Perspektif

Kurikulum Merdeka adalah Kunci Kemajuan Pendidikan Masa Kini

4 Mins read

Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei (HARDIKNAS) merupakan momentum bagi setiap insan pendidikan untuk memperingati kelahiran pelopor Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Sekaligus, tanggal tersebut menjadi ajang refleksi diri terkait beberapa problem yang masih menyelimuti sistem pendidikan kita, seperti model pembelajarannya, kualitas guru, dan dinamika sosial pendidikan.

Kesadaran akan pentingnya sekolah tidak semata diarahkan untuk mengejar hasil, proses belajar mengajar yang menyenangkan, pengembangan potensi diri murid, pendidikan moral dan karakter, mutlak menjadi prioritas utama. Dari itu, kualitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran harus menjadi perhatian penting dalam keberlangsungan pendidikan.

Selama ini kurikulum membebani guru dan murid karena lebih fokus pada nilai, kejar target, monoton dan seragam. Fenomena inilah yang menjadi tantangan dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini.

“Kita ingin kurikulum yang membuat guru dan murid senang belajar. Itu inti dari Kurikulum Merdeka”, tegas Nadiem Anwar Makarim dalam sambutannya ketika meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai Kurikulum Nasional pada Rabu 27 Maret 2024 lalu di Jakarta. Kurikulum Merdeka merupakan upaya membangun sistem pendidikan yang tidak hanya berpusat pada guru dan murid serta hasil akhir, tapi pada proses pembelajarannya sehingga belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Kurikulum Merdeka disahkan sebagai kurikulum nasional dengan tujuan utama adalah meningkatkan kualitas pembelajaran. Walaupun secara proses dan evaluasi berkala sudah dilaksanakan sejak Februari 2021 lalu. Kurikulum Merdeka memiliki fokus pada materi esensi dan struktur yang fleksibel. Kurikulum Merdeka memudahkan guru dalam pembelajaran yang ter-diferensiasi, sehingga peserta didik dapat mengasah dan mengembangkan bakat dan minat yang dimilikinya, pun menumbuhkan karakter murid secara menyeluruh sesuai kebutuhan.

Pengembangan potensi siswa melalui Kurikulum Merdeka dapat memberikan ruang lebih besar bagi sekolah dan guru dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi murid di lingkungan mereka. Artinya, selain mengutamakan hal-hal yang esensial, penekanan mendasar pada pengembangan karakter. Itulah pentingnya kesadaran akan sosial pendidikan.  

Potensi Diri Murid

Hari Pendidikan Nasional diperingati untuk menyesuaikan kebutuhan pendidikan di masa sekarang, dimana guru dan warga pendidikan memiliki tugas untuk menggali dan mengembangkan minat dan bakat murid-muridnya. Murid memiliki karakteristik sendiri-sendiri, oleh karenanya prinsip ter-diferensiasi menjadi penekanan utama dalam metode pengajaran guru. Kurikulum dapat disesuaikan dengan lingkungan sekolah yang tentu berbeda antara satu sekolah dengan lainnya. Peran guru bukan hanya terbatas sebagai pengajar, tetapi juga jembatan bagi murid untuk menemukan dan mengembangkan karakter serta kompetensinya, membangun moral – spiritual, sosial dan mengontrol emosional.

Baca Juga  Akibat Kebodohan dalam Beribadah di Musim Wabah

Bergerak bersama melanjutkan merdeka belajar adalah tema HARDIKNAS tahun ini, dimana refleksi akan pendidikan menjadi poin utama dalam proses pendidikan yang sedang berjalan. Tagline yang harus dikuatkan adalah pendidikan sebagai ruang komunikasi sosial dan pengembangan diri bagi siapapun, tanpa tebang pilih pastinya.

Pembelajaran yang tidak melulu mengedepankan teori akan membangun karakter murid secara holistik dan inklusif. Karena pembelajaran yang lebih aplikatif akan memberikan ruang yang terbuka bagi murid untuk mengembangkan dirinya. Seperti halnya dalam Permendikbudristek No. 16 Tahun 2022 tentang standarisasi Proses Kurikulum Merdeka, dikatakan bahwa capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar dari satu unit pembelajaran, sehingga bukan fokus pada tujuan yang masih abstrak, tetapi tujuan lebih pada bagaimana capaian pembelajaran antar personal.

Ini memberi keleluasaan dan memudahkan pendidik menerapkan pembelajaran yang lebih mendalam, lebih menyenangkan dan efektif, mengurangi beban akademik murid sehingga mereka lebih memiliki waktu untuk menggali bakat dan minat mereka, dan membentuk karakter murid yang mandiri, kritis, dan memiliki kepekaan sosial yang baik.

Filosofi Tanam

Penerapan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional tidak serta merta ditetapkan dalam permendikbudristek No. 12 Tahun 2024. Tetapi melalui proses panjang yang dimulai sejak 2020. Saat itu, prototipe kurikulum Merdeka sebagai alternatif selain K13. Pada 2024 ini, lebih dari 80% sekolah dan 45% madrasah sudah melaksanakan Kurikulum Merdeka. Meski kurikulum merdeka ditetapkan secara mandatori sebagai Kurikulum Nasional pada 27 Maret 2024, sekolah masih diberikan waktu selama 2 tahun untuk secara bertahap beralih ke Kurikulum Merdeka.

Melalui peringatan Hardiknas ini, Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengembalikan semangat pembelajaran sesuai dengan Semboyan Pendidikan yang telah ditanamkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani, yang ketiganya fokus pada guru yang jika diringkas maka seorang guru harus memberi teladan (tulodo), karena dia pantas digugu dan ditiru dalam perkataan dan perbuatannya; membangkitkan dan membangun dengan tekad yang kuat (mangun dan karso), dan mampu memberikan dorongan moral atau semangat (handayani) kepada murid-muridnya.

Baca Juga  Belajar (Setengah) Merdeka

Artinya, pengembangan Kurikulum Merdeka adalah sebuah proses membangun pendidikan nasional sejak dulu, di mana pola pertumbuhan kurikulum pendidikan seperti benih yang ditanam dan dirawat dengan baik hingga tumbuh dan berkembang.

Dengan kata lain, proses menanam ide dan gagasan ini akan dituai hasilnya saat buah itu siap dan matang untuk dipetik. Kurikulum Merdeka adalah buah yang siap untuk dipetik dan dimanfaatkan dalam proses pengembangan manusia di Indonesia. Kurikulum Merdeka sebagai hasil dari penanaman ide dan gagasan tentang pendidikan dari masa sebelumnya. Bagian pentingnya adalah memaknai proses dari ide dan gagasan menjadi pijakan utama proses pengembangan sistem dan Kurikulum Merdeka ini.

Pendidikan yang Lebih Menyenangkan

Pendidikan yang lebih menyenangkan harus ditanamkan sejak dini. Gerakan Transisi PAUD ke SD yang menyenangkan yang dicanangkan saat peluncuran Merdeka Belajar Episode ke-24 menandai penghapusan kewajiban Calistung (baca, menulis dan berhitung) sebagai syarat masuk SD. Selama ini, Calistung telah menjadi beban bagi murid PAUD yang telah menimbulkan kecemasan terhadap anak-anak sehingga sekolah menjadi tidak menyenangkan.

Mengapa sekolah harus menyenangkan? Alasannya adalah; hanya dengan suasana belajar yang menyenangkanlah maka sekolah dapat memberikan ruang bagi pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif pada murid. Selain itu, pembelajaran akan menjadi lebih aktif dan kolaboratif, karena murid diajak untuk mengembangkan kemampuan analitis, evaluatif, dan solutif dalam menyelesaikan masalah-masalah kompleks di sekitarnya. Ini berdampak pada kemampuan murid untuk berpikir secara lebih mendalam, menemukan solusi inovatif, dan menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri.

Konsep kemandirian belajar dalam Kurikulum Merdeka memberikan dampak positif bagi murid untuk belajar secara mandiri dan mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran mereka. Murid diajak untuk aktif mencari informasi, mengelola waktu dan sumber daya, serta membangun motivasi intrinsik dalam belajar, sehingga hasil belajar mereka lebih berkesinambungan dan bermakna.

Baca Juga  Hasrat Membangun Masjid itu Tidak Selalu Baik

Sesuai Zaman

Pendekatan holistik dalam Kurikulum Merdeka mencakup evaluasi terhadap keterampilan sosial dan emosional murid yang berdampak pada peningkatan kemampuan murid dalam berinteraksi secara efektif, berempati, bekerja sama dalam tim, mengelola konflik, dan memahami perspektif orang lain. Dampaknya, murid memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang relevan untuk menghadapi tantangan masa depan sehingga akan lebih siap dalam menghadapi situasi sosial yang kompleks ketika mereka terjun di masyarakat kelak.

Kurikulum Merdeka yang saat ini menjadi gaung kurikulum nasional, secara tidak langsung memprioritaskan murid dalam setiap satuan pendidikan. Pengembangan, penumbuhan dan stimulus kesadaran menjadi pilar penting dalam mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan. Tantangan zaman yang kerap berubah sejalan dengan teknologi dan pengetahuan tentu harus menjadi pertimbangan dalam proses pendidikan. Apalagi mencakup kondisi sosiologis dan perkembangan antropologis masyarakat saat ini.

Kuncinya adalah keberlangsungan dan pemerataan. Pendidikan akan terus berlangsung selama kehidupan manusia terus berjalan. Begitu juga ide dan gagasan, akan selalu tumbuh sejalan dengan dinamika sosial yang terus berkembang. Oleh sebab itu, Kurikulum Merdeka menjadi kiat untuk membangun bangsa melalui pendidikan yang sinergi dengan perkembangan zaman.

Kurikulum Merdeka menjadikan pendidikan lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Guru dan sekolah memiliki fleksibilitas untuk mengadaptasi kurikulum dan metode pembelajaran sesuai dengan perkembangan teknologi, tren global, dan tuntutan kemajuan sosial-ekonomi. Hasil itu penting. Tapi proses dari implementasi gagasan dan pengetahuan jauh lebih penting karena lebih berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia.

Editor: Soleh

Avatar
1 posts

About author
Staf Ahli Mendikbudristek Bidang Hubungan Kelembagaan dan Masyarakat
Articles
Related posts
Perspektif

Secara Historis, Petani itu Orang Kaya: Membaca Ulang Zakat Pertanian

3 Mins read
Ketika membaca penjelasan Profesor Yusuf Al-Qaradawi (rahimahullah) tentang zakat profesi, saya menemukan satu hal menarik dari argumen beliau tentang wajibnya zakat profesi….
Perspektif

Apa Saja Tantangan Mengajarkan Studi Islam di Kampus?

4 Mins read
Salah satu yang menjadi persoalan kampus Islam dalam pengembangan kapasitas akademik mahasiswa ialah pada mata kuliah Islamic Studies. Pasalnya baik dosen maupun…
Perspektif

Bank Syariah Tak Sama dengan Bank Konvensional

3 Mins read
Di masyarakat umum, masih banyak yang beranggapan bahwa Bank Syari’ah tidak memiliki perbedaan nyata dengan Bank Konvensional. Mereka percaya bahwa perbedaan hanya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *