Tarikh

Khalifah Ali (13): Perang Jamal (2) Makkah Mengalahkan Basrah

4 Mins read

Ujung Tanduk Perang Jamal

Dari Makkah Menuju Ke Basrah

Abdullah bin Amir dan Yala bin Umayyah tiba di Makkah dengan membawa uang dan perbendaharaan dalam jumlah besar yang dibawa lari dari Yaman. Dengan itu semua mereka mengambil bagian besar untuk menyusun dan membangun pasukan Perang Jamal Sayyidah Aisyah.

Sebelum keberangkatannya, telah diumumkan di Makkah bahwa Aisyah, Thalhah, dan Zubair akan berangkat ke Basrah dan bagi masyarakat yang peduli dengan Islam dan mencari pembalasan dan qishash terhadap pembunuhan Utsman, maka hendaknya bergabung dengan pasukan Aisyah. Ini semua terjadi dalam artian masih belum ada pengetahuan yang jelas dari pasukan Makkah akan bagaimana posisi Khalifah Ali sebenarnya.

Maka terkumpul saat itu seribu lima ratus pasukan yang akan bertolak ke Basrah untuk menghadapi Perang Jamal. Masyarakat yang bergabung di tengah jalan menambah personil pasukan hingga berjumlah tiga ribu pasukan. Ummu Fadhl bin al Harits, Ibu dari Abdullah bin Abbas, melaporkan hal ini kepada Ali melalui seorang utusan rahasia bernama Zafar dari Juhainah.

Ummul Mukminin lain bergabung bersama Aisyah kembali ke Madinah setelah sampai di Dhat-Irq. Mughirah bin Shubah, Said bin al-Ash dan beberapa orang lain juga meninggalkan pasukan setelah melihat beberapa perbedaan.

Pasukan Aisyah Menyapa Basrah

Ketika pasukan Aisyah mendekati Basrah, Aisyah mengirim Abdullah bin Amir ke dalam kota dengan membawa sepucuk surat atas namanya yang ditujukan kepada Gubernur Basrah, Utsman bin Hunaif untuk melihat tanggapannya. Ketika Utsman bin Hunaif, hadir untuk mencari tahu kedatangan Sayyidah Aisyah, maka dia mengutus beberapa tokoh berpengaruh dari Basrah untuk menjadi utusan.

Maka mereka menjumpai Ummul Mukminin dan menanyakan kepadanya mengenai alasan di balik kedatangannya. Aisyah kemudian menjelaskan alasannya, “Para perusuh dan penjahat dari beberapa suku telah menyebarkan rumor dalam rangka untuk membuat kacau dan bingung umat Islam. Maka dengan itulah aku keluar untuk menyatakan kebenaran dan menyadarkan mereka dengan keadaan yang terjadi.”

Maka setelah mendengarkan jawaban Aisyah, mereka bangkit dan menjumpai Thalhah dan Zubair untuk menanyakan hal yang sama. Keduanya menjawab, “Kami keluar untuk menuntut balas atas darah Utsman.” Maka para utusan bertanya balik, “Bukankah kalian berdua telah menyatakan baiat kepada Khalifah Ali?”. Keduanya menjawab, “Ya, kami memang telah menyatakan dukungan kepada Ali untuk dia menunaikan Qishas atas darah Utsman.” Situasi menjadi sangat tegang, pertanda bahwa kini Perang Jamal benar-benar berada di ujung tanduk.

Baca Juga  Khalifah Ali (15): Perang Jamal (4) Harapan Perdamaian

Gubernur Basrah Menentang

Maka para utusan tadi kembali kepada Utsman bin Hunaif dan menceritakan seluruhnya. Utsman yang mendengarkan dengan seksama menjadi terkejut dan meminta pendapat para utusan tadi mengenai kebijakan aoa yang harus diambil. Maka Utsman bin Hunaif memilih untuk menahan pasukan Aisyah, hingga kedatangan Khalifah Ali.

Kemudian Utsman bin Hunaif memanggil semua penduduk Basrah untuk bersiap untuk Perang Jamal dan mengumpulkan mereka di Masjid Jami. Utsman bin Hunaif sebagai Gubernur Basrah mengatakan kepada rakyatnya melalui Qais bin al Aqadiyyah al-Humaisi bahwa jika Thalhah dan az-Zubair dan pasukannya datang untuk mencari kedamaian maka mereka tidak boleh diperangi atau pun disakiti. Tapi jika mereka datang untuk menuntut darah Utsman, sedangkan rakyat Basrah tidak terlibat dengan itu, maka lebih pantas untuk mengirim mereka kembali dengan kehormatan.

Mendengar hal ini, Aswad bin Sari al-Sadi (pendukung Aisyah) bangkit dan mengatakan, “Mereka tidaklah datang untuk menuduh kita sebagai pembunuh Utsman, mereka datang kepada kita untuk mencari bantuan kita melawan para pembunuh Utsman.” Mendengar ucapan ini orang-orang menjadi geram dan melempari Qais dengan kerikil, yang membuat suasana menjadi kacau. Hal ini terjadi juga karena Thalhah dan az-Zubair memilki banyak pengikut di Basrah.

Pasukan Makkah Melawan Pasukan Basrah

Ketika Aisyah datang ke Mirbad (sebuah pasar dan kamp unta di barat daya kota) dan menjumpai pasukannya, Utsman bin Hunaif keluar dengan pasukannya, dan pertempuran ringan Perang Jamal pada garis depan terjadi. Thalhah yang berada pada sayap kanan dan Zubair menjaga kiri. Ketika dua pasukan saling berhadap hadapan, Thalhah tampil di depan dan mulai menyebut tentang keutamaan Utsman setelah mengagungkan Allah, dan mulai menyebutkan tentang tujuannya tentang menuntut balas atas darah Utsman.

Baca Juga  Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

Setelah Thalhah, maka giliran az-Zubair keluar dan membenarkan apa yang dikatakan Thalhah. Diikuti kemudian Aisyah dengan suara lantang menyatakan niatannya untuk membalas dendam atas darah Utsman. Mendengar ucapan ketiga tokoh tadi, membuat pasukan Utsman bin Hunaif terpecah menjadi dua faksi dalam Perang Jamal.

Di satu faksi adalah mereka yang tetap bersikeras untuk melawan pasukan Makkah, sementara faksi pasukan yang lain mulai goyah. Karena memerangi dua tokoh sahabat seperti Thalhah dan az Zubair bukanlah hal yang dibenarkan. Ketika Aisyah, Thalhah dan az-Zubair melihat perpecahan di pasukan Perang Jamal milik Basrah, maka ketiganya kembali ke tenda masing masing.

Siasat Utsman bin Hunaif dalam Perang Jamal

Meskipun demikian, Utsman bin Hunaif tetap kukuh dengan pendiriannya. Maka dia mengirim Jariah bin Qudamah al-Sadi (loyalis Khalifah Ali) kepada Aisyah, dan dia berkata, “Wahai Ummul Mukminin! Pembunuhan terhadap Utsman adalah lebih baik dari pada Engkau keluar menaiki unta malang ini. Allah Yang Maha Kuasa… Jika engkau datang kemari dengan niatanmu sendiri maka lebih baik bagimu untuk kembali ke Madinah. Tapi jika engkau datang dengan paksaan maka mintalah pertolongan kepada Allah.”

Sebelum pesan tersebut selesai, Hukaim bin Jabalah telah menyerang pasukan Aisyah. Perang Jamal berhenti sejenak ketika malam hari. Di hari berikutnya Hukaim bin Jabalah memulai pertempuran lagi dan kedua pasukan muslim saling menyerang satu sama lain. Hukaim terbunuh dalam medan perang dan Utsman bin Hunaif menerima kekalahan.

Akbbar Shah dalam The History of Islam V.1 menyebutkan, akhirnya Basrah berhasil ditaklukkan oleh Thalhah dan az-Zubair. Utsman bin Hunaif ditangkap sebagai seorang tawanan perang. Akan tetapi Ummul Mukminin Aisyah memerintahkan agar dia dibebaskan. Meskipun Basrah berada di bawah pengaruh Aisyah, Thalhah dan az Zubair, situasi tidak jauh berbeda dari kekuasaan Utsman bin Hunaif. Rakyat Basrah tetap saling bertentangan satu sama lain.

Baca Juga  Kota Kufah dan Tragedi Fitnah Kubra

***

Imam Thabari dalam Tarikh al-Rusul wa al-Muluk menyebutkan bahwa Thalhah dan Zubair masuk ke Basrah mengumpulkan pasukannya. Mereka tiba di Masjid Jami ketika waktu shalat malam, akan tetapi masyarakat Basrah menunda shalat hingga Utsman bin Hunaif yang tak kunjung tiba. Maka, Thalhah dan az-Zubair memerintahkan Abdurrahman bin Attab berpura-pura menjadi Utsman bin Hunaif. Maka Bani Zutt dan Sayabijah yang tidak terima dengan hal tersebut menyerang pasukan Makkah.

Akhirnya terjadi pertempuran dalam masjid yang membunuh 40 orang. Thalhah dan az-Zubair memerintahkan pasukannya untuk membawa Utsman bin Hunaif ke masjid untuk menenangkan suasana. Akan tetapi ketika telah tiba, Utsman justru dihinakan oleh mereka sendiri dengan cara digunduli jenggotnya. Thalhah dan az-Zubair yang melihat ini menjadi sebuah permasalahan yang genting melaporkan kepada Sayyidah Aisyah. Aisyah memerintahkan agar melepaskan mereka.

Editor: Shidqi Mukhtasor/Nabhan

35 posts

About author
Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Hadits Fakultas Ushuluddin Adab & Dakwah, UIN Sayyid Ali Rahmatullah. Dapat disapa melalui akun Instagram @lhu_pin
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds