Tajdida

Amanat Presiden Soeharto: Teruskan Garis Perjuangan Muhammadiyah

3 Mins read

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Apabila saya diminta untuk memberikan petunjuk-petunjuk dalam sidang Tanwir yang bertemakan “Memantapkan Perjuangan Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah Islam”, yang berfungsi politik riil dalam merealisasi perjuangan Orde Baru dan Demokrasi Pancasila, maka pertama-tama saya harus melihat sejarah ke belakang. Yaitu kelahiran, pertumbuhan dan cita-cita Muhammadiyah.

Dari sejak kelahirannya dalam tahun 1912, Muhammadiyah yang bertujuan mewujudkan cita-cita agama Islam jelas sekali garis perjuangannya yang terus menerus berusaha melepaskan agama Islam dari adat kebiasaan yang jelek. Dan berusaha agar Islam senantiasa dapat mengikuti perkembangan zaman, dengan pegangan yang langsung bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis.

Bidang geraknya tertuju kearah peningkatan kesejahteraan rakyat di bidang sosial, pendidikan, pengajaran, kesehatan, ilmu pengetahuan, perekonomian dan sebagainya. Satu hal lain yang sangat membanggakan ialah, watak nasional yang telah jelas dipegang oleh Muhammadiyah sejak kelahirannya. Dari sejarah terlihat bahwa dengan caranya yang khas, Muhammadiyah jelas merupakan bagian kekuatan yang menumbuhkan semangat kebangsaan, semangat kemerdekaan, semangat kerakyatan, dan semangat demokrasi.

Hal-hal tersebut di atas itulah nampaknya yang dapat membawa Muhammadiyah mampu diuji oleh kemajuan zaman. Sehingga dapat tetap kuat dan makin bertambah besar hingga sekarang ini. Agama Islam, yang menjadi dasar Muhammadiah adalah agama kemajuan, adalah agama yang modern dalam arti agama yang berlaku untuk sembarang waktu, sembarang tempat dan setiap masyarakat.

Hal ini bukan berarti bahwa agama Islam itu hanya pasif terbawa oleh perkembangan keadaan; akan tetapi sebaliknya, justeru Islamnya yang dapat mengisi perkembangan zaman; bahkan sebenarnya Islamlah yang harus memegang peranan aktif menarik masyarakat kearah kemajuan.

Suatu kemajuan masyarakat yang bukan semata-mata dilihat dari kemajuan teknologi dan kebahagiaan materiil; melainkan kemajuan masyarakat yang menempatkan umat manusia kepada harkatnya sebagai makhluk Tuhan, yaitu berdasarkan persamaan derajat tanpa segala bentuk penindasan.

Baca Juga  Masihkah Muhammadiyah Menempuh Jalan Sepi?

Dari sejarah kelahirannya, pertumbuhannya, cita-cita dan amal perbuatannya itu, para warga Muhammadiyah boleh merasa bangga, bahwa garis perjuangan dan pengabdiannya kepada rakyat, adalah sejalan dengan Pancasila. Dibidang idiil, maka Pancasila inilah yang harus selalu dipegang teguh untuk menjadi landasan Muhammadiyah.

Oleh karena Muhammadiyah telah mempelopori jalan yang tepat, yaitu toleransi agama, maka lebih-lebih dalam masyarakat Pancasila ini, toleransi itu harus lebih terwujud. Toleransi agama ini harus menjadi tata krama antara penganut-penganut agama dalam masyarakat Pancasila kita. Tanpa toleransi agama, masyarakat Pancasila tidak mungkin terwujud, sebaliknya dengan toleransi agama masyarakat Pancasila akan menjadi lebih kuat. Sedangkan sebaliknya dalam masyarakat itulah agama akan tumbuh dengan subur dan sehat.

Berdasarkan sejarah pertumbuhan Muhammadiyah yang telah lebih dari setengah abad, berdasarkan pengalamannya yang luas di bidang dakwah, maka saya minta agar Muhammadiyah dapat terus mempelopori pengamalan agama sesuai dengan landasan Pancasila. Unsur agama adalah mutlak dalam pembinaan dan pengisian Orde Baru. Sebab pembinaan Orde Baru memerlukan sikap mental yang terbuka, bukan berprasangka.

Dengan mentalitas dan moral keagamaan yang luhur itu, maka sifat dengki, curiga mencurigai, iri hati, fitnah dan lain-lain cara yang tidak jujur, dapat dihindarkan. Sedang sebaliknya sikap yang jujur dan terbuka, sikap gotong-royong, sikap musyawarah antara sesama kekuatan Orde Baru dapat ditumbuhkan.

Memang, perbedaan penilaian dan pendapat adalah salah satu tanda dinamika, salah satu tanda adanya demokrasi. Akan tetapi perbedaan-perbedaan pendapat itu haruslah diletakkan dalam proporsi yang wajar, haruslah segera dipertemukan dalam arti mendapatkan kebenaran melalui musyawarah.

Oleh karena itu, untuk mengkonsolidasikan segenap kekuatan Orde Baru yang mutlak harus dilakukan dewasa ini, maka hendaknya terus menerus dilakukan komunikasi, konsultasi dan dialog. Baik antara kekuatan-kekuatan sosial politik dalam masyarakat sendiri maupun antara kekuatan-kekuatan sosial politik itu dengan pemerintah.

Baca Juga  NU dan Muhammadiyah, Penjaga Gawang Perdamaian di Indonesia

Berbicara soal pelaksanaan demokrasi di Indonesia, maka Partai Politik adalah merupakan salah satu alat demokrasi. Sebagai alat demokrasi, maka partai politik harus mampu menampung keinginan rakyat. Harus mampu membimbing rakyat kearah kesadaran politik yang sehat, kesadaran bernegara dan kesadaran berpemerintah.

Sesuai dengan Ketetapan MPRS, maka kehidupan kepercayaan yang akan datang harus menuju kearah penyederhanaan. Namun demikian, pemerintah mengetahui bahwa dewasa ini masih ada sebagian kekuatan sosial-politik yang belum tertampung dalam wadah kepartaian ini. Oleh karena selama lebih 50 tahun, khusus untuk menyalurkan kehidupan demokrasi secara sehat, pemerintah dapat mempertanggungjawabkan untuk menyetujui adanya satu Partai Islam baru dengan tetap memegang teguh penyederhanaan yaitu wadah partai baru yang mempersatukan dan menampung semua kekuatan dan organisasi-organisasi Islam yang telah ada, yang tidak tergabung dalam sesuatu partai.

Dengan sendirinya, justru untuk menyehatkan kehidupan demokrasi, maka Partai Islam baru itu harus tetap pula mempertahankan Pancasila, mempertahankan Undang-undang Dasar 1945 dan menerima landasan-landasan Orde Baru seperti yang telah digariskan oleh sidang Umum ke-IV dan sidang Istimewa MPRS. Hendaknya Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam yang besar, yang menghendaki adanya Partai Islam baru dapat memahami pandangan pemerintah ini.

Dakwah Islamiyah, berarti kegiatan untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam dan sekaligus mengamalkannya. Penyiaran dan pengamalan ajaran-ajaran Islam dalam masyarakat bukan berarti mendirikan negara Islam di Indonesia; sebab kita telah bertekad bulat mendirikan negara berdasarkan Pancasila. Yaitu negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang ber-Perikemanusiaan, yang ber-Kebangsaan, yang ber-Kedaulatan Rakyat yang mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Cita-cita mewujudkan kebahagiaan lahiriah dan rohaniah bagi rakyat itu sejak kemerdekaan, banyak terganggu oleh berbagai bentuk pemberontakan fisik dan penyelewengan-penyelewengan politik. Yang terakhir dengan pemberontakan G 30 S/PKI dan penyelewengan Orde Lama.

Baca Juga  Siti Baroroh, Melawan Domestikasi Perempuan

Muhammadiyah dengan pengalamannya yang selama lebih dari 50 tahun, telah mendarma baktikan diri langsung kepada rakyat. Pasti akan banyak dapat membantu pelaksanaan program-program pemerintahan. Garis perjuangan Muhammadiyah seperti yang saya lihat adalah sangat tepat, garis itu hendaknya diteruskan, bahkan perlu ditingkatkan lagi.

Sumber: “Amanat Pejabat Presiden Jenderal Soeharto”, Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1967 di Yogyakata, Dokumentasi MPI PPM.

Editor: Yusuf R Y

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds