka adalah Kunci Kemajuan Pendidikan Masa Kini

4 Mins read
Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei (HARDIKNAS) merupakan momentum bagi setiap insan pendidikan untuk memperingati kelahiran pelopor Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *