Akhlak

Belajar Dermawan dari Tradisi Munjung

3 Mins read

Beberapa waktu lalu, kita digemparkan oleh kasus prank berbagi makanan oleh seorang youtuber. Tentu kita belum lupa dengan video yang diunggah oleh seorang youtuber bernama Ferdian Paleka tersebut. Dalam video yang diunggahnya pada bulan Ramadhan itu, bukannya berbagi sembako dan bahan makanan, ia justru membagikan kardus yang berisi sampah.

Ferdian Paleka sebagai seorang figur remaja zaman now, menjadi wujud representasi pola perilaku remaja saat ini. Kelakuannya menyalahi aturan agama serta adat kesopansantunan. Bukan hanya korban prank saja yang geram, tetapi warganet dan masyarakat yang menonton video juga turut kesal.

Dari pengalaman tersebut, kini marak orang-orang turut bersedekah berupa uang tunai, sembako, bahkan makanan siap santap hanya untuk mengikuti trend. Memang benar kegiatan tersebut sangat positif, tapi sangat disayangkan jika perbuatan baiknya hanya untuk memenuhi konten video di akun sosial media dengan tujuan untuk memperoleh simpati masyarakat.

Berbagai kreativitas berbagi tersebut menjadi salah satu bukti nyata lunturnya sikap remaja yang berbudaya dan beradat istiadat dalam masyarakat. Padahal, banyak sekali budaya dan adat yang mengajarkan kita tentang berbagi serta keutamaannya. Seperti halnya dalam tradisi di Jawa Tengah yang dikenal dengan istilah “munjung” atau tradisi berbagi makanan.

Munjung dan Nilai Kekeluargaannya

Munjung dalam KBBI memiliki arti penuh atau lebih tinggi dari permukaan takaran. Namun, masyarakat Jawa, khususnya Banyumas lebih mengenal istilah tersebut sebagai tradisi. Sebuah tradisi mengantar makanan kepada tetangga-tetangga dan sanak saudara yang lebih tua.

Tradisi ini dikenal sebagai tradisi berbagi yang dilakukan pada bulan Syawal, tepatnya hari raya Idul Fitri. Dua hari sebelum hari raya, beberapa rumah di Banyumas sibuk menyiapkan dan meracik bahan-bahan masakan dengan jumlah yang cukup. Barulah sehari setelahnya, tempat makan, rantang-rantang, dan piring mulai disusun rapi untuk diantarkan.

Baca Juga  Imam Az-Zarnuji: Kiat Memilih Ilmu dan Guru

Tidak jauh berbeda dari berbagi makanan saat Idul Fitri lainnya, isi makanan yang diantar ialah makanan yang disantap untuk hari raya, seperti opor, ketupat, serta lauk-pauk beserta pelengkapnya. Tradisi munjung ini bertujuan agar orang lain juga turut merayakan hari raya dengan hidangan terbaiknya. Tujuan lainnya yaitu sebagai wujud dari nilai kekeluargaan dan rasa menghormati saudara serta keluarga yang lebih tua, dengan harapan agar selalu didoakan dan memperoleh limpahan keberkahan. 

Berbagi Tanpa Pamrih

Tradisi munjung atau berbagi makanan hari raya dilakukan oleh masyarakat Banyumas pada malam takbir atau pagi hari sebelum salat Idul Fitri. Hal tersebut juga memiliki makna sendiri, selain untuk dimakan di hari raya, juga dimaksudkan agar tidak ada yang melihat kita sedang memberi makanan. Sebab kegiatan tersebut dilakukan saat malam hari atau sebelum terbitnya fajar.

Mengapa harus memberikan makanan secara sembunyi-sembunyi? Karena untuk menghindari sifat-sifat buruk dalam diri manusia, seperti sombong, riya, serta menjauhkan fitnah untuk si penerima.

Lain halnya dengan berbagi di zaman now yang harus mendokumentasi segala kegiatannya hanya untuk eksistensi dan pengakuan diri. Tradisi munjung justru sebaliknya, merasa malu jika berbagi harus di dokumentasikan, karena takut salah niat dalam berbagi meskipun hanya sebutir padi.

Masyarakat Jawa memiliki slogan yang selalu diagungkan, yakni bahwa “Allah mboten sare”, yang artinya Allah tidak tidur. Setiap perbuatan yang kita lakukan hanya atas kehendak Allah, karena Allah, dan untuk Allah.

Jadi, apabila kita salah niat dalam berbagi meskipun sedikit, maka bukan pahala yang didapat, melainkan hanya sebuah kesia-siaan. Adapun berbagi dengan tradisi munjung juga bertujuan untuk menghindari sifat iri dan dengki bagi masyarakat lainnya. Karena pengantaran makanan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sehingga tidak ada orang yang tahu kecuali si penerima dan si pemberi.

Baca Juga  Diskriminasi dalam Islam

Munjung, Tradisi Lama yang Perlu Dijunjung

Meskipun berasal dari tradisi Jawa, bukan berarti tradisi munjung tidak dapat dilakukan di daerah lain. Mungkin, di daerah lain juga terdapat tradisi dengan sistem yang sama, hanya saja memiliki nama yang berbeda.

Sebagaimana tradisi yang merupakan suatu kebiasaan secara turun-temurun, bukan berarti tradisi ini tidak mengalami perubahan. Entah semakin mengakar dan meluas, atau bahkan luntur.

Seiring berjalannya waktu, tradisi munjung di Banyumas semakin berkembang dan mengalami pergeseran makna, yakni hanya mengantarkan makanan dalam acara tertentu. Seperti dalam pesta pernikahan dalam adat Jawa yang dikenal dengan istilah “punjungan“. Istilah tersebut berasal dari kata munjung. Secara garis besar, memiliki arti yang sama, namun maknanya berbeda, dengan kesakralan yang berbeda pula.

Banyak faktor yang memengaruhi adanya perubahan tersebut, salah satunya yaitu transmigrasi dan adanya pendatang dari daerah lain. Terjadinya sebuah perubahan ditandai ketika sekelompok masyarakat memberikan perhatian khusus terhadap tradisi tertentu dan mengabaikan tradisi lainnya. Sehingga terjadi percampuran budaya yang melemahkan maupun menguatkan salah satu dari lainnya.

Banyaknya tradisi, atau adanya bentrokan tradisi antara satu dengan yang lainnya juga turut mempengaruhi perubahan tradisi munjung. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat adat yang santun dan berbudaya, perlulah kita menjunjung kembali nilai-nilai sakral yang terkandung dalam budaya munjung. Bukan hanya untuk sekarang, tapi seterusnya, tanpa akhir. Jauh lebih baik mengubah paradigma berpikir seperti berbagi rezeki dalam tradisi munjung, yaitu dengan menjaga kehormatan satu sama lain, baik bagi pemberi maupun penerima, bukan mengejar predikat dermawan untuk eksistensi di mata masyarakat.

Editor: Lely N

Avatar
2 posts

About author
Perempuan kelahiran Cilacap yang masih duduk di bangku kuliah. Remaja milenial yang bangga jadi masyarakat berdialek ngapak.
Articles
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds