Report

Haedar Nashir: Pentingnya Etos Kapitalisme Islam

2 Mins read

IBTimes.ID – Lazismu telah menjadi Lembaga ZIS nasional yang memperoleh banyak penghargaan dan menjadi kebanggaan Persyarikatan Muhammadiyah. Selain itu, manfaat program-program Lazismu telah memberi sumbangsih yang sangat bermakna untuk kemanusiaan di tingkat lokal, nasional, bahkan global.

Hal ini ia sampaikan dalam Pembukaan Rakernas Lazismu secara daring pada Jumat (4/12). Haedar menyebut bahwa program-program Lazismu telah berkontribusi di dunia internasional.

“Program-program ini menunjukkan bahwa spirit Al-Maun terus kita rawat lebih dari 108 tahun di dalam jiwa kita, di dalam pikiran kita, di dalam sikap kita, bahkan di dalam tindakan dan aktivitas kita. Sehingga Al-Maun di tangan kita telah menjelma menjadi praksis sosial kemanusiaan yang membebaskan, memerdekakan, memajukan, dan memberdayakan manusia,” ujarnya.

Menurut Haedar, zakat, infaq, dan shodaqoh merupakan ajaran Islam yang menjadi kewajiban masyarakat untuk ditunaikan dan diikhtiarkan penggunaannya. Lazismu telah menjadi lembaga amil zakat yang amanah, bertanggungjawab, dan memiliki tingkat good governance sehingga fungsi ZIS dapat ditunaikan dengan baik.

Semangat ZIS ini tidak hanya direpresentasikan oleh Lazismu, melainkan oleh seluruh elemen umat Islam. Islam menempatkan zakat sebagai kewajiban yang melekat dengan rukun Islam. Maka, tidak mungkin Nabi Muhammad menjadikan zakat ke dalam rukun Islam jika instrumen ini tidak dipandang penting. “Zakat adalah sesuatu yang sangat mendasar, fungsional, dan strategis bagi kehidupan umat Islam maupun kehidupan manusia,” imbuhnya.

Tetapi, Haedar menyebut bahwa boleh jadi zakat dan haji merupakan ibadah dan rukun Islam yang tidak mudah karena ada batas kemampuan. Namun, justru kekhasan dari zakat, infaq, dan shodaqoh sangat positif bagi umat Islam.

Jika umat Islam ingin menjadi khoiru ummah (umat terbaik) yang melahirkan baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghofur (negara sejahtera yang diridhoi Tuhan), maka ZIS harus diletakkan sebagai salah satu pondasi yang penting. Di dalam Alquran, zakat selalu disandingkan dengan sholat. Maka, zakat merupakan elemen yang melekat dalam hablun minallah (hubungan dengan Allah) namun memiliki fungsi hablun minannas (hubungan dengan manusia).

Guru Besar UMY ini menyebut bahwa spirit kapitalisme sudah melekat dalam ajaran Islam, bukan sebagai medium yang lepas dari ajaran Islam, tapi ada ajaran teologisnya. Termasuk hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menjadi tangan yang di atas, bukan di bawah.

Baca Juga  Komaruddin Amin: Peran Strategis Ulama Perempuan dalam Kebangsaan

“Maknanya, ZIS harus diletakkan sebagai etos setiap umat Islam untuk menjadi muzakki, bukan mustahik. Tanamkan dengan sosialisasi ibadah ZIS, termasuk lewat Lazismu, di keluarga-keluarga muslim untuk menjadi orang yang punya kemampuan sebagai muzakki, bukan mustahik,” imbuhnya.

Mentalitas ini membuat umat Islam untuk berjihad dengan makna bekerja keras, ikhtiar, tidak malu bekerja apapun, gigih, dan lain sebagainya. Etos ini penting ditanamkan untuk jangka panjang.
Menurut Haedar, untuk jangka panjang, harus ditanamkan spirit kapitalisme kepada umat Islam. Maka yang anti dengan spirit kapitalisme tidak boleh menggenarilisasi bahwa kapitalisme sebagai sesuatu yang buruk.

Menurutnya, Islam memiliki dimensi kapitalistik di dalamnya. Kapitalisme yang dimaksud Haedar adalah tangan di atas yang mampu memberi kepada mereka yang membutuhkan. Hal ini penting dalam rangka membantu orang lain dan mengentaskan angka kemiskinan.

“Etos Kapitalisme ini penting agar tidak muncul sikap anti terhadap mereka yang mapan, mereka yang berada, lalu muncul perlawanan yang kontra produktif,” jelasnya.

Reporter: Yusuf

Selengkapnya baca disini.

Avatar
1345 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *